Suara Kasih: Mendidik dengan Welas Asih

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

Mendidik Dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan

 

Mengajarkan Kata Perenungan Jing Si di sekolah
Membasahi batin dengan kedamaianh
Mendidik siswa dengan welas asih seorang ibu dan kebijaksanaan seorang guru
Menjadi guru humanis yang membuka tabir ketidaktahuan

Selama Tahun Baru Imlek ini, insan Tzu Chi Malaysia memanfaatkan waktu tersebut untuk mengadakan acara kumpul bersama. Mereka membagikan budaya humanis Tzu Chi dan Kata Perenungan Jing Si kepada semua orang. Saya sungguh merasa tersentuh sekaligus berterima kasih.

Pendidikan adalah harapan bagi masyarakat. Pendidikan sangatlah penting. Contohnya, dalam pendidikan medis Tzu Chi, saya sering mengulas tentang tekad dokter humanis. Dokter tak hanya memerhatikan pasien, namun juga harus merawat fisik dan batin pasien. Mereka adalah dokter sekaligus penyelamat bagi para pasien. Bagaimana dengan guru? Guru juga harus bertekad menjadi guru humanis yang memahami berbagai aspek seperti prinsip kehidupan dan moralitas agar bisa mewariskan ajaran-ajaran bijaksana orang zaman dahulu dan menyebarkannya dengan luas. Jika para guru memiliki ikrar ini dan mendidik murid dengan bersungguh hati, maka mereka akan dapat mengajar dengan penuh cinta kasih.

Dalam proses belajar mengajar, guru harus menggunakan metode yang tepat. Ajaran Buddha sering mengulas tentang memberi ajaran sesuai dengan kemampuan orang. Berhubung anak-anak berasal dari keluarga yang berbeda-beda, maka mereka memiliki kebiasaan masing-masing. Kita harus menggunakan metode yang tepat dalam mendidik murid dengan ketulusan hati. Apakah cara yang harus kita lakukan? Kita harus memperlakukan murid dengan welas asih seorang ibu dan kebijaksanaan guru. Hati ibu adalah hati yang penuh dengan welas asih. Saya sering mengulas tentang hati seorang guru dan hati seorang ibu. Kita harus menggunakan hati Bodhisattva untuk mendidik anak sendiri dan menggunakan hati seorang ibu untuk mendidik para murid. Jika kita terus mengomel dan hanya memikirkan kebaikan anak sendiri, maka hati kita akan selalu terikat oleh mereka sehingga dipenuhi banyak noda batin.

Kita harus menggunakan kebijaksanaan Bodhisattva dan membiarkan anak kita dididik oleh gurunya. Kemudian, kita harus mencurahkan perhatian kepada para siswa agar mereka bisa merasakan kehangatan keluarga. Inilah yang disebut menggunakan welas asih dan kebijaksanaan dalam pendidikan. Dengan welas asih seorang ibu dan kebijaksanaan seorang guru, kita bahkan dapat mendidik murid yang paling bermasalah menjadi baik. Jika kita bisa memiliki kebijaksanaan seorang guru, welas asih bagai seorang ibu, serta menggunakan welas asih dan kebijaksanaan ini dalam mengajar, maka para murid akan memperoleh manfaat.

Inilah pelajaran penting untuk menjadi seorang guru yang humanis. Kita harus berikrar untuk mendidik semua murid tanpa perbedaan. Saya sering berkata bahwa kita tak tahu berapa lama kita akan hidup. Akan tetapi, nilai dan makna kehidupan kita bergantung pada ikrar yang kita buat. Jadi, berikrar sama dengan bersumpah. Tekad yang kita buat haruslah luas dan agung agar bisa memberi manfaat bagi banyak orang.

Kita bisa melihat kelas pengajaran Kata Perenungan Jing Si. Cheah Lee-Hwa adalah salah seorang guru di Institut Teknologi Tzu Chi. Almamaternya berada di Malaysia. Dia belajar Kata Perenungan Jing Si saat berada di Taiwan. Karenanya, pada tahun 2009, dia kembali ke almamaternya untuk berbagi Kata Perenungan Jing Si yang diajarkan oleh Asosiasi Guru Tzu Chi. Mengajarkan Kata Perenungan Jing Si di Taiwan. Almamaternya adalah Sekolah Keat Hwa. Tahun 2009, sekitar 60 orang dari Sekolah Keat Hwa yang terdiri atas dewan sekolah, kepala sekolah, dan guru berkunjung ke Sekolah Tzu Chi di Taiwan. Mereka sangat senang dan telah membawa Kata Perenungan Jing Si ke Malaysia.

Salah satunya adalah guru Ooi Lee Keng. Setelah kembali ke Malaysia, dia langsung menerapkan metode pengajaran ini di kelasnya. Setiap hari dia menulis Kata Perenungan Jing Si di papan tulis. Kepala sekolah dan dewan sekolah juga mengadakan rapat dan setuju untuk mengajarkan Kata Perenungan Jing Si di sekolah mereka. Karena itu, Kepala Sekolah Lui Kin Chong sangat bersungguh hati untuk mensosialisasikan Kata Perenungan Jing Si. Setiap sekolah pasti memiliki bel. Dia mengubah suara bel selama beberapa menit itu untuk menyiarkan Kata Perenungan Jing Si. Saat berbunyi, bel yang biasa berbunyi "teng teng teng" berubah menjadi musik yang sangat lembut dan enak didengar. Dengan demikian, anak-anak bisa belajar Kata Perenungan Jing Si.

Kita juga bisa melihat anak-anak memperoleh manfaat dari Kata Perenungan Jing Si. Contohnya, ada seorang anak yang memiliki temperamen sangat buruk terutama terhadap ibunya. Ibunya adalah seorang orang tua tunggal. Beliau menggantungkan harapan besar padanya dan berharap dia bisa mengubah tabiat buruknya. Akan tetapi, ibunya tak tahu cara mendidiknya. Berhubung selalu dimarahi dan dipukuli, anak ini menjadi sering menyendiri dan gampang marah. Dia selalu tak serius dalam belajar dan sering melampiaskan amarahnya dengan membanting barang. Teman-temannya bahkan tak tahu harus bagaimana menghadapinya. Berhubung gurunya telah memahami metode pengajaran dengan welas asih seorang ibu dan kebijaksanaan seorang guru, guru ini pun memerhatikan anak ini dengan penuh cinta kasih. Secara perlahan-lahan, setelah mendapatkan perhatian, kasih sayang, dan dukungan dari gurunya, anak ini pun lulus dengan prestasi yang cemerlang.

“Guru Ooi memberikan saya satu Kata Perenungan Jing Si dan meminta saya untuk merenungkannya. Marah adalah kegilaan sesaat. Marah adalah mengambil kesalahan orang lain untuk menghukum diri sendiri. Jika kita marah, orang lain tak akan terpengaruh, sebaliknya kita merusak kesehatan sendiri. Ya, Kata Perenungan Jing Si telah menyelamatkan saya. Ibunya sangat senang melihat perubahannya. Tentu saja, yang paling berbahagia adalah gurunya,” ucap seorang anak.

Sebagai guru, seseorang harus memerhatikan berbagai aspek. Guru Ooi memiliki pemikiran yang baik. Beliau mendidik dengan cinta kasih serta menyatukan hati guru dan hati murid. Dalam proses belajar dan mengajar, diperlukan metode yang tepat. antara guru dan murid harus klop. Guru Ooi telah menggunakan metode yang tepat sesuai sifat anak tersebut sehingga anak itu bisa memperoleh manfaatnya. Kita harus mengajar dengan tulus dan memberikan ajaran yang dapat dipraktikkan. Jika guru mengajar dengan setulus hati para murid akan menerapkan ajarannya. Dengan demikian, mereka dapat menginspirasi semua orang di dunia. Inilah semangat yang harus dimiliki para guru dalam mengajar. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia. 


Artikel Terkait

Cinta Kasih untuk Kakek Nenek di Panti

Cinta Kasih untuk Kakek Nenek di Panti

29 Maret 2018
Dalam kunjungan ke panti sosial ini, selain berbincang dan canda tawa dengan para kakek nenek, para relawan juga berbagi cinta kasih dan perhatian layaknya cucu kepada kakek neneknya ataupun seorang anak kepada orang tuanya sendiri.
Ikut Bersumbangsih dengan Hati Welas Asih

Ikut Bersumbangsih dengan Hati Welas Asih

11 Mei 2018
Tzu Ching Medan memanfaatkan hari liburnya dengan bersumbangsih pembongkaran rumah Nenek Siti yang berada di Kota kabanjahe yang nantinya akan dibangun kembali oleh Yayasan Buddha Tzu Chi.
Persamuhan Dharma Tzu Chi Sedunia

Persamuhan Dharma Tzu Chi Sedunia

21 Desember 2022

Pada Hari Sabtu, 10 Desember 2022 Yayasan Buddha Tzu Chi Batam mengadakan kegiatan Pementasan Persamuhan Dharma Intisari Ajaran Jing Si Sutra Teratai sedunia yang di ikuti oleh 248 penyelam sutra.

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -