Suara Kasih: Menentukan Arah Kehidupan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

 

 

 

Judul Asli: Suasana yang Khidmat dan Menghangatkan Hati

Di Guanshan, baru saja dilaksanakan peringatan 10 tahun RS Tzu Chi Yuli dan 11 tahun RS Tzu Chi Guanshan. Sementara, tim TIMA (asosiasi dokter Tzu Chi –red) mengadakan baksos kesehatan di berbagai negara. Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi yang berasal dari Taiwan, telah menyebar dan mengakar di dunia internasional. Misi amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya kemanusiaan Tzu Chi terus mengakar, bertunas, dan tumbuh di seluruh penjuru dunia. Budaya humanis Tzu Chi mulanya terdapat dalam misi amal, kemudian misi kesehatan, misi pendidikan, dan misi budaya kemanusiaan itu sendiri. Jadi, budaya kemanusiaan terdapat dalam setiap misi Tzu Chi. Bisa dikatakan bahwa “Empat Misi Tzu Chi” dan budaya kemanusiaan terus bertumbuh bersama-sama. Saya sungguh bersyukur atas hal ini.

 

 

 

Karena adanya misi budaya kemanusiaan Tzu Chi, kini kita dapat melihat dan mengetahui lebih banyak hal. Dengan menyaksikan siaran Da Ai TV, kita pun dapat melihat bahwa insan Tzu Chi dan tim medis Tzu Chi bersama-sama terjun ke tengah masyarakat. Baik di daerah pedalaman yang terbelakang, maupun wilayah pegunungan yang sangat jauh, relawan dan tim medis akan berusaha menjangkaunya. Hal ini sungguh membuat orang tersentuh. Kegiatan kemanusiaan ini dijalankan dengan semangat misioner. Bukankah semua insan Tzu Chi memiliki semangat ini? Inilah tekad mereka setelah menentukan arah hidup.

 

Dalam Tujuh Faktor Pencerahan, faktor pertama adalah penyelidikan atau analisis terhadap Dharma. Analisis berarti kemampuan memilih. “Memilih” artinya menentukan arah hidup kita. Contohnya, seperti seorang siswa yang memilih jurusan kedokteran. Ia akan membulatkan tekad, memfokuskan diri, dan giat belajar demi menjadi seorang dokter. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia akan mengabdikan diri pada masyarakat. Ia harus menjalankan tekad ini dengan bersumbangsih tanpa pamrih untuk membebaskan para pasien dari penyakit dan menenangkan batin mereka. Ia harus memiliki hati Buddha. “Tabib Agung” bukanlah sebutan untuk semua dokter. Sesungguhnya, “Tabib Agung”adalah sebutan bagi seorang dokter yang memiliki hati Buddha, menyadari misinya, dan memahami penderitaan semua makhluk.

Setelah memilih profesi ini, tekad para siswa kedokteran takkan tergoyahkan oleh nafsu keinginan dan godaan duniawi. Karena telah memilih jalan dan membulatkan tekad, mereka takkan mengutamakan keuntungan pribadi. Mereka harus memegang teguh niat awal, yakni menyelamatkan hidup manusia. Menjadi dokter bukanlah demi mengeruk keuntungan. Yang terpenting adalah memberi manfaat kepada semua makhluk, bukan menguntungkan diri sendiri. Antara “memberi manfaat kepada semua makhluk” dan “mengumbar nafsu keinginan” adalah hal yang berbeda. “Menguntungkan orang lain” dan “mencari keuntungan pribadi” juga adalah hal yang tidak sama. Di mana pun, kita dapat melihat bahwa insan Tzu Chi dan tim medis Tzu Chi memiliki misi yang sama dan berjalan di jalan yang sama. Mereka menjalankan misi amal dan kesehatan bersama-sama dengan tujuan yang tepat dan benar.

 

 

Dalam Tujuh Faktor Pencerahan, faktor pertama adalah penyelidikan atau analisis terhadap Dharma. Analisis berarti kemampuan memilih. Memilih menentukan arah hidup, yakni menyelamatkan hidup manusia.

Contohnya, seperti tim TIMA Filipina. Meski berada sangat jauh dari tempat lahirnya Tzu Chi, namun mereka memiliki tekad dan tujuan yang tepat dan benar. Mereka telah mengadakan baksos kesehatan selama belasan tahun, dan masih terus berlanjut hingga kini. Kini, mereka memiliki pusat pengobatan gratis. Mereka memanfaatkan hari Sabtu dan Minggu untuk melayani lebih banyak orang. Selain memberikan pelayanan di pusat pengobatan gratis, mereka juga melayani warga yang tinggal di tempat agak jauh. Jika para pasien tak dapat datang, maka tim dokter yang akan berkunjung. Insan Tzu Chi melakukan ini atas dasar cinta kasih.

Di stadion Haiti, aktivitas Tzu Chi juga sangat menghangatkan hati. Di sana diadakan pendistribusian bantuan berskala besar dengan penuh rasa hormat. Dalam waktu bersamaan, juga diadakan baksos kesehatan. Sebelum pendistribusian dan baksos dimulai, warga dan relawan mengadakan doa bersama. Warga yang akan menerima bantuan memiliki tempat duduk masing-masing. Salah seorang warga setempat menjadi kepala program bantuan Tzu Chi. Selama beberapa waktu ini, ia yang terus mendampingi insan Tzu Chi dan menjadi penerjemah bagi mereka. Ia tak hanya mendengar perkataan insan Tzu Chi lalu mengalihbahasakannya, melainkan juga meresapkan kata-kata itu ke dalam hatinya. Karena itu, ia mengajukan diri untuk menjadi relawan dan penerjemah. Ia ingin membagikan semangat dan kisah Tzu Chi kepada warga Haiti.

 

Karena adanya misi budaya kemanusiaan Tzu Chi, kini kita dapat melihat dan mengetahui lebih banyak hal. Dengan menyaksikan siaran Da Ai TV, kita pun dapat melihat bahwa insan Tzu Chi dan tim medis Tzu Chi bersama-sama terjun ke tengah masyarakat.

 

 

Para warga merasa sangat tersentuh karena dengan disediakannya tempat duduk oleh relawan, mereka merasa dihargai. Karena itu, mereka mendengarkan tentang semangat Tzu Chi dengan penuh rasa hormat. Lihatlah, acara berlangsung dengan khidmat dan semua orang merasakan kehangatan. Hal ini sungguh membuat orang-orang tersentuh, begitu juga dengan saya. Entah apakah Anda sekalian juga merasakannya. Untuk mengadakan acara seperti ini di sana, sungguh bukanlah hal yang mudah. Yang membantu kita dalam acara ini adalah pasukan perdamaian dari Brasil. Saat mendengar lagu Tzu Chi, memahami maknanya, dan melihat semua orang berpartisipasi, mereka pun meletakkan senjatanya dan turut bertepuk tangan. Kejadian ini sungguh menghangatkan dan lagi semua orang begitu tulus dalam berdoa. Yang menerima bantuan merasa sangat bersyukur dan yang memberikan bantuan merasa sangat gembira.Singkat kata, kita benar-benar bersumbangsih dengan tulus. Hal ini dapat terwujud karena kita berjodoh dengan warga dan lokasi setempat.

Tuan Ben Constant, kepala pengawas stadion ini, juga sangat tersentuh oleh semangat Tzu Chi. Ia berkata, “Saya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi, terutama Master Cheng Yen. Saudara sekalian, mari berdiri dan ucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan insan Tzu Chi. Mari kita ucapkan, ‘terima kasih’.” Semua warga dengan sepenuh hati berdiri dan membungkuk sambil mengucap “terima kasih”. Tentu saja, hal ini dikarenakan insan Tzu Chi berjodoh dengan Tuan Ben Constant. Ada juga Jean Denis, warga setempat yang berkontribusi sebagai penerjemah. Saya yakin di Haiti, segalanya akan berjalan sebagaimana mestinya dan pendistribusian bantuan materi juga akan berjalan dengan tertib. Jadi, rasa syukur, hormat, dan cinta kasih telah tumbuh dan berkembang di Haiti. Ini sungguh adalah hal yang luar biasa.

Menyelami Dharma dan berjalan di Jalan Kebenaran
Budaya humanis terkandung dalam setiap misi Tzu Chi
Mengadakan pendistribusian sekaligus baksos kesehatan
Rasa hormat menghangatkan hati para korban bencana

 

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chahyadi
Foto: Tzu Chi Taiwan
 

Artikel Terkait

Peletakan Batu Pertama Rumah Cinta Kasih Tzu Chi di Manado

Peletakan Batu Pertama Rumah Cinta Kasih Tzu Chi di Manado

28 Januari 2015 Bantuan rumah cinta kasih ini diberikan setelah melalui beberapa kali survei. Survei yang berulang-ulang dilakukan relawan agar bantuan ini tepat sasaran dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan dari keluarga tersebut.
Pelatihan Tim Tanggap Darurat Tzu Chi (Bag. 2)

Pelatihan Tim Tanggap Darurat Tzu Chi (Bag. 2)

21 Juli 2010
Malam yang penuh kegembiraan ditutup dengan pisang goreng. Para relawan TTD kembali ke kemah yang basah berlumpur karena hujan yang turun malam itu. Pagi harinya, Cerah Iskradono, relawan Tzu Chi, mencerahkan hari para relawan TTD.
<em>How Old Are U?</em>

How Old Are U?

23 April 2009
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -