Suara Kasih: Menerangi Dunia dengan Cahaya Cinta Kasih

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

Judul Asli:

Menerangi Dunia dengan Cahaya Cinta Kasih

Buddha meninggalkan keduniawian demi menolong semua makhluk
Insan Tzu Chi bagaikan cahaya yang menyinari tempat redup
Melenyapkan penderitaan dan membabarkan Dharma
Mewariskan pelita dari satu menjadi yang tak terhingga

Hari ini adalah tanggal 8 bulan 2 penanggalan lunar, yaitu hari Buddha meninggalkan keduniawian. Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, Buddha menyadari bahwa kehidupan ini penuh dengan penderitaan, karenanya Beliau bertekad untuk meninggalkan istananya yang mewah, takhta kerajaannya, dan keluarganya untuk mencari jalan menuju pencerahan. Karena itulah, hari ini kita bisa mendalami ajaran Buddha dan bisa melihat arah yang jelas di tengah dunia yang diliputi Lima Kekeruhan ini. Jadi, hari ini adalah hari yang dipenuhi rasa syukur.

Bodhisattva sekalian, setiap hari kita harus memiliki dan itu harus dimulai dari hati. Kesadaran bagai Pangeran Siddhartha. Beberapa hari ini, kita melihat laporan berita kesadaran bagai Pangeran Siddhartha tentang curah hujan yang rendah di Taiwan. Kita harus senantiasa mengingat bahwa dunia ini bagaikan rumah yang tengah terbakar dan penuh penderitaan. Setiap orang bisa mencapai kebuddhaan, pada musim semi tahun ini. Adakalanya, hujan hanya turun di wilayah perkotaan sehingga waduk tempat penampungan air tetap sangat kering. Setiap orang bisa mencapai kebuddhaan.

Hari ini, Pemerintah Kota Tainan mulai menyediakan air hasil daur ulang bagi warga. Air keruh yang sudah dimurnikan disebut air hasil daur ulang. Air hasil daur ulang ini hanya bisa digunakan untuk mencuci, tidak bisa diminum. Meski demikian, kita harus tetap menghemat penggunaan air. Inilah hal dasar yang harus kita lakukan. Kini kita melihat lahan yang sangat kering. Meski demikian, kita tetap harus bekerja keras untuk menyebarkan benih cinta kasih agar ia bertumbuh menjadi tak terhingga. Dengan menyebarkan benih cinta kasih ke seluruh dunia, sungguh dunia kita ini akan semakin dipenuhi kehangatan dan cinta kasih. Setiap kali melihat kontribusi insan Tzu Chi, saya sungguh merasa tersentuh. Inilah yang diajarkan oleh Buddha kepada kita.

Buddha mengajarkan kita bahwa pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu. Anda ingin menciptakan berkah atau menciptakan karma buruk, ingin dipenuhi sukacita atau dipenuhi kerisauan, semua bergantung pada pikiran kita sendiri. Contohnya Relawan Tao Ming, benih pertama Tzu Chi di Nanchang, Tiongkok. Dua tahun lalu, dia melihat Tzu Chi di internet dan mulai mencari tahu mengapa Tzu Chi bisa memberikan begitu banyak kontribusi bagi dunia. Akhirnya, dia berhasil menghubungi insan Tzu Chi di Shanghai. Tahun ini, mereka mengadakan acara ramah tamah relawan di Nanchang. “Seperti yang Master katakan tadi, untuk mengembangkan kebijaksanaan, kita harus melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang lebih luas.” Berhubung benih pertama di Nanchang ini awalnya menghubungi insan Tzu Chi Shanghai, maka insan Tzu Chi Shanghai bertanggung jawab untuk mengadakan pelatihan bagi relawan di Nanchang. Karenanya, Relawan Zheng mulai mengumpulkan para relawan lain di Shanghai untuk memikul tanggung jawab bersama-sama.

Demikian pula dengan di Malaysia. Lihatlah salah satu panti jompo setempat yang sangat kotor dan tidak tertata rapi. Dua puluh satu tahun yang lalu, insan Tzu Chi terjun ke sana untuk membantu mencuci seprai dan membersihkan bagian dalam rumah. Selain itu, mereka juga rutin mengadakan baksos kesehatan di sana. “Meski jumlah relawan sangat sedikit, kami tetap berusaha segenap tenaga. Setiap minggu, kami mencuci seprai, sarung bantal, dan segala sesuatu bagi sekitar 20 lansia. Kami melakukannya bersama-sama. Hingga satu atau dua bulan kemudian, kami menyadari bahwa para lansia sangat kesulitan untuk mendapatkan makanan. Kami sering melihat beberapa lansia makan mi instan. Ada pula kakek berusia 80-an tahun berdiri sambil bertumpu pada tongkat untuk memasak. Kami sungguh merasa tidak tega. Kemudian, kami memutuskan untuk mencari orang guna mengantar makanan kepada mereka.”

“Malam ini jangan lupa makan obat kolestrol Anda.” Mereka juga mengenang bahwa saat pertama kali berkunjung ke panti jompo itu, ada seorang lansia yang memegang sapu untuk memukul mereka di depan pintu. “Dia memegang sapu dan menghentikan kami di depan pintu. Dia tidak mengizinkan kami masuk. Dia berkata bahwa pasti ada udang di balik batu karena selama 80-an tahun hidupnya, tidak pernah ada orang yang bersedia membantu mereka tanpa pamrih.” Menurutnya ini tidak mungkin.

Akan tetapi, insan Tzu Chi tidak menyerah. Mereka terus mengerahkan kekuatan cinta kasih dan merendahkan hati hingga perlahan-lahan bisa diterima oleh para lansia. Kini, para lansia itu juga telah dibimbing untuk melakukan daur ulang di panti jompo.

“Saya sudah melakukannya sekitar 7 tahun. Sejak Kakek Tai meninggal dunia, saya yang meneruskan kegiatan daur ulang.” Setelah Kakek Tai meninggal dunia, Kakek Hew meneruskan kegiatan daur ulang. Kini, Kakek Hew sudah berusia lanjut dan tidak bisa bergerak dengan leluasa. Akan tetapi, dia masih terus melakukanya. Kini Kakek Lai yang menggantikan Kakek Hew mengumpulkan barang daur ulang, sedangkan Kakek Hew tetap berada di rumah untuk memilah kertas. Lihatlah, dia melipat kertas dengan sangat rapi. Berhubung Kakek Hew tidak bisa keluar, kini Kakek Lai yang menggantikannya mengumpulkan barang daur ulang. ”Anda melakukannya seorang diri?” “Ya, seorang diri.” “Saya menggantikan kakek itu melakukannya.” “Kakek yang mana?” “Kakek Hew.” Merasa tersentuh oleh kegiatan mereka, pemerintah setempat pun membangun sebuah posko daur ulang kecil di depan panti jompo itu. Para warga di desa itu juga ikut berpartisipasi untuk melakukan daur ulang. Kini, di panti jompo tersebut sering terlihat anak muda.

Para warga dan anak-anak di sekitar sana sering datang melakukan daur ulang. “Mengapa kami harus membantu Tzu Chi? Karena Tzu Chi telah membantu kami. Kami harus membalas budi Tzu Chi dan menciptakan berkah. Jika barang daur ulang ini kami jual, uangnya juga akan habis terpakai. Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu. Asalkan bersedia berkontribusi dan tidak takut bekerja keras, kita bisa membuat lingkungan panti jompo yang mulanya redup dan suram menjadi bersinar terang. Dahulu, orang-orang tidak terlalu ingin dekat dengan lansia di panti jompo itu, tetapi cinta kasih insan Tzu Chi telah membuat setiap orang di desa itu saling mengasihi dan melindungi bumi bersama-sama.” Kehidupan seperti ini sungguh mengagumkan. Dengan membangkitkan kekuatan cinta kasih, kita bisa menginspirasi banyak orang. Kita harus memanfaatkan waktu untuk berbuat baik. Jumlah orang yang sedikit tidak bisa melakukan kontribusi besar. Karenanya, kita harus menginspirasi lebih banyak orang untuk bersama-sama membawa kehangatan bagi dunia. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 

Artikel Terkait

Mengasah Welas Asih

Mengasah Welas Asih

26 Februari 2018

Tzu Chi mengadakan kegiatan training relawan pendidikan yang bertujuan agar relawan pendidikan tetap mendapatkan semangat. Kegiatan yang diikuti sebanyak 125 relawan pada Sabtu, 24 Februari 2018 diharapkan dapat mengajak dan menularkan semangat dan cinta kasih kepada orang lain.

Berbagi di Hari Imlek

Berbagi di Hari Imlek

02 Februari 2012
Acara dimulai pada pukul 10.00 WIB dan dibuka dengan memberi penghormatan kepada Master Cheng Yen dan dilanjutkan dengan menyaksikan sekilas video kegiatan Tzu Chi Singkawang tahun 2011 dan sharing dari Gan Een Hu (penerima bantuan Tzu Chi).
Memberkahi dan Menghargai Diri Sendiri

Memberkahi dan Menghargai Diri Sendiri

16 Agustus 2011
Suatu pagi di saat ia sedang ingin membeli ikan, Ngui Si Ku berniat untuk mengisi bensin dan membeli nasi untuk sarapan pagi terlebih dahulu. Ketika akan membeli nasi tersebut ia mengalami kecelakaan.
Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -