Suara Kasih : Mengemban Misi Kesehatan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Mengemban Misi Kesehatan
     

Mengemban Misi Kesehatan dengan penuh keringat dan tenaga Melindungi RS Tzu Chi di Hualien Dan menciptakan lapangan kerja Menjadi teladan dengan cinta kasih yang tak terbatas Bersama-sama mengukir sejarah

Rumah Sakit Tzu Chi Hualien telah berusia 24 tahun. Demi membangun rumah sakit ini, entah berapa banyak kesulitan dan rintangan yang kita hadapi. Saat saya membutuhkan bantuan, banyak orang mengulurkan tangan. Mereka menyumbangkan waktu dan tenaga demi membantu saya membangun rumah sakit ini.

Sungguh, rumah sakit ini adalah hasil jerih payah banyak orang. Pada saat peletakan batu pertama untuk pembangunan rumah sakit ini, para biksu dan biksuni datang untuk memberikan dukungan doa. Intinya, dengan doa dari para biksu-biksuni dan harapan dari warga setempat, proyek rumah sakit ini diselesaikan.

RS ini dibangun di wilayah timur Taiwan demi memberikan pelayanan medis bagi warganya. Tak hanya memberikan pelayanan medis, para dokter pun menjadi teladan bagi banyak orang. Rumah Sakit Tzu Chi Hualien kini telah menjadi pusat pendidikan medis. Ini sungguh bukan hal yang mudah.

Tanggal 17 Agustus kemarin adalah peringatan ulang tahun Rumah Sakit Tzu Chi Hualien ke-24. Untuk menyatakan rasa terima kasih kepada para staf medis atas kerja keras mereka, kita menghimpun banyak orang untuk mengadakan suatu kegiatan dengan penuh cinta kasih.

Pada tanggal 8 Agustus lalu, seluruh staf medis RS Tzu Chi Hualien mengadakan kegiatan berlari. Relawan Tzu Chi tentu saja tidak ketinggalan dalam acara ini. Mereka mulai berlari sebelum matahari terbit. Tindakan ini mewakili masa dulu saat Hualien masih kekurangan fasilitas medis.

Mereka tiba di Griya Jing Si pada saat hari telah terang. Ini menandakan telah dibangun RS Tzu Chi dengan sekelompok tenaga medis yang bersedia bersumbangsih di sana. Jadi, kegiatan berlari tersebut mengandung arti yang sangat dalam. Itulah makna dari kegiatan berlari dari RS Tzu Chi Hualien ke Griya Jing Si.

 

 

Pada kegiatan berlari kali ini, ada dua peserta khusus, yakni sepasang kakak beradik. Empat bulan yang lalu, seorang ibu menggendong sepasang bayi kembar siam. Mereka dinamakan “Kakak beradik Mawar”. Kini tubuh mereka telah dipisahkan. Pada hari itu, kita melihat dua kereta bayi yang didorong menuju Griya Jing Si. 

Mereka sungguh menggemaskan. Saya mendengar bahwa setelah operasi pemisahan, mereka tidak suka saling berdekatan karena sebelum operasi, tak satu pun dari mereka yang dapat membalikkan badan. Mereka pasti merasa kesal. Kini setelah dipisahkan, bila ada yang mendekatkan, mereka selalu saling menolak. Sungguh sepasang kembar yang menggemaskan.

Saya mengatakan kepada kedua perawat yang merawat kedua  anak kembar tersebut untuk mendidik mereka dengan baik. Meski tubuh mereka telah terpisah, namun mereka harus bersatu hati, saling mengasihi, dan tidak saling menolak. Mereka harus dididik dengan baik. Sepasang kakak beradik yang manis ini telah menjalani operasi pemisahan di Rumah Sakit Tzu Chi di Hualien dan kini dapat bergerak dengan leluasa.

Ketika melihat mereka, kita pun teringat pada Lea dan Rachel. Mulanya kita memanggil mereka dengan sebutan ”Da Ai” dan ”Gan En”. Setibanya di Filipina, insan Tzu Chi setempat memberikan nama kepada mereka, yakni Lea dan Rachel. Mereka adalah bayi kembar siam pertama yang ditangani RS Tzu Chi Hualien.

 

Saya sungguh khawatir pada saat mereka sedang menjalani operasi pemisahan. Insan Tzu Chi Filipina datang ke Taiwan khusus untuk mendampingi mereka. Saat menjalani perawatan di Taiwan, para staf medis sangat memerhatikan dan mengasihi mereka. Kini, mereka sangat menggemaskan dan aktif. RS Tzu Chi Hualien telah berhasil  menolong pasien dari negara lain. Dua pasang bayi kembar siam yang tadi saya ceritakan berasal dari Filipina.

 

Ada pula dua orang gadis kecil dari Filipina yang menderita kelainan pada kaki mereka. Entah kalian masih ingat atau tidak. Dua anak perempuan tersebut telah ditangani dengan sangat baik di RS Tzu Chi Hualien. Ada pula pasien dari Malaysia yang menderita penyakit kaki gajah. Penderitaannya sungguh tak terkira. Meski telah berusia paruh baya, ia masih harus mengandalkan ibunya.

Pada tahun 2004,  RS Tzu Chi Hualien juga menangani kasus seorang anak dari Indonesia, Irhamidi, yang menderita tumor pada hidungnya. Tumor ini sangat sulit dioperasi. Ada pula Sofyan yang menderita tumor langka di wajahnya, begitu juga dengan Novemthree. Kita semua pasti masih ingat pada Novemthree yang wajahnya menjadi tak menarik akibat tumor yang dideritanya.

Ada pula abang beradik dari Singapura yang bentuk tubuhnya tak sempurna dan sering mengalami kejang. Insan Tzu Chi Singapura membawa mereka ke Rumah Sakit Tzu Chi Hualien untuk menjalani perawatan  dalam waktu yang sangat lama.

Dokter juga menanamkan elektroda pengontrol kejang dalam otak mereka. Dari tahun 2003 hingga 2004, berbagai kasus penyakit langka dari negara lain terutama penderita yang kurang mampu, selalu ditangani oleh insan Tzu Chi. Kasus-kasus tersebut sungguh mendapat bantuan dan dukungan dari para tenaga medis serta pendampingan dari para relawan. Selain pasien dari luar negeri, misi kesehatan dan misi amal Tzu Chi juga dijalankan dalam membantu  warga Hualien sendiri.

Beberapa tahun lalu, dr. Liu menangani seorang pasien yang menderita degenerasi spinocerebellar. Pasien ini memiliki sebidang tanah yang luas dan menjalankan bisnis penginapan. Namun, kondisi kesehatannya yang buruk membuat ia tak dapat bercocok tanam dan mengelola penginapannya. Karena itu, pendapatannya pun berkurang. Selain memberikan pelayanan medis, dr. Liu juga membantu finansialnya.

Lihatlah, selain memberikan pengobatan, dr. Liu juga membantunya agar ia dapat menghidupi dirinya sendiri. dr. Liu menyewa lahan miliknya dan membantunya bercocok tanam. dr. Liu bahkan membantunya mempromosikan hasil lahan dan penginapannnya melalui internet.

Sejak RS Tzu Chi Hualien berdiri, para staf medis telah menjadi teladan dan mengembangkan budaya humanis. Semoga pada tahun berikutnya, yakni pada ultah RS Tzu Chi Hualien ke-25, kisah-kisah yang menyentuh dari para pasien yang menjalani pengobatan di rumah sakit ini dapat dirangkum ke dalam sebuah buku.

Sungguh, semua kisah yang menyentuh merupakan kitab sejarah Tzu Chi. Jadi, segala hal yang terjadi setiap harinya akan menjadi sejarah bagi Tzu Chi. Tanggal 17 Agustus kemarin adalah peringatan RS Tzu Chi Hualien ke-24. Hari tersebut adalah hari bersejarah bagi Misi Kesehatan Tzu Chi.

Saya sungguh bersyukur. di Rumah Sakit Tzu Chi dapat dituangkan ke dalam sebuah buku. Sungguh, semua cerita yang mengharukan adalah kitab sejarah Tzu Chi. Jadi, setiap hari adalah sejarah bagi Tzu Chi.  Hari ini adalah hari berdirinya RS Tzu Chi di Hualien yang ke-24. Hari ini juga merupakan sejarah bagi Misi Kesehatan Tzu Chi. Pada hari yang bersejarah ini, Saya sungguh bersyukur.

 
 

Artikel Terkait

Mengenal Tzu Chi Lebih Dekat

Mengenal Tzu Chi Lebih Dekat

06 Juni 2014 Pangdam Jaya Mayor Jenderal TNI Mulyono beserta 30 anggota dan petinggi Kodam Jaya berkunjung ke Tzu Chi Center, Jakarta Utara. Pukul 11.20 WIB tepat rombongan tiba di Tzu Chi Center dan langsung disambut dengan hangat Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Sugianto Kusuma beserta relawan komite lainnya.
Inspirasi Belajar Melalui Pelestarian Lingkungan

Inspirasi Belajar Melalui Pelestarian Lingkungan

23 April 2019

Relawan Tzu Chi di komunitas Hu Ai Medan Selatan mengadakan sosialisasi Misi Pelestarian Lingkungan sekaligus Peresmian Titik Kumpul Barang Daur Ulang Tzu Chi di Singapore International School (SIS), Minggu 14 April 2019.

Mendapatkan Dharma Dari Sang Guru

Mendapatkan Dharma Dari Sang Guru

07 Agustus 2014 Para insan Tzu Chi berturut menjadikan Xun Fa Xiang menjadi sebuah rutinitas dalam kehidupan mereka, insan Tzu Batam juga turut berpatisipasi dalam kegiatan Xun Fa Xiang.
Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -