Suara Kasih: Mengembangkan Kebajikan dalam Diri Manusia

Jurnalis : DAAI TV, Fotografer : DAAI TV
 

Judul Asli:

Mengembangkan Kebajikan dalam Diri Manusia

Mendengarkan pengalaman Dharma di Tahun Baru Imlek
Sadar dan menyerap Dharma ke dalam hati serta mengubah tabiat buruk
Berterima kasih kepada relawan konsumsi yang telah menyediakan makanan
Tunas kebajikan tumbuh dalam diri murid-murid TK Cinta Kasih

Kemarin adalah hari kedua Tahun Baru Imlek. Kita telah melihat ada banyak orang yang pulang ke Griya Jing Si. Setiap orang berusaha menjadi tuan rumah yang baik. Mereka saling menyapa, saling mengasihi, dan berbagi pengalaman Dharma masing-masing. Orang-orang yang mendengarnya juga merasakan sukacita. Sebenarnya, segala sesuatu di dunia ini mengandung Dharma. Asalkan kita menyumbangkan cinta kasih tanpa pamrih dan mengembangkan kemampuan diri demi semua makhluk di dunia, berarti kita telah berjalan di Jalan Bodhisattva. Ini semua bisa kita lihat di dalam diri setiap orang yang ada di Griya Jing Si. Beberapa hari ini, Bodhisattva konsumsi sangat sibuk. Mereka seperti orang tua yang menyambut kepulangan anak-anak mereka dari tempat jauh. Mereka melakukan yang terbaik agar semua orang bisa merayakan Tahun Baru Imlek dengan penuh sukacita. Saya sungguh berterima kasih atas kehangatan yang tercipta di tengah-tengah keluarga ini.


Perayaan Tahun Baru Imlek adalah sebuah kesempatan bagi kita untuk berkumpul bersama keluarga dan teman. Dengan santun dan berdasarkan pendidikan cinta kasih, semua orang saling berbagi pengalaman yang penuh kehangatan, saling memberi semangat untuk mengembangkan prestasi akademis atau menstabilkan perekonomian masyarakat dengan usaha mereka. Kita harus saling menyemangati. Para praktisi harus saling berdiskusi dan berbagi mengenai Dharma. Kesempatan untuk berkumpul bersama sulit didapat. Untuk apa kita sengaja mengantre di jalan hingga semalaman hanya untuk bersaing menjadi orang pertama yang membakar dupa di kuil? Untuk itu, mereka saling mendorong dan berebut. Ini sungguh berbahaya. Ada juga yang memperebutkan “kantong keberuntungan” yang katanya bisa mendatangkan kekayaan. Jika kita hanya menginginkan kekayaan, tetapi tidak melakukan apa-apa, bagaimana bisa uang datang dengan sendirinya? Manusia sungguh berada dalam ketersesatan. Sebenarnya, jika benar-benar berhati tulus, kita harus berdoa agar dunia bebas dari bencana serta membangkitkan tekad dan menegakkan ikrar untuk melindungi semua makhluk di dunia dengan bervegetaris. Inilah ketulusan hati yang sesungguhnya.

 

Kita juga telah melihat berita mengenai petasan dan kembang api yang dipasang di Tiongkok telah menyebabkan polusi udara. Polusi udara dari Tiongkok ini telah menyebar ke Jepang. Sebenarnya, polusi udara ini juga bisa menyebar hingga ke Taiwan dan menyebabkan udara Taiwan ikut tercemar. Intinya, ini semua karena manusia tidak bisa mengendalikan diri untuk mempertahankan kehidupan normal seperti hari biasa. Jadi, selama hari raya, mereka membakar petasan atau melakukan berbagai kegiatan yang dapat mencemari udara dan bumi. Selain itu, manusia juga begitu percara takhayul. Ini sungguh menyedihkan. Kapankah manusia bisa sadar? Kapankah manusia bisa berperilaku dengan lebih berbudaya? Jadi, saya harap semua orang bersungguh hati dan saling berinteraksi dengan penuh kesopanan untuk meningkatkan keindahan sifat dasar manusia sehingga kebenaran, kebajikan, dan keindahan terwujud di dunia dan setiap orang dapat saling mengasihi.

 

Kita telah melihat Bodhisattva daur ulang yang sangat mengesankan. Mereka menyayangi bumi. Sejak sebelum Tahun Baru Imlek hingga sekarang, kita terus melihat saat orang-orang mengganti barang lama dengan barang baru, para relawan daur ulang tetap mengumpulkan barang-barang bekas itu dan memilahnya untuk didaur ulang. Kita telah melihat banyak perabot rumah, mainan, pakaian, dan lain-lain yang masih baru dibuang begitu saja. Karena jumlah barang begitu banyak, Bodhisattva daur ulang pun terus melakukan pemilahan setiap hari. Bahkan sehari menjelang Tahun Baru Imlek, mereka juga bekerja hingga larut malam dan baru pulang pada pukul 10 lebih. Saat semua keluarga makan bersama, para Bodhisattva daur ulang masih berada di posko daur ulang, bekerja di tengah tumpukan barang daur ulang yang menjulang seperti gunung. Di pagi harinya, saat anak dan menantu mereka membawa cucu-cucu mereka keluar rumah untuk bermain, mereka dengan penuh sukacita memanfaatkan kesempatan ini untuk segera kembali melakukan daur ulang. Mereka semua memiliki hati, cinta kasih, dan kebijaksanaan untuk melindungi bumi dan menciptakan berkah bagi anak cucu mereka. Ini semua merupakan kebijaksanaan mereka.

Kita juga telah melihat para Bodhisatwa cilik yang tahu cara menikmati keindahan dan kebahagiaan di dunia, tahu cara bersumbangsih, tahu cara melindungi hewan, dan tahu cara menghargai bumi. Lihatlah, sayuran itu sungguh ditanam sendiri oleh Bodhisatwa cilik dari Tainan. Saya bisa menjadi saksi karena saya melihat sendiri saat mereka menanam sayuran. Mereka memulainya dari mempersiapkan lahan, meratakan tanah, lalu menanam benih ke dalam tanah. Setiap hari, mereka menyirami dan melihat sayuran mereka tumbuh.

 

Setiap kali saya berkunjung ke Tainan, mereka akan memetik sayuran yang mereka tanam dan memberikannya kepada saya untuk dimakan. Jadi, mereka menanam sendiri sayuran itu. Suatu kali, saya bertanya kepada mereka, “Jika Kakek Guru tidak datang, apa yang akan kalian lakukan terhadap sayuran yang kalian tanam?” Mereka berkata, “Menjualnya.” Saya bertanya, “Untuk apa?” “Untuk membantu orang.” Lihatlah, anak-anak yang masih kecil saja bisa memproduksi sesuatu dengan tenaga mereka sendiri dan mengajak orang tua mereka untuk melakukan kebaikan. Mereka juga mengerti bahwa mereka harus menolong orang lain. Mereka juga mengerti bahwa kakek, nenek, paman, dan bibi yang melakukan daur ulang telah bekerja keras. Jadi, mereka juga mempersembahkan sayuran tersebut kepada para relawan daur ulang.

 

Ini semua berkat adanya cinta kasih. Kekuatan cinta kasih inilah yang harus kita ajarkan kepada anak-anak di Tahun Baru Imlek ini. Ketika seluruh anggota keluarga berkumpul, kita harus menggunakan kesempatan untuk mendidik anak-anak. Inilah makna perayaan Tahun Baru Imlek yang sesungguhnya. Jika tidak, maka lihatlah di seluruh belahan dunia, bencana alam dan bencana akibat ulah manusia sudah banyak membawa masalah, lalu saat merayakan Tahun Baru Imlek, kita kembali menciptakan bencana. Ini sungguh sangat menyedihkan. Baiklah. Di tahun yang baru ini, kita harus memiliki harapan baru. Semoga di tahun yang baru ini masyarakat semakin harmonis dan kebijaksanaan masyarakat semakin bertambah sehingga semua orang memiliki tahun baru yang ramah lingkungan dan bermakna. Saya harap semua orang membangun tekad untuk mewujudkannya.

(Diterjemahkan oleh: DAAI TV)

 
 

Artikel Terkait

Perayaan Waisak Tzu Chi: Partisipasi Sekolah Buddhis Melantunkan Doa

Perayaan Waisak Tzu Chi: Partisipasi Sekolah Buddhis Melantunkan Doa

04 Juni 2014 “Doa Jutaan Insan” merupakan tema yang diusung oleh Yayasan Buddha Tzu Chi dalam perayaan Waisak 2014. Agar Waisak dapat dijalankan sesuai dengan tema yang ditentukan, segenap relawan dari semua lini terus bekerja keras untuk menggalang lebih banyak para Bodhisatwa. Sekolah-sekolah Buddhis di bawah pengawasan Badan Koordinasi Pendidikan Buddhis Indonesia (BKPBI) turut serta dalam kegiatan perayaan ini.
Suara Kasih: Empat Pikiran Tanpa Batas

Suara Kasih: Empat Pikiran Tanpa Batas

29 Juni 2012
Kalian telah memiliki semangat untuk mewariskan ajaran Jing Si. Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran. Dalam melatih diri, setiap orang harus meneguhkan pikiran, tidak takut akan kesulitan, dan harus tahu cara mengatasi berbagai kesulitandi dalam kehidupan.
Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -