Suara Kasih: Mengendalikan Pikiran demi Melenyapkan Penderitaan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

Judul Asli:

Mengendalikan Pikiran demi Melenyapkan Penderitaan

Perang saudara menciptakan penderitaan yang tak terhingga
Mengendalikan pikiran demi melenyapkan penderitaan
Setiap detik berjuang untuk menyelamatkan kehidupan
Tim medis bekerja keras untuk melindungi kehidupan dengan penuh cinta kasih

Setiap hari terdapat jejak sejarah. Hari ini adalah tanggal 15 Maret, perang saudara di Suriah genap berlangsung 2 tahun. Selama dua tahun ini, banyak warga yang harus mengungsikan diri dan mengalami penderitaan yang tak terkira. Yang lebih mengkhawatirkan adalah anak-anak yang ditangkap untuk menjadi tentara. Inilah pemandangan yang terlihat di dunia yang diliputi Lima Kekeruhan ini. Ini berarti bahwa saat pikiran manusia tidak selaras, maka konsekuensi yang tercipta jauh lebih mengkhawatirkan dari ketidakselarasan unsur alam. Hari ini juga merupakan hari bersejarah dalam dunia Tzu Chi. Rumah Sakit Tzu Chi Yuli dan Guanshan diresmikan pada tanggal 15 Maret dalam tahun yang berbeda. Hari ini, Rumah Sakit Tzu Chi Yuli berulang tahun yang ke-14. Pada tanggal 15 Maret 1999, Rumah Sakit Hong De Yuli berganti nama menjadi RS Tzu Chi Yuli.

Setiap kali melihat bangunan awal rumah sakit itu, saya selalu teringat pada dr. Cao dan istrinya yang sangat mendedikasikan diri untuk Tzu Chi. Saat itu, setiap kali kita mengadakan baksos kesehatan di Hualien dan Taidong, dr. Cao selalu ikut berpartisipasi. Setelah RS Tzu Chi Hualien dibangun, suatu hari, saya kembali melihat dr. Cao di sana. Kemudian, saya bertanya padanya,“dr. Cao, ada apa ke sini?” Dia menjawab, “Tidak apa-apa, saya datang untuk memeriksakan kaki.” “Ada apa dengan kaki Anda? Mengapa Anda mengenakan sandal?” Dia menjawab, “Sudah lama.” “Apa yang terjadi?” Dia menjawab, “Cantengan.” Saya berkata, “Anda sendiri adalah dokter.” “Bukankah Anda bisa mengobatinya sendiri?” Dia menjawab, “Ya, tetapi tidak sembuh-sembuh.” “Saya sendiri sudah tidak berani mengobatinya, makanya datang berobat.” dr. Chien yang menjalankan operasi untuk dr. Cao. Akan tetapi, dr. Chien merasa itu bukan cantengan biasa. Beberapa hari kemudian, dr. Chien berkata bahwa itu adalah kanker kulit melanoma. dr. Cao harus diamputasi. Saat mendengar nama kanker itu, dr. Cao sudah mengetahui bahwa kondisinya sangat serius, tetapi dia tidak setuju untuk diamputasi. Karenanya, dr. Chien hanya menjalankan operasi kecil untuknya di bagian ibu jari kaki.

Beberapa waktu kemudian, kondisi dr. Cao semakin memburuk. Hingga suatu kali, dia mengatakan suara hatinya kepada saya, dia tahu kondisi penyakitnya dan yang paling dikhawatirkan olehnya adalah Rumah Sakit Hong De. Dia berharap saya bisa mengambil alih RS itu dan terus memberikan pelayanan medis bagi para warga di Yuli. Tentu saja, saya menerimanya. Setelah dr. Cao meninggal dunia, selama beberapa tahun, istri dr. Cao merekrut dokter lainnya untuk mengelola rumah sakit itu. Setelah beberapa tahun berlalu, istri dr. Cao berkata kepada saya bahwa dia mengalami kesulitan untuk mengelola rumah sakit itu. Karenanya, kita mulai mengambil alih Rumah Sakit Hong De Yuli.

Pada masa-masa awal itu, kita juga mengalami banyak kesulitan. Kita harus mengutus dokter dari RS Tzu Chi Hualien untuk bertugas di rumah sakit di Yuli. Saya sangat berterima kasih kepada Kepala Rumah Sakit Chen, Wakil Kepala Rumah Sakit Wang, dan beberapa dokter lainnya yang sangat bersungguh hati dalam melayani pasien. Saya lebih berterima kasih kepada Kepala Rumah Sakit Chang yang membangun ikrar luhur untuk memberikan pelayanan medis di Yuli. Setelah ada yang bersedia untuk memikul tanggung jawab di sana, Rumah Sakit Tzu Chi Hualien mengutus dokter ke sana secara bergilir.

Saat peresmian RS Tzu Chi Yuli, camat Guanshan juga datang. Hari itu, camat Guanshan berkata kepada saya, “Master, di Guanshan juga ada sebuah rumah sakit yang tidak dikelola.” Dahulu, ada seorang dokter yang bekerja sama dengan beberapa temannya untuk membangun sebuah rumah sakit di Guanshan. Rumah sakit itu sudah selesai dibangun dan semua peralatannya juga sudah lengkap. Rumah sakit itu sudah siap untuk diresmikan, tetapi dokter itu malah mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Kemudian, saya pun berkunjung ke Guanshan. Saat berkunjung ke rumah sakit tersebut, saya melihat plakat rumah sakit itu masih tergeletak di lantai. Rumah sakit tersebut sudah telantar selama 2 tahun lebih. Jadi, wali kota Guanshan berkata bahwa dia berharap Tzu Chi bisa membantu meresmikan dan mengelola rumah sakit itu agar bisa melayani para warga di Guanshan. Ini semua berkat adanya jalinan jodoh. Jadi, RS Tzu Chi Guanshan diresmikan pada tanggal 15 Maret 2000.

Kita dapat melihat Kepala RS Pan dan Kepala RS Chang menganggap Guanshan dan Yuli bagai kampung halaman mereka sendiri dan memerhatikan para warga setempat bagai keluarga sendiri. Mereka tak hanya menjalankan sebuah rumah sakit, namun juga memerhatikan seluruh warga desa. Selain memerhatikan warga di desa mereka, mereka juga mengadakan baksos kesehatan di pulau-pulau yang sulit dijangkau. Mereka selalu terjun ke wilayah pegunungan, pedesaan, dan pulau-pulau terpencil untuk mengadakan baksos kesehatan. Baik dokter maupun perawat, semuanya sangat bersungguh hati. Belakangan ini, kami menerima seorang pasien yang merupakan rujukan dari sebuah pusat kesehatan di Tainan.

Pasien itu sudah berusia lanjut. Saat baru datang ke RS Tzu Chi, meski masih sadar, tetapi dia menderita komplikasi penyakit. Dia menderita radang paru-paru, stroke, borok, anemia, dan sangat kekurangan gizi. Pusat kesehatan itu mengatakan bahwa pasien ini sudah tidak tertolong lagi. Berhubung pasien ini tinggal di wilayah timur Taiwan, keluarganya mengantarkannya ke sini agar lebih dekat dengan rumah karena menurut tradisi, banyak orang lebih memilih mengembuskan napas terakhir di rumah. Kebetulan, saat itu, saya sedang bertugas di unit gawat darurat. Kemudian, kami menemukan bahwa nenek itu bukan sama sekali tak tertolong. Jadi, kami pun menerima nenek itu untuk dirawat inap. Tim medis kami memberikan asupan gizi yang cukup, memberikan pengobatan, dan membantu nenek itu melakukan fisioterapi. Kami tidak menyerah terhadapnya. Setelah menerima pengobatan yang maksimal, nenek itu sembuh perlahan-lahan. Saat itu, sang nenek terbaring lemah di ranjang, tetapi kini dia sudah bisa turun dan berteriak dengan keras jika dia merasa sakit saat menjalani fisioterapi. Kini dia sudah lebih bertenaga.

Tentu saja, ini adalah hal yang membahagiakan. Melihat tim medis Tzu Chi memerhatikan pasien bagai keluarga sendiri, saya sungguh merasa tersentuh. Perawat dan dokter fisioterapi kita berusaha keras untuk membantunya. Kekuatan cinta kasih ini sungguh besar. Saya sungguh berterima kasih. Mereka tidak hanya memerhatikan pasien, namun juga memerhatikan seluruh warga desa. Mereka juga mengadakan penyuluhan kesehatan agar para warga suku asli mengetahui cara menjaga kesehatan serta membimbing mereka agar meminum teh sebagai pengganti arak. Guanshan dan Yuli berada pada dataran yang membujur sepanjang sebelah timur Pegunungan Tengah. Di daerah yang cukup terpencil itu, para staf dari misi kesehatan Tzu Chi bekerja untuk menyelamatkan kehidupan dan menjaga kesehatan warga dengan penuh cinta kasih. Mereka sungguh mendedikasikan diri sepenuh hati untuk mengemban misi kesehatan Tzu Chi. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 

Artikel Terkait

Peringatan Hari Susu Nusantara: Generasi Penerus yang Sehat

Peringatan Hari Susu Nusantara: Generasi Penerus yang Sehat

23 Juni 2023

Memperingati Hari Susu Nusantara, relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas di Xie Li Kalimantan Timur (Kaltim) 1 memberikan susu bagi 145 siswa SD 017 Muara Wahau.

Banjir Bandung: Memasak untuk Warga

Banjir Bandung: Memasak untuk Warga

17 Maret 2016
Relawan Tzu Chi berinisiatif untuk kembali ke desa Bojongsoang dan  bersama PMI memberikanbantuan nasi bungkus kepada korban banjir pada hari Rabu, 16 Maret 2016. Relawan Tzu Chi juga turut membantu memasak untuk para korban banjir.

"Peduli Bumi, Yuk!"

31 Oktober 2012 Para murid sekolah Minggu Wihara Dhamma Cakkha dengan tertib dan rapi berjalan memasuki Depo Pelestarian Lingkungan Duri Kosambi. Mereka disambut dengan senyum hangat oleh para relawan yang telah menunggu kedatangan mereka.
Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -