Suara Kasih: Menggalang Bodhisatwa Dunia
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News Judul Asli:
Giat Menggalang Bodhisatwa Dunia dan Membantu Pembangunan Sekolah Giat menggalang Bodhisatwa dunia dan membantu pembangunan sekolah | |||
”Kami ingin menyediakan sebidang lahan kepada Tzu Chi untuk mengadakan kegiatan di sini. Lihatlah sumbangsih kami untuk kaum papa. Terima kasih banyak. Kelak di sini akan sangat berkembang. Karena itu, kita harus segera bertindak dan membuat rencana ke dalam komunitas baru kita. Kita harus membangun komunitas daur ulang dan menjadikan Tzu Chi sebagai pedoman kita.” Lihatlah, cinta kasih penuh ketulusan telah berakar dan terus diwariskan di sana. Inilah pencapaian kita melalui misi amal Tzu Chi. Kita juga melihat insan Tzu Chi di Shanghai tengah menjalankan proyek pembangunan di Provinsi Jiangxi. Insan Tzu Chi membantu membangun Sekolah Dasar Baizhu yang telah rusak. Mereka juga mengajak para guru untuk mengajarkan Kata Perenungan Jing Si di sekolah. Kini belasan tahun sudah berlalu. Banyak anak-anak yang duduk di bangku SD, sekolah menengah, hingga perguruan tinggi. Banyak perubahan pada diri anak-anak. Namun, setidaknya mereka memahami prinsip-prinsip sebagai manusia dan cara mengasihi orang lain seperti insan Tzu Chi. Pendidikan harus dimulai sejak kecil agar anak-anak dapat bertunas bagai sebutir benih dan bertumbuh menjadi pohon besar. Kita harus seperti tukang kebun yang rajin merawat dan menyiram tanaman serta membersihkan rumput liar agar benih yang baik dapat bertunas dan bertumbuh menjadi pohon besar. Untuk itu, insan Tzu Chi selalu memerhatikan dan mendampingi mereka sejak sekolah dasar, sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Baik insan Tzu Chi di Beijing maupun di Shanghai, sebagian insan Tzu Chi di sana merupakan pengusaha dari Taiwan. Di mana pun insan Tzu Chi berada, mereka selalu dan menyebarkan benih cinta kasih. Mereka memanfaatkan waktu untuk menggalang Bodhisatwa dunia. Lihatlah, saat berada di kereta pun mereka tetap giat dan bersemangat. Bagaimana saya tak mengasihi mereka? | |||
| |||
Karena ia adalah dokter mata, ia sering mengadakan baksok kesehatan dengan insan Tzu Chi. Ia telah membantu memulihkan daya penglihatan banyak pasien. Saya merasa tersentuh melihatnya. Walaupun masih muda, namun ia punya keterampilan dan hati yang baik. Bukankah ia adalah seorang “Tabib Agung”? Ia telah membangkitkan cinta kasihnya dan bersumbangsih dengan sungguh-sungguh. Ada pula seorang relawan muda yang bernama Zhou Yang dari Wuhan. Ia sangat giat dan bersemangat. Setiap bulan, ia pergi ke Shanghai untuk mengikuti kelas pelatihan bersama karena insan Tzu Chi di Wuhan tidaklah banyak. Karena itu, ia berterkad untuk memulainya dari celengan bambu dan bertekad menggalang 500 relawan Tzu Chi. Ia bertekad untuk melatih diri dan mengemban misi Tzu Chi agar benih Tzu Chi bisa mengakar di Wuhan. Lihatlah, betapa giatnya anak muda ini. Ia tak pernah absen dalam setiap kegiatan. Ia datang dari tempat yang jauh dengan menumpang kereta api demi mengikuti kelas pelatihan bersama. Kemarin, saat saya membagikan tasbih, insan Tzu Chi dari Wuhan juga tidak sedikit. Dari situ, kita dapat melihat kesungguhan hatinya. Saya sungguh tersentuh mendengarnya dan merasakan harapan masa depan. Ia sangat berjodoh dengan saya. Ia ingin menjadi murid saya dan bertekad untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan. Saya sungguh tersentuh mendengarnya. | |||
| |||
Putranya juga turut berperan sebagai anak yang pembangkang. Dahulu anaknya sangat pembangkang.Kebetulan, ia berperan sebagai anak yang pembangkang di atas panggung. Usai pementasan, anaknya pun berubah dan bertekad untuk bervegetarian. Ia menyadari berbakti dan berbuat baik adalah 2 hal yang tak bisa ditunda. Perubahan anaknya telah memengaruhi seluruh keluarganya. Sang ibu sangat berterima kasih kepada Tzu Chi. Karena itu, ia bertekad untuk bergabung dengan Tzu Chi. Semua ini berkat insan Tzu Chi yang terus menyebarkan benih cinta kasih ke Tiongkok. Mereka menyebarkan dan merawat benih cinta kasih dengan penuh kesungguhan hati bagai tukang kebun. Mereka merawatnya dengan sangat baik. Semoga Dharma dapat sungguh-sungguh meresap ke dalam hati agar mereka dapat berbagi dengan sesama. Dengan demikian, akan lebih banyak orang yang terinspirasi untuk bersumbangsih dengan cinta kasih universal yang tanpa pamrih. Kemarin saya berkata kepada mereka bahwa asalkan setiap orang menyerap Dharma ke dalam hati, maka dunia akan aman dan Dharma bisa tersebar ke seluruh dunia. Inilah harapan saya. Meski mereka berada sangat jauh, namun hati mereka sangat dekat dengan saya. Mereka bisa memahami isi hati saya. Baiklah. Singkat kata, orang yang bisa memahami isi hati kita sangatlah sedikit. Namun, saya melihat banyak orang yang memahami isi hati saya. Karena itu, saya merasa ada harapan. Saya yakin tidaklah sulit untuk membuka pintu mazhab Tzu Chi di seluruh dunia. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.
| |||
Artikel Terkait
Melatih Ketulusan dalam Bersumbangsih
25 Juli 2016Minggu, 24 Juli 2016, Tzu Chi Medan mengadakan pelatihan relawan abu putih ke-2. Kegiatan ini diikuti oleh 83 relawan abu putih dari berbagai wilayah seperti Banda Aceh, Binjai, Langkat, Kuala Simpang dan Medan.