Suara Kasih: Menghargai Berkah dan Berbuat Baik
Jurnalis : Da Ai News , Fotografer : Da Ai News
Judul Asli:
Anak-anak dari keluarga kurang mampu sungguh sulit mengenyam pendidikan | |||
“Saya ingin bersekolah, tetapi orang tua saya akan marah. Ibu saya tak bisa bekerja. Kami memerlukan uang,” ucap seorang anak. “Di India, terdapat 50 hingga 60 juta anak yang bekerja penuh waktu. Angka tersebut setara dengan jumlah pengangguran orang dewasa. Ada penelitian yang mengungkapkan bahwa orang dewasa pengangguran tersebut merupakan orang tua dari anak-anak yang bekerja penuh waktu. Jadi, ini adalah sirkulasi yang buruk. Kita harus menghancurkannya,” jelas seorang relawan setempat. Orang yang hidup di tengah kondisi berkecukupan hendaknya banyak melihat penderitaan orang miskin. Lihatlah ke seluruh dunia, berapa banyak anak yang berkeinginan untuk bersekolah? Akibat kemiskinan dan peperangan berkepanjangan, banyak anak yang terpaksa menjadi buruh. Banyak anak berkeinginan untuk bersekolah, tetapi terjebak di lingkungan yang tak memungkinkan. Akan tetapi, kita dapat melihat bahwa meski hidup di tengah kondisi demikian, mereka tetap berkeinginan tinggi untuk belajar. Sebaliknya, mereka yang hidup di negara makmur dengan sumber daya dan pendidikan yang berlimpah malah tak tahu untuk menghargainya. Ini sungguh disayangkan. | |||
| |||
Kegiatan ini membantu anak mengubah tabiatnya, tahu bagaimana berbakti pada orang tua, dan menjadi lebih giat belajar. Pihak sekolah berharap insan Tzu Chi bisa terus memperhatikan sekolah. Karena itu, sejak sekarang (Juni) hingga September 2013, insan Tzu Chi memanfaatkan waktu libur untuk menggelar berbagai kegiatan bagi murid demi menyebarkan prinsip berbakti dan membangkitkan cinta kasih anak agar mereka bisa tahu bersyukur dan menghargai berkah. Kita juga melihat SD Ji Dong di Meinong, Kaohsiung. Sekolah tersebut sudah lapuk dan harus direnovasi. Akan tetapi, untuk menjalankan proyek renovasi, kepala sekolah harus mencari cara agar anak-anak bisa terus belajar. Kepala sekolah pun meminta bantuan Tzu Chi. Pasca topan Morakot tahun 2008 lalu, kita juga membantu beberapa sekolah mendirikan ruang kelas rakitan agar anak-anak memiliki tempat untuk bersekolah dan sekolah bisa dibangun kembali. Setelah proyek konstruksi sekolah rampung, ruang kelas rakitan itu bisa kita bongkar. Insan Tzu Chi sangat menghargai sumber daya alam. Dalam proses pembongkaran, insan Tzu Chi bahkan tak membuang satu sekrup pun. Material yang kita bongkar masih bisa digunakan kembali. Bahan-bahan material tersebut masih bisa kita gunakan kembali. Jadi, kini kita telah membangun ruang kelas rakitan bagi sekolah dasar di Meinong sehingga anak-anak bisa terus bersekolah. “Hari ini, 14 ruang kelas rakitan yang indah telah berdiri di depan mata. Master Cheng Yen dan insan Tzu Chi di seluruh dunia dengan tulus berharap seluruh siswa bisa menghargai lingkungan baru yang dibangun dengan tak mudah ini,” ucap Du Jun Yuan, relawan Tzu Chi yang mendampingi. Meski hanya ruang kelas rakitan sementara, tetapi sesungguhnya ia sangatlah kokoh dan memiliki fasilitas yang lengkap. Di dalamnya tersedia kipas angin dan isolasi termal. Kemarin, ruang kelas itu sudah mulai diresmikan. Proyek pembangunan sekolah ini memungkinkan anak-anak untuk terus bersekolah. | |||
| |||
Selain itu, kita juga melihat laporan prakiraan cuaca. Kita harus meningkatkan kewaspadaan, mawas diri, dan berhati tulus karena Topan Rumbia tengah mendekati Filipina. Marilah kita berdoa untuk Filipina. Semoga setelah topan menerjang, semuanya tetap aman dan selamat. Semoga topan tersebut tidak mendatangkan curah hujan dan angin yang terlalu besar. Semoga ia berlalu dengan tenang. Kita juga melihat gelombang panas di barat daya Amerika Serikat. Di Phoenix, suhu udara mencapai 47 derajat Celsius, sedangkan suhu udara di Death Valley, California mencapai 53 derajat Celsius. Gelombang panas ini terjadik arena cuaca yang ekstrem. Sungguh khawatir melihatnya. Selain itu, anak-anak yang bermain air selama liburan musim panas juga sangat mengkhawatirkan. Karena itu, insan Tzu Chi mengatur berbagai kegiatan di musim panas agar anak-anak bisa terus mengembangkan kepribadian yang baik. Insan Tzu Chi memanfaatkan liburan musim panas agar anak-anak menerima pendidikan yang bermoral. Saya sangat berterima kasih atas digelarnya program tersebut. Waktu bisa mengembangkan kebijaksanaan manusia. Waktu juga bisa menjerumuskan anak-anak. Jadi, kita harus membantu anak-anak mengatur waktu dengan baik. Inilah kesungguhan hati insan Tzu Chi. Kita juga melihat penyaluran bantuan dana pendidikan di California, Amerika Serikat. Kita dapat melihat seorang anak yang dibuang oleh orang tuanya sejak kecil kini telah berkuliah. “Saya ingin bersekolah, lalu bekerja untuk memulai hidup baru. Saya pikir saya ingin berpartisipasi dalam kegiatan kalian karena saya merasa ini sangat keren,” ucap Reanna Raygoza, seorang gadis yang mendapat bantuan beasiswa dari Tzu Chi. Berkat pendampingan penuh cinta kasih insan Tzu Chi, anak yang begitu cantik bisa kembali bersekolah. Saya sungguh melihat adanya harapan. Inilah harapan dalam kehidupan. Kehidupan yang memiliki cinta kasih akan penuh dengan harapan. Sesungguhnya, orang-orang dari berbagai profesi bisa memberi manfaat bagi orang lain. Demikian pula dengan staf medis dari misi kesehatan kita yang melindungi kehidupan dan kesehatan warga dengan cinta kasih. Misi pendidikan dan misi amal Tzu Chi juga terus membimbing masyarakat dan orang banyak untuk menemukan jalan yang benar dalam hidup. Saya sangat bersyukur. Meski cuaca sangat panas, insan Tzu Chi masih sangat giat dan bersemangat bersumbangsih bagi masyarakat. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou ) | |||