Suara Kasih : Menghargai dan Mensyukuri Alam
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News Judul Asli: Menerapkan Pelestarian Lingkungan dan Melindungi Pepohonan Hujan deras dapat mengakibatkan bencana Melihat bencana yang terus berdatangan, kita sungguh merasa khawatir. Kini penduduk di Taiwan tengah khawatir akan tertimpa bencana kekeringan, terutama penduduk di wilayah selatan Taiwan. Jika hujan tak kunjung turun, mereka akan mengalami bencana kekeringan dan kesulitan untuk bercocok tanam. | |||
Karena itu, pemerintah setempat pun merencanakan pengosongan lahan. Selain itu, pemerintah juga merencanakan pembatasan penggunaan air. Inilah yang dikhawatirkan oleh warga di wilayah selatan Taiwan. Mereka terus berdoa semoga hujan turun. Namun, Topan Morakot yang melanda Taiwan pada tanggal 8 Agustus tahun lalu juga menyebabkan warga takut akan hujan. Mereka juga mengkhawatirkan jika hujan turun berkepanjangan, apakah daerah pegunungan akan kembali tertimpa bencana. Mereka berharap sekaligus khawatir. Sungguh mengkhawatirkan. Akhirnya, 3 hari hari lalu turun hujan yang sangat deras sehingga menyebabkan kerusakan jalan dan jembatan di wilayah tengah dan selatan Taiwan. Jalan dan jembatan sementara yang dibangun pascabencana Topan Morakot juga mengalami kerusakan. Kerusakan yang ada sungguh parah. Meski hujan deras telah berhenti, namun arah pergerakan awan diperkirakan akan kembali ke utara pada tanggal 26 Mei, sehingga hujan kemungkinan akan kembali turun. Cuaca yang tak selaras ini sungguh mengkhawatirkan. Lihatlah, Tiongkok Selatan berulang kali dilanda hujan deras dan banjir. Cuaca yang tak selaras mengakibatkan bencana banjir di berbagai provinsi, dan banyak orang tertimpa bencana. Terlebih lagi, akibat hujan deras kandungan air di gunung menjadi tinggi sehingga rentan terhadap tanah longsor. Lihatlah serangkaian kereta api yang keluar lintasan dan terbalik karena tanah telah menimbun rel. Kerusakan ini sungguh parah. Inilah akibat dari bencana alam. Lihatlah, banjir menggenangi wilayah yang luas, transportasi di pengunungan pun terganggu akibat tanah longsor. Sungguh, bagaimana kita tak merasa khawatir dengan semua yang terjadi? Inilah yang terjadi di daratan. | |||
| |||
Ini merupakan kejadian besar di dunia. Sesungguhnya, semua hal yang terjadi di bumi merupakan tanggung jawab setiap orang. Mengapa cuaca begitu tak bersahabat? Jangan berpikir ini tiada kaitannya dengan kita. Semua ini berkaitan dengan Anda, saya, dia, dan semua orang. Kondisi cuaca dan iklim saat ini merupakan hasil dari perilaku manusia. Akibatnya, banyak bencana terjadi di dunia. Karena itu, kita hendaknya berintropeksi diri. Kita adalah salah satu pelaku dalam pencemaran lingkungan. Kita hendaknya menghormati langit, menyayangi bumi, berintrospeksi diri, dan berusaha mengurangi pencemaran lingkungan. Karena itu, pendidikan masa kini harus mengajarkan pentingnya perilaku manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam dengan harapan agar anak-anak mengerti tentang pentingnya menghemat sumber daya alam. Saya sangat gembira karena kini telah ada sekolah seperti itu di Taiwan. Contohnya, Universitas Shu-Te di Kaoshiung. Sang kepala sekolah menyadari bahwa mengikuti kegiatan daur ulang sangat penting bagi para siswa. Dengan melayani, para siswa akan menyadari makna hidup dan tanggung jawab mereka terhadap masyarakat. Kita harus membuat kaum muda mengerti mengapa para Bodhisatwa lansia tak beristirahat saja di rumah, mengapa begitu banyak organisasi yang mengajak para pengusaha untuk membersihkan kamar kecil. Hal ini kini telah menjadi kebiasaan di masyarakat. Namun, kita harus membuat orang mengetahui bahwa itu bukanlah semata-mata kebiasaan, melainkan tanggung jawab. Semua orang memiliki tanggung jawab. Ketika menikmati sumber daya alam, kita harus menyadari asal usulnya dan juga menghargainya. Kita juga harus membuat kaum muda mengerti proses pembuatan suatu barang, bahan yang diperlukan, pencemaran yang ditimbulkan. Setelah didaur ulang, barang-barang ini akan kembali menjadi bahan baku dan dapat diproses kembali. Inilah yang harus kita ajarkan agar kebijaksanaan tumbuh dalam diri mereka. | |||
| |||
Para guru ingin menjelaskan asal mula secarik kertas, yakni dari pohon besar. Pohon tersebut harus ditebang. Tetapi, apa yang terjadi dengan tanah jika pohon ditebang? Bagaimana jika hujan? Para guru mengajak mereka ke taman. Para guru mengajak mereka berkaryawisata untuk menjelaskan hal tersebut. ”Biasanya mereka menggunakan banyak kertas. Karena itu, kami membimbing mereka untuk membuat kertas yang memerlukan banyak proses, sehingga mereka dapat menghargai kertas dan sumber daya lainnya,” ujar seorang guru. Dimulai dari selembar kertas, anak-anak mampu mengerti bahwa pepohonan dapat memengaruhi kondisi iklim. Inilah yang disebut pendidikan. Pendidikan budaya humanis Tzu Chi tak hanya diterapkan pada orang dewasa, melainkan juga pada anak kecil. Jadi, kesalahan-kesalahan kecil dari banyak orang dapat mendatangkan bencana bagi dunia. Karena itu, kita harus senantiasa menjaga pikiran dalam kehidupan sehari-hari. Pikiran kita harus senantiasa berada di jalan yang benar. Dengan demikian, kita akan dapat membedakan perilaku yang baik dan yang buruk. Dalam kehidupan di dunia ini, kita harus senantiasa menghargai dan mensyukuri alam beserta isinya. Dengan demikian, barulah kita dapat menjalani hidup hemat dan sederhana. Saya sungguh bersyukur melihat insan Tzu Chi yang tak henti-hentinya memberi teladan di dunia. Kini pelestarian lingkungan telah menjadi isu global. Telah menjadi perhatian semua orang di dunia. Saya sungguh berterima kasih. | |||
Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi Foto: Da Ai TV Taiwan | |||