Suara Kasih: Menghimpun Berkah dengan Menerapkan Pola Makan Vegetaris

Jurnalis : DAAI News, Fotografer : DAAI News
 

Judul Asli:

Menghimpun Berkah dengan Menerapkan Pola Makan Vegetaris

Insan Tzu Chi Indonesia membagikan bantuan kepada para korban dengan perahu karet
Memulihkan kondisi Filipina dan menghimpun jalinan jodoh baik
Bervegetaris demi melindungi kehidupan dan mencegah terjadinya wabah penyakit
Mengikis ketamakan dan kembali ke sifat hakiki

 

Beberapa hari ini, di berbagai tempat di Indonesia terkena banjir. Di Jakarta sendiri ada lebih dari 68.000 orang yang telah dievakuasi dari lokasi bencana. Di Perumahan Cinta Kasih Cengkareng, insan Tzu Chi segera mendirikan dapur umum untuk menyiapkan konsumsi bagi para korban. Aula Jing Si Indonesia juga digunakan sebagai tempat pengungsian para korban. Insan Tzu Chi mendistribusikan bantuan dengan menggunakan perahu karet. Kini, insan Tzu Chi Indonesia tersebar ke berbagai lokasi bencana di Indonesia untuk membagikan bantuan bencana. Inilah ketidakselarasan unsur air yang tengah terjadi di Indonesia.

Selain itu, beberapa hari ini, saya terus membahas tentang Filipina. Berita yang saya lihat sangat menenangkan hati dan mendatangkan sukacita. Meski pascatopan kali ini orang yang mengalami penderitaan tidak sedikit jumlahnya, tetapi asalkan ada cinta kasih di dunia, kita tetap bisa mengantarkan kehangatan dan perhatian ke lokasi bencana. Penderitaan pascabencana tersebut telah membuat para warga merasakan ketidakkekalan hidup, memahami bahwa himpunan tenaga dari banyak orang bisa menjadi kekuatan besar, serta memahami bahwa orang-orang dari puluhan negara di dunia bisa menghimpun cinta kasih untuk membantu mereka. Mereka percaya bahwa tetesan air bisa membentuk sungai, butiran padi bisa memenuhi lumbung. Karena itulah, setiap orang bersedia ikut mencurahkan cinta kasih. Setiap orang memiliki sebuah botol plastik untuk menyimpan koin dan menyumbangkannya kepada Tzu Chi sebagai wujud balas budi.

Kita juga telah melihat insan Tzu Chi membantu sebuah sekolah Katolik setempat mendirikan ruang kelas sementara agar anak-anak bisa segera kembali bersekolah. Para biarawati Katolik dan guru sekolah itu pun  merasa sangat tersentuh. “Saat meminta bantuan Tzu Chi, saya berpikir dalam hati, apakah Tzu Chi akan membantu kami karena kami adalah umat Katolik, sedangkan mereka adalah umat Buddhis. Namun, dalam waktu kurang dari 5 menit, Bapak Henry sudah datang ke lokasi ini bersama kami,” cerita Dolly Michaez, Guru Bahasa Inggris.

“Kami menggunakan ruang kelas sementara yang ini sebagai kapel. Hari Rabu minggu lalu, kami mengadakan misa pertama kami dengan menggunakan ruang ini,” ujar Jessica Arante, Kepala sekolah. Saya menyadari bahwa para biarawati tersebut mengenakan gelang tasbih di tangan mereka. Ternyata, mereka mendapatkannya dari salah seorang anggota Tzu Cheng kita. “Selama acara Pemberkahan Akhir Tahun itu, saya belajar banyak tentang kebijaksanaan Master Cheng Yen. Saya mengatakan bahwa gelang tasbih ini bisa menjadi pengingat saya, terutama ajaran Master tentang kepedulian, cinta kasih, dan kewelasasihan,” tambah Jessica Arante. Ini sungguh menghangatkan hati. Tanpa membedakan agama dan kewarganegaraan, kita harus saling mengasihi, saling menolong, saling berterima kasih, dan saling menginspirasi. Cinta kasih ini sungguh berharga. Karena itu, kita semua harus tahu untuk senantiasa bersungguh hati. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus menghormati langit, menyayangi bumi, dan menghimpun berkah. Kita sungguh harus bersyukur atas budi luhur bumi kepada kita. Sesama manusia, kita harus saling membantu. Selain itu, kita juga harus menghormati semua kehidupan.

Akhir-akhir ini, banyak orang yang terserang flu. Peringatan tentang virus flu burung sudah dikeluarkan di Tiongkok. Demi memuaskan nafsu terhadap makanan, manusia telah membunuh banyak sekali hewan. Kini hewan-hewan itu tengah berbalik “menyerang” manusia. Virus flu burung menular dari hewan ke tubuh manusia, lalu manusia menularkannya lagi ke sesama manusia. Berhubung sarana transportasi sekarang sangat memadai, tingkat mobilitas manusia pun semakin lama semakin meningkat sehingga penyebaran virus menjadi sangat cepat. Ini sungguh mengerikan. Oleh karena itu, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Pada tahun 2003, saat merebaknya wabah SARS, selama jangka waktu yang sangat panjang, semua orang selalu mengenakan masker. Ini karena semua orang sangat khawatir dan takut. Akan tetapi, orang-orang melupakannya dengan cepat.

Tahun itu, sepasang suami istri di Hong Kong terjangkit SARS. Sang suami meninggal, sedangkan sang istri tetap bertahan hidup. Meski sangat sedih, tetapi demi anak-anaknya, sang istri tetap berjuang untuk bertahan hidup. Hingga suatu hari, dia menonton Da Ai TV. “Saat itu, suasana hati saya sangat buruk. Saya mengambil pengendali jarak jauh dan menggonta-ganti saluran TV. Lalu, saya melihat seorang bhiksuni di sebuah stasiun TV. Saya berpikir, “Bagaimana bisa ada saluran TV seperti ini? Apakah dia sedang berceramah?” Karena tidak tertarik, saya mengganti saluran TV lagi,” ujar Liang Shu-ming, relawan Tzu Chi.

Melihat seorang bhiksuni sedang berceramah, dia segera mengganti saluran TV karena enggan mendengarnya. Bukankah banyak orang yang seperti itu? Melihat tayangan televisi yang bersifat religius, dia segera mengganti saluran. Akan tetapi, matangnya jalinan jodoh adalah di luar kendali kita. “Beberapa hari kemudian, saat menyalakan televisi, saya kembali melihat bhiksuni itu. Saya berpikir di dalam hati, “Saya ingin mendengar apa yang dikatakan oleh bhiksuni ini.” Setelah mendengar selama lebih dari 10 menit, tiba-tiba saya menangis tersedu-sedu. Meski saya tidak memahami apa yang dikatakannya, tetapi saya bisa membaca teks di layar. Alasan saya menangis tersedu-sedu adalah karena saya merasa bhiksuni itu seperti sedang berbicara pada saya,” ungkap Liang Shu-ming.

Sejak saat itu, dia mulai menonton Da Ai TV dan terus mencari tahu tentang Tzu Chi. Karena adanya jalinan jodoh, dia bertemu dengan seorang insan Tzu Chi yang merupakan tetangganya. Hingga akhirnya, di tahun 2013, dia ikut berpartisipasi dalam pementasan adaptasi Sutra dan mengikuti kelas bedah buku. Setelah mengenal Tzu Chi, dia terjun menjadi relawan. Ini semua merupakan jalinan jodoh baik. Intinya, asalkan ada jalinan jodoh yang dalam, kita tidak takut jodoh itu datang terlambat. Akan tetapi, apakah kita hanya bisa menunggu jalinan jodoh itu datang? Kita harus lebih giat melakukan kebaikan. Karena sulit bagi orang untuk mendengar Dharma, maka kita harus memanfaatkan teknologi masa kini untuk menyebarkan Dharma. Kita bisa memanfaatkan media massa untuk menyebarkan kebaikan, melanjutkan siklus kebajikan, dan terus membantu semua orang menghapus kekotoran batin, membersihkan noda batin dengan air Dharma. Hanya dengan demikian, barulah kita bisa mengembangkan cinta kasih semua orang. Jika tidak, pikiran manusia hanya akan dipenuhi oleh ketamakan.

Kita harus mengikis ketamakan di dalam diri. Kita hendaknya hidup sesuai dengan kebutuhan dasar yang benar-benar kita butuhkan. Kita harus hidup sesuai kebutuhan kita. Tiga kali sehari setiap hari. Contohnya, kita harus makan 3 kali dalam sehari. Akan tetapi, apakah kita perlu mengonsumsi daging hewan? Apakah kita perlu membunuh hewan? Itu semua tidaklah diperlukan. Semua itu hanya demi memuaskan nafsu makan kita. Lihatlah, anak-anak TK Cinta Kasih Kaohsiung yang menggemaskan itu. Lihat, mereka terjun ke jalan-jalan untuk menggalakkan pola makan vegetaris. Meski masih kecil, tetapi mereka bisa mengatasi nafsu makan sesaat. Sebagai orang dewasa, kita masih tidak bisa sadar. Ini sungguh menyedihkan. Baiklah. Di dunia ini, kita harus selalu mencari tahu dari mana asalnya penderitaan manusia. Janganlah berpikir, “Lebih saya seorang tidak akan berpengaruh.” Segala sesuatu harus dimulai dari diri kita sendiri. Semua orang harus memiliki pemikiran seperti ini. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 

Artikel Terkait

Berbagi Beras Cinta Kasih Tzu Chi

Berbagi Beras Cinta Kasih Tzu Chi

10 Juni 2021

Relawan Tzu Chi membagikan Bantuan Peduli Covid-19 di Kab.Pangandaran dan Kota Banjar berupa 106 ton beras dan 106.000 pcs masker medis bagi warga terdampak pandemi.

Harmonisasi dalam Keberagaman

Harmonisasi dalam Keberagaman

29 April 2013 Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya, dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat
Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -