Suara Kasih: Mengikis Karma Buruk
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
Judul Asli:
Mengikis karma buruk yang tercipta lewat tindakan, ucapan, dan pikiran | |||
Setiap orang hendaknya menjaga tubuh, ucapan, dan pikiran dengan baik serta mengubah jalinan jodoh buruk menjadi baik. Marilah kita berdoa semoga dunia terbebas dari bencana dari tahun ke tahun. Saya berharap setiap orang dapat benar-benar mawas diri dan berhati tulus. Saya berharap setiap orang memiliki hati yang damai dan bajik. Akan tetapi, pikiran manusia awam selalu ditutupi oleh kegelapan batin. Sebersit ketamakan yang muncul memicu timbulnya kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan. Ragu artinya meragukan ajaran Buddha. Keyakinan kita terhadap ajaran Buddha tidak dalam dan mengakar. Kita tidak memiliki pemahaman mendalam terhadap keyakinan kita sendiri. Akibatnya, timbullah keraguan. Keraguan membuat akar keyakinan kita sulit berkembang. Keraguan juga membuat kita dipenuhi kebodohan. Kebodohan adalah kegelapan batin. Orang yang diliputi kegelapan batin selalu bersikap angkuh dan sombong. Jika memperoleh sedikit pencapaian, dia akan sangat menyombongkan dirinya sendiri. Jika sesuatu tak berjalan sesuai keinginannya, api kemarahannya langsung terbangkitkan. Kita sering berkata bahwa kita membina diri dan berbuat baik demi menghimpun hutan pahala. Akan tetapi, saat timbul sedikit kegelapan batin dan kebencian, maka api kebencian ini bisa membakar seluruh hutan pahala kita. Jika demikian, sia-sia kita sudah giat menyebarkan benih cinta kasih dan terus mengairi batin kita. Saat kegelapan batin dan kebencian muncul di dalam hati, maka tindakan, ucapan, dan pikiran kita akan menyimpang sehingga menyebabkan kita menjalin banyak jodoh buruk. Ini mengakibatkan bencana akibat ulah manusia terjadi tanpa henti. Karena itu, kita harus senantiasa membasahi batin kita dengan Dharma. Janganlah membiarkan batin kita terlalu kering karena sedikit percikan api saja bisa membakar seluruh hutan pahala kita. Bodhisatwa sekalian, kita harus membersihkan ketamakan, kebencian, kebodohan,keraguan, dan kesombongan di dalam hati kita agar dunia bisa hidup aman dan tenteram, agar empat unsur alam bisa berjalan selaras. Jika manusia tidak menjaga tubuh, ucapan, dan pikiran, tidak lebih banyak menjalin jodoh baik, dan tidak mengendalikan nafsu ketamakan, maka bencana alam dan ulah manusia akan terjadi tanpa henti. | |||
| |||
Selain itu, para orang tua juga sangat berterima kasih. Mereka berkata bahwa di bawah bimbingan insan Tzu Chi, anak-anak tak hanya menjadi tenang kembali, namun juga menjadi lebih dewasa. “Apa yang kamu pelajari di sini?” tanya relawan Tzu Chi. “Saya belajar bernyanyi dan menggambar,” jawab anak terseut dengan riang. “Mengapa kamu mau membantu merapikan buku?” tanya relawan kembali. “Karena membantu orang lain membuat saya bahagia,” balas anak tersebut. Selain itu, anak-anak juga mengucapkan terima kasih kepada para tentara yang telah membantu mereka. “Terima kasih, Paman Tentara!” ujar para anak yang tinggal di tempat penampungan. Melihat budi pekerti anak-anak yang begitu baik, para tentara pun merasa terharu. “Mereka bagaikan cucu saya. Melihat mereka, saya sangat bahagia dan merasakan kehangatan. Mari kita berusaha bersama-sama. Lushan pasti lebih baik esok,” ucap seorang tentara. Mereka sangat berterima kasih atas bantuan dan perhatian yang mereka dapatkan dari pihak luar. Insan Tzu Chi mengajarkan anak-anak untuk mengungkapkan terima kasih atas bantuan yang mereka terima. Inilah bantuan Tzu Chi kali ini. Meski gempa bumi kali ini mendatangkan bencana, namun juga mematangkan jalinan jodoh yang baik antara Tzu Chi dengan warga setempat. Yang lebih membuat saya bersyukur adalah saat melihat relawan baru dari Chongqing. Mereka adalah pengusaha lokal. Saat berpartisipasi dalam penyaluran bantuan kali ini, mereka bisa mengatur sift sendiri. Mereka membentuk kelompok-kelompok yang terdiri atas 2 orang dan ganti sift setiap 3 hari. “Pascagempa, setiap malam saya berpikir, saya harus segera tiba ke lokasi bencana.” Meski saya hanya bisa membantu menyapu lantai atau membawakan air, saya juga bersedia,” ujar salah seorang pengusaha. “Lakukan saja! Itulah semangat yang diajarkan oleh Master. Saat mengetahui ada kesempatan ini,saya segera ikut serta karena saya merasa bisa membantu orang lain adalah hal yang menggembirakan,” sharing pengusaha yang turut membantu. | |||
| |||
Kini dia telah berubah.Setiap hari, pagi-pagi sekali, dia sudah berada di pusat kegiatan Tzu Chi di Luoshui. Dia menghabiskan waktu di sana seharian, selama lebih dari 10 jam. “Ada orang yang berpikir saya bekerja di Tzu Chi dan mendapatkan upah dari Tzu Chi. Ini karena setiap pukul 6 pagi, saya sudah berada di pusat kegiatan Tzu Chi. Setelah mendengarkan ceramah pagi, saya melakukan apa pun yang saya lihat. Begitulah rutinitas saya sekarang,” terang relawan. “Tetangga saya bilang, “Kamu seperti sedang bekerja.” Relawan itupun berkata, “Jika menerima upah, tak mungkin saya bekerja lebih dari 10 jam dalam sehari.” Dia tidak menerima upah, namun tetap melakukannya dengan sukacita. Sang suami juga sudah merasakan perubahan pada diri istrinya dan mulai terinspirasi untuk bergabung dengan Tzu Chi. Inilah Bodhisatwa. Bodhisatwa dunia bisa membimbing setiap orang memutar roda Dharma di dalam hati dan membimbing setiap orang yang berjalan menyimpang agar kembali ke arah yang benar. Bodhisatwa dunia menggunakan berbagai cara terampil untuk menunjukkan ketidakkekalan di dunia dan prinsip kebenaran yang diajarkan Buddha. Mereka juga menunjukkan bagaimana perbuatan manusia telah menyebabkan Lima Kekeruhan, ketidakselarasan empat unsur, dan bencana yang terjadi silih berganti. Bodhisatwa dunia memanfaatkan berbagai fenomena yang terjadi di dunia untuk membimbing orang-orang agar menapaki Jalan Bodhisatwa. Inilah prinsip kebenaran yang harus kita pahami. Hanya berbicara dan mendengar saja tidaklah cukup. Kita harus memahaminya, tetapi itu masih belum cukup. Kita harus benar-benar mempraktikkannya. Dengan demikian, barulah kita bisa menyadari betapa tenang dan indahnya batin kita.Singkat kata, saya sangat bersyukur karena setelah menyerap ajaran Buddha,kita bisa menjaga tindakan, ucapan, dan pikiran, mengubah jalinan jodoh buruk menjadi baik, serta menapaki Jalan Bodhisatwa. Untuk melakukannya, kita harus menggenggam saat ini. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou ) | |||