Suara Kasih : Mengikuti Jalan Pencerahan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Mengikuti Jalan untuk Mencapai Pencerahan
 

Ketidakkekalan ….
Bertemu dengan sang penyelamat yang membebaskan penderitaan
Menyucikan batin diri sendiri dan orang lain
Jalan pencerahan yang ada di dunia

 

”Pada saat itu, suasana hati saya sangat kacau. Saya seperti orang gila. Selama hampir 2 bulan, saya tidak pergi bekerja. Saya tidak melakukan apa pun selain duduk seharian,” kata seorang wanita. Wanita itu adalah warga keturunan India di Malaysia. Tadinya ia memiliki keluarga yang bahagia, namun semuanya berakhir karena ketidakkekalan. Delapan tahun lalu, ia kehilangan dua anggota keluarga yang paling dikasihinya dalam waktu berdekatan. Pada saat mengemudi, suaminya tiba-tiba terkena serangan jantung dan meninggal. Tak lama kemudian, putra tunggalnya yang telah lulus sekolah menengah dan baru berusia 19 tahun tenggelam saat berenang bersama teman-temannya. Meski kondisi ekonominya cukup baik, namun beban batin yang harus ditanggungnya sungguh berat. Ia tidak tahu apa tujuan hidupnya dan apa yang harus dilakukannya. Hatinya terasa kosong dan ia hampir menjadi gila.

“Selama delapan tahun, saya terus berdoa kepada Tuhan untuk memberi petunjuk kepada saya. Kini doa saya telah terkabul,” ucapnya. Beruntung, penyelamat hidupnya muncul dan mengajaknya untuk menjadi relawan Tzu Chi. Ia berkata bahwa setiap bulan insan Tzu Chi akan berkunjung ke rumah sakit lepra untuk memerhatikan dan menghibur para lansia. "Mereka tidak ke sana untuk berkhotbah. Hal ini sungguh membuat saya tersentuh," ungkapnya. Kini ia telah sadar dan memahami makna hidup yang sesungguhnya. Aliran jernih telah masuk ke dalam kehidupannya. Karena itu, ia bergabung dengan Tzu Chi. Ia berkata bahwa kini ia tak dapat hidup tanpa Tzu Chi. Karena itu, ia terus berkontribusi.

 

Jarak tempat tinggalnya ke kantor penghubung Tzu Chi hampir 2 jam. Saat menumpang angkutan umum, ia selalu membawa majalah Tzu Chi. Selain membaca majalah, ia juga memanfaatkan waktu untuk berbagi tentang Tzu Chi dengan orang-orang di angkutan umum. "Saya memberikan majalah Tzu Chi kepada mereka agar mereka dapat memahami tentang Tzu Chi dan turut berbagi dengan orang lain. Dengan demikian, lama kelamaan orang yang bergabung dengan Tzu Chi akan semakin banyak.," ujarnya. Bukankah ini sangat bagus? Kehidupannya menjadi penuh makna dan tak menyia-nyiakan waktu yang ada. Begitulah kehidupannya sekarang.

Selain berbagi tentang Tzu Chi serta menggalang cinta kasih dan dana, ia juga berpartisipasi dalam kegiatan daur ulang. Selain melakukan daur ulang, ia juga berbagi tentang Tzu Chi di komunitas warga India dan membimbing warga setempat membersihkan lingkungan tempat tinggal.

ia juga sangat memerhatikan penampilannya. Setiap hari saat ingin pergi ke kantor penghubung Tzu Chi atau melakukan kegiatan daur ulang, ia akan menyetrika bajunya terlebih dahulu sebelum dipakai. Meski sangat menjaga kebersihan, ia bersedia turut serta dalam melakukan daur ulang dan berkunjung ke komunitas yang kumuh demi membimbing warga membersihkan lingkungan. Hal ini sungguh tidak mudah. Hal ini menunjukkan bahwa hatinya telah terbuka dan egonya telah lenyap. Yang terpenting adalah ia telah menemukan tujuan hidupnya serta dapat menerima semua orang di sekelilingnya. Ia berharap dapat senantiasa berjalan di Jalan Tzu Chi dan menginspirasi orang lain. Tzu Chi adalah bagian dari hidup saya. Saya akan terus berjalan di Jalan Tzu Chi.

Jadi, asalkan dapat mengubah cara pandang, maka batin kita akan tersucikan. Selain itu, kita juga dapat menyucikan batin orang lain. Hal ini tak hanya dapat dilakukan oleh agama tertentu karena setiap agama mengajarkan hal ini. Bukankah di dalam Sutra tertulis hal ini? Air dari sungai, kolam, mata air, maupun sumur dapat mengalir ke lautan. Lautan dapat menampung segala air yang mengalir ke dalamnya. Buddha mengajarkan kepada kita untuk tidak membeda-bedakan agama dan merangkul semua orang dengan cinta kasih. Ia sungguh mendedikasikan dirinya untuk Tzu Chi dan mempraktikkan ajaran Buddha. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya.

Fakultas agama di Universitas Mcgill di Kanada sangat bersungguh hati mempelajari tentang Tzu Chi. Dekan universitas tersebut tahu bahwa Tzu Chi adalah sebuah organisasi Buddhis. Namun, apa perbedaan Tzu Chi dengan organisansi Buddhis lainnya?Jadi, atas bantuan temannya,ia dan seorang profesor berkunjung ke Kantor Penghubung Tzu Chi di Vancouver, Kanada.

Setelah mendengar penjelasan dari insan Tzu Chi, mereka pun merasa bahwa insan Tzu Chi sungguh mempraktikkan Dharma dalam keseharian. Mereka melihat betapa banyaknya insan Tzu Chi di seluruh dunia yang bersatu hati untuk bersumbangsih bagi semua orang tanpa membedakan ras dan kewarganegaraan. Mereka memberi manfaat bagi semua orang. Mereka memiliki hati yang penuh welas asih seperti hati Buddha, rendah hati, dan penuh cinta kasih.Inilah hati Bodhisattwa dunia. Dekan tersebut sangat tersentuh. ”Melihat bagaimana insan Tzu Chi mencurahkan cinta kasih dan welas asih kepada warga masyarakat dan segala kontribusinya, kami sungguh terinspirasi. Semoga kami memiliki lebih banyak kesempatan untuk mempelajari ajaran Buddha dan cara mempraktikkannya,” ujarnya.

Kita beralih ke Thailand. Sekelompok biksu dari Myanmar berkunjung ke kantor penghubung Tzu Chi di Thailand. Melihat kontribusi para insan Tzu Chi, salah seorang biksu pun turut berikrar. "Hari ini kami datang ke kantor penghubung Tzu Chi untuk belajar guna menambah pengetahuan kami. Melihat jejak cinta kasih kalian, saya berikrar bahwa setelah kembali ke Myanmar saya akan lebih bekerja keras demi agama Buddha dan demi semua makhluk," katanya. Lihatlah, banyak orang telah menyadari bahwa insan Tzu Chi sungguh mempraktikkan Dharma dalam keseharian. Meski setiap negara memiliki budaya yang berbeda, namun budaya humanis Tzu Chi dapat diterapkan kepada semua orang  tanpa membedakan ras dan agama sehingga ajaran Buddha dapat dipraktikkan di seluruh dunia.

Hari ini saya sangat senang mendengar insan Tzu Chi berbagi tentang kegiatan mereka. Ajaran Buddha adalah jalan yang benar. Saya telah menyaksikan cara insan Tzu Chi menyebarkan ajaran Buddha di dunia. Untuk itu, saya sungguh berterima kasih kepada para insan Tzu Chi. Mereka semua memiliki sebutan yang sama, yakni “Insan Tzu Chi”. Mereka berjalan di jalan yang sama seperti Buddha, yakni menuju pencerahan. Inilah arah jalan kita. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Pelatihan Komite dan Calon Komite: Sharing tentang Karma

Pelatihan Komite dan Calon Komite: Sharing tentang Karma

16 Maret 2017

Pembahasan tentang karma, menjadi salah satu materi sharing yang disampaikan relawan Hendry Chayadi di depan peserta pelatihan calon komite dan komite 2017. Pelatihan Komite dan Calon Komite digelar di Guo Yi Ting, Lt. 3 Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK dan diikuti oleh 580 relawan.

Gema Wu Liang Yi Jing

Gema Wu Liang Yi Jing

30 Mei 2018
Dalam rangka 25 tahun Tzu Chi Indonesia, sebanyak 50 orang relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 menghadiri Kick Off Wu Liang Yi Jing atau Sosialisasi Pembelajaran Sutra Makna Tanpa Batas di Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara pada Minggu, 26 Mei 2018.
Tangan yang Bersumbangsih untuk Bumi dan Sesama

Tangan yang Bersumbangsih untuk Bumi dan Sesama

30 Juni 2016
Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat, Hu Ai Jakarta Pusat, Xie Li Sunter melakukan kegiatan daur ulang di Taman RW 04 Sunter Metro. Beberapa warga juga ikut dalam kegiatan ini.
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -