Suara Kasih: Mengubah Kemiskinan Menjadi Kesejahteraan
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
Judul Asli:
Banjir di Afrika Selatan juga memengaruhi kehidupan warga di negara tetangga Banyak warga menderita akibat bencana Membimbing warga agar terbebas dari kemiskinan dan memiliki kehidupan yang sejahtera Mengukir sejarah dalam kehidupan manusia serta mewujudkan tekad bersama | |||
Lihatlah, bencana banjir besar di Afrika. Berhubung banjir di Provinsi Limpopo yang terletak di bagian utara Afrika sangat besar, air banjir terus meluas ke negara perbatasan, yaitu di Mozambik. Kita semua tahu bahwa negara Mozambik sangat miskin. Kini, banyak lahan yang tergenang air dan banyak warga yang kehilangan tempat tinggal. Bagaimana kehidupan mereka setelah air surut? Bencana banjir mengakibatkan penderitaan warga semakin bertambah. Inilah penderitaan di dunia. Pantas saja Buddha berkata bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan. Sungguh, ada pula warga yang telah hidup menderita dalam waktu lama. Penderitaan akibat kemiskinan ini terus berlanjut sepanjang sejarah. Lihatlah Guizhou. Jalinan jodoh Tzu Chi dan Guizhou berawal pada tahun 1997. Saat Kabupaten Pan dilanda banjir besar, insan Tzu Chi berangkat ke sana untuk melakukan survei. Saat itu, insan Tzu Chi melihat banyak warga hidup dalam kemiskinan. Rumah tempat tinggal mereka sangat sulit dibayangkan. Bagaimana rumah seperti itu bisa ditempati? Akan tetapi, banyak warga yang tinggal di dalamnya. Kondisi hidup mereka sungguh sulit dipercaya. Karena itu, kita mulai melakukan survei, menyiapkan barang bantuan, serta memikirkan bagaimana cara menyalurkan bantuan bagi mereka. Sejak itu, kita perlahan-lahan mulai memahami kondisi Guizhou. Semakin mencari tahu kondisi mereka, kita merasa semakin tak tega. Karena itu, kita mulai membuat perencanaan bagaimana cara mengubah kehidupan mereka dan bagaimana membuat mereka terbebas dari kemiskinan. | |||
| |||
Hingga tahun 2000, akhirnya pemerintah setempat menyetujui proyek kita dan bersedia menyediakan lahan bagi kita. Saya sangat berterima kasih kepada Relawan Gao, Wakil Ketua Wang, dan beberapa pengusaha Taiwan di Guangdong. Mereka terus mencari-cari hingga menemukan sebidang lahan kecil. Mereka berencana untuk membangun rumah dengan model bertingkat. Dari mana mereka mendapat material untuk membangun rumah? Mereka menggalang sumber daya setempat. Di wilayah tersebut terdapat banyak batu. Mereka memotong batu-batu besar secara manual hingga menjadi batu-batu kecil. Demikianlah cara mereka membangun rumah. Inilah desa pertama yang kita bangun. Pada tahun 2001, kita mulai membangun desa. Proyek tersebut rampung pada tanggal 27 Januari 2002. Dalam sejarah Tzu Chi hari ini, 32 keluarga dari Desa Mojian, Dongjia menempati rumah baru mereka. Inilah kemiskinan sepanjang sejarah yang bisa kita lihat di Guizhou. Asalkan ada orang yang mencurahkan perhatian, pola pikir mereka pasti bisa berubah. | |||
| |||
Meski menyalurkan bantuan sangat sulit, kita harus tetap melakukannya dengan bersungguh hati. Jadi, saat memberikan bantuan darurat, kita juga bisa membantu warga agar terbebas dari penderitaan dan kemiskinan, serta membimbing mereka agar hidup sejahtera. Untuk itu, kita harus memberikan mereka kesempatan dan tempat tinggal yang aman. Setelah merelokasi desa, kita juga memberikan bantuan pendidikan agar anak-anak bisa keluar dari pegunungan untuk bersekolah. Saat itu, di antara 100 anak, ada 99 anak yang tidak bersekolah. Kini, 100 persen anak di sana sudah bisa menerima pendidikan. Selama belasan tahun ini, kita membantu mereka merelokasi desa, memberikan bantuan pendidikan, dan menstabilkan kehidupan setempat. Kita melakukan semuanya dengan sangat komplet. Tahun ini, kita juga menggelar penyaluran bantuan musim dingin di sana. Selama bertahun-tahun ini, setiap kali berangkat ke Guizhou, kita selalu mengadakan acara makan bersama dengan warga setempat. Kini, banyak warga desa yang mulai mendukung semangat celengan bambu dan mendonasikannya kepada Tzu Chi. Selain itu, kepala desa maupun para warga yang telah menjadi jutawan juga ikut mengenakan rompi relawan untuk membantu proses penyaluran bantuan. Banyak warga yang telah menjadi relawan. Lihatlah, kini kehidupan mereka telah berubah. Kemiskinan sepanjang sejarah mereka telah berubah dan kini mereka hidup dalam kesejahteraan. Kita melakukannya dengan sangat sempurna. Saya sangat bersyukur atas pencapaian kita selama ini. Perjalanan kita yang penuh kesulitan selama belasan tahun ini kini telah mengarah ke jalan yang rata. Insan Tzu Chi sungguh merupakan tokoh sejarah. Mereka adalah Bodhisattva yang tercatat dalam Kitab Sejarah Tzu Chi. Setiap kali melihat Relawan Gao dan relawan lainnya, saya selalu teringat bagaimana mereka mengubah kehidupan warga Guizhou. Pahala mereka sungguh tak terhingga. Tentu saja, ini semua membutuhkan sekelompok Bodhisattva yang bersedia menempuh perjalanan bolak-balik untuk mencurahkan perhatian. Ini sungguh membuat saya tersentuh. Berkat himpunan kekuatan dari banyak orang, barulah kita bias merelokasi desa, membangun sekolah, dll. Ini semua kita lakukan dengan sangat komplet. Melihat perubahan taraf hidup para warga, saya sungguh merasa tersentuh. Singkat kata, tak ada yang tidak bisa dilakukan. Asalkan memiliki kemauan, setiap orang bisa berbuat baik. Kemiskinan jangka panjang para warga juga bisa kita ubah menjadi kehidupan yang sejahtera. Ini juga merupakan bagian dari sejarah. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou ) | |||
Artikel Terkait
Waisak 2024: Gema Waisak Mengalun Indah di Tzu Chi Indonesia
12 Mei 2024Belajar Online Lebih Lancar Berkat Bantuan HP dan Laptop
11 September 2020Untuk menunjang kelancaran pembelajaran online para Anak Asuh, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia memberikan bantuan berupa 14 unit HP baru dan 2 laptop baru di berbagai komunitas.
Peran Orang Tua di Era Digital
30 Oktober 2018Parenting Class kembali diadakan di Aula Jing Si lantai 3 pada Minggu, 21 Oktober 2018. Ini merupakan kedua kalinya, Tim Pendidikan Tzu Chi Batam mengkoordinasi Parenting Class yang dipersiapkan untuk orang tua dari murid Kelas Budi Pekerti Qing Zi Ban.