Suara Kasih: Mengubah Pola Makan Menjadi Vegetaris

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

 

Judul Asli:

Mengubah Pola Makan Menjadi Vegetaris untuk Mengurangi Bencana di Dunia

Seorang anak laki-laki di Brasil memiliki hati yang jenih dan murni
Seorang anak mengajak ibunya untuk melindungi makhluk hidup
Mengubah pola makan menjadi vegetaris untuk mengurangi bencana di dunia
Lebih banyak berbuat baik dan menghimpun berkah

“Ikan adalah hewan. Gurita adalah hewan. Ayam adalah hewan. Sapi adalah hewan. Babi juga adalah hewan. Jadi, jika kita makan daging hewan, mereka semua akan mati. Saya tidak mau mereka mati. Saya suka melihat mereka berlari dengan lincah. Jika begitu, kelak kita jangan memakan mereka lagi, ya? Ibu seharusnya melindungi hewan, bukan memakan mereka,” ucap seorang anak kecil.

Lihatlah anak laki-laki itu. Dia baru berusia 3 tahun. Kita mendengar percakapannya dengan ibunya. Ibunya merasa tersentuh hingga menangis. Dia bertanya, “Mengapa Ibu menangis?” Sang ibu menjawab, “Saya tersentuh olehmu.” Lalu, dia bertanya kepada ibunya, “Apa saya melakukan sesuatu yang indah?” Inilah keindahan. Kebenaran, kebajikan, dan keindahannya telah membuat sang ibu tersentuh. Ibunya berkata, “Kelak kita makan kentang saja, ya?” Dia sangat suka melihat hewan melompat dengan lincah. Dia tidak ingin hewan dibunuh untuk disantap. Inilah cinta kasih yang tulus. Sungguh, kita harus lebih banyak menyebarkan cinta kasih seperti ini.

Dari siaran berita, kita dapat melihat bahwa berhubung ikan tuna sirip biru memiliki nilai komersial yang tinggi, banyak orang berlomba-lomba untuk menangkapnya. Di dalam pelelangan saja, satu kilogram ikan tuna sirip biru bisa terjual seharga 7.000 dolar NT (sekitar Rp2,1 juta). Ini berarti jika ikan tuna sirip biru dihidangkan di hadapan manusia, setiap suapnya adalah senilai 500 dolar NT (sekitar Rp150.000). Pikirkanlah, berapa banyak orang yang hidup kelaparan di dunia ini? Biasanya di Taiwan, harga satu nasi kotak adalah 50 dolar NT (sekitar Rp15.000). Satu suap ikan tuna sirip biru bisa digunakan untuk membeli makanan untuk 10 orang.

Satu suap tuna sirip biru seharga 500 dolar NT bukankah setara dengan 10 nasi kotak? Lihatlah betapa borosnya kehidupan manusia. Ini telah mendatangkan banyak bencana bagi dunia. Kabarnya, populasi tuna sirip biru semakin berkurang dari tahun ke tahun. Ia sudah hampir punah. Di seluruh perairan di dunia, populasi ikan tuna sirip biru sudah perlahan-lahan berkurang dari tahun ke tahun. Karena itu, kita sungguh harus meningkatkan kewaspadaan dan tidak bertindak sesuka hati. Perbuatan sesuka hati seperti itu sungguh bisa menyebabkan iklim, alam, dan hewan “balik menyerang” manusia. 

Suatu hari, saya berkata kepada sekelompok relawan yang sangat berada, “Kini bencana di dunia terjadi silih berganti. Insan Tzu Chi di setiap negara sangat sibuk untuk menyalurkan bantuan. Ketidakselarasan empat unsur alam menyebabkan banyak makhluk hidup menderita. Ini semua bersumber dari pikiran manusia dan nafsu makan manusia yang tak terkendali. Manusia melakukan segala sesuatu demi memenuhi nafsu makan sesaat. Segala cita rasa makanan hanya bisa bertahan beberapa detik saja. Kita terus-menerus mensosialisasikan pola hidup vegetaris, mengapa kalian tidak mengubah pola makan?”

Salah satu di antara mereka menjawab, “Ya. Ya, kami akan mengubah pola makan, tetapi harus pelan-pelan. Kami sudah terbiasa, hanya bisa mengubahnya perlahan-lahan.” Mendengar mereka akan mengubahnya secara perlahan-lahan, hati saya merasa sangat sedih. Mereka semua mendedikasikan diri dengan penuh cinta kasih, tetapi masih sulit untuk mengubah tabiat mereka karena sudah terbiasa. Berhubung manusia awam sulit mengubah tabiat buruk, maka terjadilah begitu banyak konflik antarsesama. Karena manusia enggan mengubah tabiat buruk dan terus bertindak sesuka hati, maka konsekuensi yang tercipta juga sangat banyak. Dengan mengubah pola pikir, sepasang tangan yang biasanya digunakan untuk membunuh hewan bisa kita ubah menjadi sepasang tangan yang bisa menolong banyak orang.

”Pekerjaan pertama saya adalah menjadi juru masak. Saat itu, setiap hari saya harus membuat lebih dari 10.000 nasi kotak. Karena jam kerja yang panjang, saya berhenti dan mulai bekerja di restoran yang menjual hasil laut. Saat bekerja di restoran yang menjual hasil laut, selama enam bulan, saya terus jatuh sakit. Jika restoran sedang ramai, saya harus membunuh 30 ekor lebih lobster dalam waktu satu hari, apalagi kepiting. Setelah mulai mengenal Tzu Chi, hati saya mulai merasakan pergumulan. Setiap kali membacakan Sepuluh Sila Tzu Chi, yang sila pertamanya adalah tidak membunuh,saya selalu diam dan menarik napas panjang dan baru mulai membaca dari sila kedua.

Suatu hari, saat sedang tidur, saya merasa setiap inci tubuh saya bagai sedang ditusuk. Saat saya membuka mata, saya bagai melihat bayangan lobster dan kepiting yang datang untuk mengambil nyawa saya. Saat lobster akan dibunuh, ia bagai meminta ampun dan menjerit bagaikan jangkrik. Suatu kali, saat memegang pisau untuk membunuh lobster, saya kembali mendengar suara jeritannya. Tangan saya gemetaran hingga pisaunya jatuh. Pada hari itu, saya segera berkata kepada bos saya bahwa saya hanya akan bekerja hingga hari ini. Sejak saat itulah, saya meninggalkan restoran penjual hasil laut,” ucap Tuan Xie.

Dahulu, setiap hari dia harus membunuh banyak lobster. Setelah mengalami mimpi buruk, pada keesokan harinya, dia mulai merasakan takut saat mengangkat pisau. Setelah mengubah pola pikir, dia berhenti bekerja di restoran penjual hasil laut dan mulai membuka restoran vegetaris. “Selama dua tahun membuka restoran vegetaris, yang membuat saya sangat gembira bukan berapa banyak uang yang saya dapatkan, melainkan ada begitu banyak orang yang awalnya suka makan daging, namun setelah saya membuka restoran ini, mereka juga mulai terbiasa bervegetaris. Makanan vegetarisnya sangat murah dan sangat terjaga kebersihannya,” ucap Tuan Xie. Karena makanannya sangat murah dan sehat, banyak orang yang datang untuk makan. Ini semua karena dia telah mengubah pola pikir. Dia menjalani pola hidup vegetaris sendiri, juga mengajak banyak orang untuk bervegetaris. Lihatlah, dengan mengubah pola pikir, kita bisa melakukan banyak hal baik. Jadi, meski memiliki kehidupan yang berada, kita juga harus meningkatkan kesadaran.

Saat melihat ada orang dilanda bencana, bukankah para relawan yang cukup berada juga membantu dengan penuh cinta kasih? Jika begitu, mengapa mereka tak bisa mengendalikan nafsu makan sendiri? Dengan bervegetaris, kita tak akan membunuh makhluk hidup dan menciptakan pencemaran bagi dunia. Usahakanlah untuk memulainya dari diri sendiri. Dengan demikian, bukankah dunia akan aman dan tenteram? bukankah dunia akan aman dan tenteram? Kita dapat melihat Zimbabwe. Dimulai dari sebutir benih Tzu Chi, kini mereka tumbuh menjadi tak terhingga. Mereka juga telah mulai mengadakan pelatihan. Tempat pelatihan mereka tidak seberuntung kita. Lihatlah, meski duduk di bawah terik matahari, mereka tetap sangat berkonsentrasi dan serius untuk mempelajari Sepuluh Sila Tzu Chi. Jadi, untuk memutar roda Dharma di dalam hati setiap orang, bukanlah hal yang sulit. Asalkan membangkitkan niat, kita bisa menggalang banyak Bodhisatwa dunia. Sekelompok Bodhisatwa berkulit hitam bisa melakukannya, mengapa kita tidak bisa? Dunia ini membutuhkan Bodhisatwa dunia. Dengan adanyalebih banyak Bodhisatwa dunia, bukankah dunia ini akan lebih harmonis dan lebih jernih? Karena itu, kita harus lebih bersungguh hati. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 

Artikel Terkait

Pelatihan Zhen Shan Mei di Tzu Chi Aceh

Pelatihan Zhen Shan Mei di Tzu Chi Aceh

14 Juni 2024

Tzu Chi Medan bersama DAAI TV Medan memberikan sosialisasi tentang Zhen Shan Mei bagi 33 relawan Tzu Chi Aceh, Minggu 9 Juni 2024. Pelatihan ini digelar di Depo Pelestarian lingkungan Tzu Chi Banda Aceh.

Mendonasikan Buku, Menghantarkan Cinta Kasih

Mendonasikan Buku, Menghantarkan Cinta Kasih

26 Maret 2018

Relawan Tzu Chi Medan menjalin jodoh dengan siswa dan guru di Yayasan Perguruan Nasional SMK - SMA Brigjend Katamso. Relawan berharapkan dapat menumbuhkan pendidikan budi pekerti yang baik kepada anak didik, yang nanti bisa tercermin dari kepribadian maupun sikap diri pribadi.

Kursi Roda untuk Inau

Kursi Roda untuk Inau

08 September 2022

Inau, seorang ibu berusia 76 tahun mendapatkan bantuan kursi roda dari relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas Xie Li Kalimantan Tengah 1 Kebun Tasik Mas. Bantuan ini diharapkan bisa membantu aktivitas Inau sehari-hari.

Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -