Suara Kasih: Mengubah Tabiat Buruk

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Mengubah Tabiat Buruk dan Mengantisipasi Badai

Mengubah tabiat buruk dan mempraktikkan jalan kebenaran
Penderitaan fisik tidak menjadi
penghalang untuk melindungi bumi bulan bakti, dan bulan penuh berkah
dan memperhatikan lansia yang hidup sebatang kara

Tiga orang wanita ini sudah berjudi dari kecil sampai tua. Setelah bertemu dengan sang penyelamat, mereka dibimbing untuk bergabung dengan Tzu Chi serta berpartisipasi dalam melakukan daur ulang. Kini hidup mereka sudah berubah. Sepasang tangan yang digunakan untuk berjudi kini mereka gunakan untuk melakukan daur ulang. Mereka sangat berterus terang. Mereka berkata bahwa adakalanya setelah melakukan daur ulang,  mereka akan pulang untuk berjudi. Namun, sekarang mereka sudah sadar. Waktu untuk melakukan daur ulang dan menjalankan misi Tzu Chi saja sudah tidak cukup, mereka tak punya waktu untuk berjudi lagi.

”Saya sangat gemar berjudi. Begitu selesai mengatur pekerjaan karyawan, saya langsung pergi berjudi. Saya sudah berjudi selama 43 tahun. Saat santai, saya selalu ingin berjudi. Usai makan siang,  jika ada teman yang mengajak, saya akan langsung pergi berjudi karena saya merasa sangat bosan. Baik Sutra Amitabha, Samantamukha Parivarta, maupun Sutra Intan, saya membaca 4 Sutra setiap siang, tetapi tetap tidak bisa mengubah kebiasaan berjudi. Jika ada orang yang mengajak, saya langsung pergi. Saya juga selalu ingin menang, tetapi malah selalu kalah,” ucap seorang relawan.

Dahulu mereka hidup dalam ketersesatan, tetapi kini, mereka sangat menghargai waktu. Seiring waktu berlalu, mereka dibimbing untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Semakin awal mengambil langkah untuk melatih diri, maka kita akan semakin cepat membentangkan jalan di dunia yang akan terhubung dengan Jalan Bodhisatwa. Dengan menapaki Jalan Bodhisatwa, maka kita akan semakin mendekati tingkatan Buddha.

“Saya sudah melakukan daur ulang selama setengah tahun. Saya sangat gembira melakukan daur ulang. Saya tidak berjudi lagi. Saya sudah berjudi selama 42 tahun.  Setelah melakukan daur ulang, saya tidak berjudi lagi. Saya sangat gembira karena akhirnya kembali ke jalan yang benar. Jalan yang dibentangkan oleh Master ini sangat baik. Saya sungguh gembira. Saya menjadi lebih bertemperamen baik, lebih sabar, dan lebih menghargai berkah,” ucap relawan lainnya.

Beberapa hari ini, saya sangat tersentuh melihat banyak relawan daur ulang dari luar negeri kembali ke Hualien. Mereka bekerja keras untuk melindungi bumi dengan penuh cinta kasih. Para relawan daur ulang di Taiwan  juga terus mewariskan konsep daur ulang dengan relawan dari luar negeri. Demi mengasihi bumi, mereka semua meluangkan waktu dan mengatasi berbagai rintangan. Di antara mereka, ada yang sudah berusia lanjut. Kita bisa melihat relawan daur ulang yang sudah berusia 81 tahun dari Malaysia ini. Saat muda, dia pernah mengalami kecelakaan lalu lintas sehingga punggungnya menjadi bungkuk. Akan tetapi, tekadnya untuk melakukan daur ulang sangatlah kokoh. Dia melakukan daur ulang setiap hari.

Kemarin, dia kembali ke Hualien dengan didampingi oleh putrinya. Saya sangat tersentuh mendengar dia berbagi. “Saya melakukan daur ulang. Master telah membantu begitu banyak orang, maka saya juga ingin membantu Master. Saya memungut barang daur ulang selama dua jam setiap hari. Melakukan daur ulang sangatlah baik. Saya melakukan daur ulang setiap hari. Setelah melakukan daur ulang, tubuh saya menjadi sangat sehat. Setiap hari saya berjalan kaki. Kaki saya awalnya tidak bertenaga, tetapi sekarang semakin bertenaga. Melakukan daur ulang sangat baik. Saya akan melakukannya setiap hari,”ucapnya.

Kita juga melihat seorang relawan yang lain. Dia berikrar jika sampah tidak habis, dia tidak akan mencapai kebuddhaan. Dia membangun ikrar yang serupa dengan Bodhisatwa Ksitigarbha. Ia berkata, “Saya merasa sedih melihat begitu banyak sampah. Karena itu, saya segera berikrar jika sampah tidak habis, saya tidak akan mencapai kebuddhaan. Setelah bumi bersih dari sampah, baru saya akan mencapai kebuddhaan.”

Saya juga melihat sebuah berita yang membuat hati saya dipenuhi kehangatan dan rasa syukur. Warga etnis Tionghoa di Myanmar memiliki tradisi yang sama dengan warga Taiwan. Mereka juga menganggap bulan 7 Imlek sebagai bulan hantu. Karena itu, mereka juga membunuh hewan  untuk dijadikan persembahan dan membakar banyak kertas sembahyang. Beberapa tahun ini, insan Tzu Chi di Myanmar terus mensosialisasikan pelestarian lingkungan dengan warga setempat. Secara perlahan-lahan, insan Tzu Chi membimbing mereka agar memiliki keyakinan benar. Selama 3 tahun ini, banyak orang yang sudah mengubah pandangan mereka dan tak lagi membakar kertas sembahyang.

Selain itu,  mereka juga mengadakan acara doa bersama, membimbing warga untuk berbakti dan membangkitkan cinta kasih. Mereka melakukannya dengan cara yang sama seperti kita di Taiwan. Mereka telah membawa nilai ajaran Buddha yang sesungguhnya ke Myanmar. Sebagian besar warga sudah sadar  dan tak lagi percaya pada takhayul. Sekarang, mereka telah tahu bahwa bulan 7 Imlek adalah bulan penuh berkah dan bulan bakti. Setiap orang mengerti untuk berbakti dan menghindari pembunuhan terhadap hewan. Jadi, para insan Tzu Chi di Myanmar telah mulai  berbagi keyakinan benar dengan warga setempat.

Kita juga melihat  insan Tzu Chi di Los Angeles. Sejak bulan 7 Imlek, insan Tzu Chi sudah mulai mensosialisasikan pelestarian lingkungan. Selain itu, mereka juga mensosialisasikan pelestarian batin dengan sangat giat. Kegiatan ini mendapat pengakuan dari media dan pengusaha setempat. Keyakinan benar mengajarkan kita untuk berbuat baik, berbakti, bervegetaris untuk menjaga kesehatan, dll. Insan Tzu Chi di Amerika Serikat juga berusaha segenap hati dan tenaga untuk mensosialisasikannya. Saya sungguh merasa tenang melihatnya. Semoga dengan himpunan kekuatan cinta kasih ini, masyarakat kita bisa lebih harmonis. Semoga setiap orang bisa hidup lebih sederhana dan mengurangi pencemaran udara. Dengan demikian, barulah bencana alam bisa berkurang. Ini harus dimulai dari diri setiap orang.

Badan Meteorologi sudah mengumumkan mungkin hari ini atau besok,  Badai Topis Trami akan mendekati Taiwan. Karena itu, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Para relawan Tzu Chi di setiap komunitas harus lebih memperhatikan para lansia yang hidup sebatang kara atau orang yang tidak leluasa bergerak. Pada musim badai tropis seperti sekarang, kita harus meningkatkan kewaspadaan setiap saat. Saya harap kita semua bisa berdoa dengan hati yang tulus semoga semua orang bisa selamat dari badai ini. Intinya, kita harus terus merekrut Bodhisatwa dunia dan berbagi Dharma dengan lebih banyak orang kapan pun dan di mana pun berada. Semakin banyak orang yang terinspirasi, maka ajaran benar akan semakin tersebar luas. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 

Artikel Terkait

Dengan Welas Asih Melindungi Bumi

Dengan Welas Asih Melindungi Bumi

02 Juli 2009 Pembangunan depo daur ulang ini diselesaikan dalam waktu sekitar 3 bulan. Berkat semangat gotong royong yang tinggi dari para donatur dan insan Tzu Chi , maka berdirilah “Pusat Daur Ulang Sumber Daya Alam Tzu Chi” yang berlokasi di halaman belakang Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Medan Jl. Cemara Boulevard Blok G1 No. 1-3.
Siapa Pun Bisa Menjadi Pahlawan Bumi

Siapa Pun Bisa Menjadi Pahlawan Bumi

06 Januari 2014 Melalui kegiatan pelestarian lingkungan ini bersama-sama “Mengubah sampah menjadi emas, emas menjadi cinta kasih, cinta kasih menjadi aliran jernih, aliran jernih mengelilingi dunia”.
Tzu Chi Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir di Bima

Tzu Chi Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir di Bima

26 Desember 2016
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengirimkan bantuan untuk meringankan beban para korban banjir di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat. Paket bantuan tersebut berupa 1000 lembar selimut, 300 dus mi instan, 2000 kilogram beras (40 karung @ 5o kilogram), 50 dus sabun mandi, dan 15 karung pakaian layak pakai.
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -