Suara Kasih: Mengurangi Nafsu Keinginan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
.
 

Judul Asli:

 

Mengurangi Nafsu Keinginan dan Senantiasa Mewariskan Kebajikan

      

Bencana kekeringan mengakibatkan warga kelaparan
Menghemat sumber daya alam dengan sungguh-sungguh
Mengalahkan nafsu keinginan sehingga mampu membantu sesama
Mengurangi nafsu keinginan dan senantiasa mewariskan kebajikan

Di dunia ini, ada banyak orang yang hidup menderita. Contohnya, warga di Sahel, Afrika Barat, yang hidup serba kekurangan. Kawasan Sahel merupakan bagian dari Gurun Sahara. Ditambah lagi kondisi iklim yang tak selaras, bencana kekeringan yang parah. serta krisis pangan dan air, kini orang yang kelaparan di sana mencapai jutaan jiwa. Tak hanya kekurangan makanan, bahkan air minum pun hampir tak ada.

Kita juga dapat melihat Sudan. Negara Sudan kini telah terbagi menjadi Sudan Selatan dan Sudan Utara karena warganya saling memperebutkan ladang minyak. Hal ini mengakibatkan orang kekurangan di sana melewati hari-hari dengan penuh kesulitan. Ditambah lagi dengan konflik antar sesama. Kita dapat membayangkan bagaimana warga setempat menjalani kehidupan sehari-hari. Sungguh membuat orang merasa khawatir dan tak sampai hati melihatnya. Dalam interaksi antarsesama, kita hendaknya saling menjaga dan menyayangi dengan penuh cinta kasih. Kita dapat melihat di mana pun  insan Tzu Chi menginjakkan kaki, mereka akan membawakan kehangatan dan harapan.

Lihatlah sebuah keluarga di Singapura yang terdiri atas tiga orang lansia. Jika usia ketiga lansia ini dijumlahkan, maka usia mereka telah lebih dari 230 tahun. Ketiga kakak beradik ini hidup saling bergantungan. Insan Tzu Chi berkeinginan untuk membantu mereka, namun mereka merasa sangat puas dengan kehidupannya sekarang. Mereka berkata bahwa dengan bantuan dari pemerintah, mereka masih bisa melewati hari-hari.Ada orang yang lebih menderita dibanding kami, jadi kami menyisihkan sedikit makanan untuk menolong orang yang lebih membutuhkan,” ucapnya. Bukankah hal ini sungguh indah? Orang yang kekurangan di dunia ini  membutuhkan barang bantuan. Akan tetapi, sumber daya alam di bumi terbatas. Kita hendaknya menggunakan apa yang kita miliki secara hemat. Bila diakumulasikan,  jumlahnya akan menjadi sangat besar.

Saya kerab berkata bahwa butiran padi dapat memenuhi lumbung dan tetesan air dapat membentuk sungai. Tetesan air yang terhimpun dapat digunakan untuk memberi minum  orang yang kekurangan air. Kini banyak orang di negara makmur yang tengah berdiet. Mengapa mereka mau berdiet? Mereka telah makan terlalu banyak. Sesungguhnya, orang tidak perlu diet. Setiap orang hanya perlu hemat sedikit, yakni cukup makan 80 persen kenyang  dan menggunakan sisa 20 persennya untuk membantu sesama.

 

Melihat insan Tzu Chi tengah mensosialisasikan pola makan ini, saya merasa sungguh tersentuh. Contohnya, Relawan Guizhu di Taichung. Dia sungguh pandai menghitung dan menjelaskan  pola makan cukup makan 80 persen kenyang dengan lebih mendetail. “Satu kg beras sama dengan 7 gelas. Dahulu, setiap hari  saya selalu memasak 5 gelas beras. Kini saya memasak 4 gelas beras. Saya kurangi 1 gelas. Dari 4 gelas beras tersebut, saya akan menyisihkan segenggam beras lagi. Dengan menyisihkan segenggam beras setiap hari, setelah 5 hari, akan terkumpul 1 gelas beras. berarti sudah menghemat 6 dolar NT (Rp1.800),” ucapnya. Dia telah mengurangi 1 gelas beras dan menyisihkan segenggam beras lagi. Dia berkata bahwa 1 gelas beras harganya sekitar 6 dolar NT (Rp1.800). 1 dolar NT (300 rupiah). Jadi, dia menghemat 7 dolar NT (Rp2.100)  setiap harinya. Bayangkanlah, berapa banyak uang yang terkumpul selama 1 bulan?

Kita juga harus hemat dalam menggunakan air. Selain hemat dalam menggunakan air dan uang, yang terpenting adalah setiap orang hendaknya mensosialisasikan bahwa sumber daya air sungguh terbatas. Jika setiap orang  dapat menghemat sumber daya air, maka ia akan bertahan lebih lama. Jika setiap orang dapat mengubah pola hidupnya, kondisi bumi ini baru dapat berubah. Ini adalah tanggung jawab setiap orang. Sikap hemat ini juga merupakan bentuk praktik Dharma karena setelah mendengarkan ajaran saya, dia ingin mempraktikkannya dalam keseharian.

Setelah pementasan adaptasi Sutra, banyak komunitas yang mengadakan bedah buku dan di sana banyak relawan yang berbagi cara menghemat sumber daya alam. Ada pula Relawan Meiyun di Kaohsiung. Dia merancang buku saku guna mensosialisasikan pola hidup hemat. Ini karena manusia kerap tidak bisa melawan ketamakan, seperti nafsu makan, keinginan mencicipi makanan lezat, mencari kesenangan hidup, dan berbelanja. Jadi, dia pun merancang buku saku ini.

”Saat hendak membeli sesuatu, kita harus dibutuhkan atau tidak. Kita bisa memeriksa harga barang tersebut dan menganggap kita telah membelinya, tetapi jangan benar-benar membelinya, melainkan ambilah uang seharga barang itu dan masukkan ke dalam celengan. Dengan demikian, kita tidak akan boros dan bisa menghemat uang. Jika bersikap boros, kita akan menghabiskan sumber daya alam,” cerita Meiyun.

 

 

Semakin banyak diboroskan, sumber daya alam di bumi akan semakin berkurang. Jika setiap orang bisa mengurangi sikap konsumtif dan menggunakan uangnya untuk membantu orang lain, maka orang yang menderita di dunia ini akan lebih berkesempatan untuk terselamatkan. Jadi, jangan hanya mendengar konsep ini. Setelah mendengar, kita harus sungguh-sungguh mempraktikkannya.

Demikian pula misi pendidikan Tzu Chi. Agar anak-anak bisa lebih dekat dengan alam, mereka diajak membersihkan pantai. Selain itu, kegiatan belajar di dalam kelas juga dijalankan dengan sepenuh hati. Adakalanya, para guru juga membawa para murid untuk keluar sekolah demi memberikan pendidikan lingkungan. Adakalanya, para guru juga memberikan pendidikan tentang sumber daya alam di kelas. Tanggal 22 April ini adalah Hari Bumi. Di Hari Bumi ini, kita harus menyadarkan setiap orang agar memahami bahwa setiap orang hendaknya melindungi bumi. Yang harus kita lakukan kini adalah tidak mengganggu bumi dan tidak terus-menerus mengeksploitasi  sumber daya alam di bumi ini. Kita harus mengasihi bumi  dengan sebaik mungkin.

Saya sering berkata bahwa kita harus berjalan dengan lembut agar tak menyakiti bumi. Tinggal di bumi ini, kita sungguh harus berhati-hati agar bumi ini bisa senantiasa aman dan tenteram. Jika bumi tenteram, barulah manusia dapat hidup tenteram. Ini bergantung pada bagaimana cara hidup kita serta bagaimana kita menghormati langit dan mengasihi bumi. kita harus menghimpun berkah. Apakah kalian masih ingat sekitar 4 tahun yang lalu, kita terus mensosialisasikan slogan menghormati langit, mengasihi bumi, dan menghimpun berkah? Benar. Kita harus terus mensosialisasikannya. Singkat kata, kita harus menciptakan sebuah lingkungan yang tenteram dan harmonis. Kita harus mendengarkan Dharma dan mempraktikkannya dalam tindakan nyata. Diterjemahkan oleh Laurencia Lou.

 
 

Artikel Terkait

Perhatian untuk Korban Kebakaran

Perhatian untuk Korban Kebakaran

12 Maret 2015

Pukul 10.00 pagi relawan Tzu Chi bersamaan dengan yayasan LSM lainnya dan para penduduk bergotong royong membersihkan puing-puing bekas kebakaran guna membangun posko bantuan. Sesudah itu para relawan membagikan kupon yang diperuntukkan bagi warga korban kebakaran.

Staf Tzu Chi Gelar Doa Bersama untuk Wuhan

Staf Tzu Chi Gelar Doa Bersama untuk Wuhan

04 Februari 2020

Pagi ini, seluruh staf Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia memanjatkan doa bersama yang ditujukan bagi seluruh masyarakat yang terdampak virus corona. Semoga kekuatan ketulusan, keyakinan, dan niat baik dari semua orang bisa memancarkan energi positif khususnya bagi orang-orang yang terdampak penyakit tersebut.

Menggarap Ladang Berkah di Bumi Cendrawasih

Menggarap Ladang Berkah di Bumi Cendrawasih

14 April 2022

Sabtu 9 April 2022, Tzu Chi Biak kembali menggarap ladang berkah dengan mengadakan Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi (SMAT) yang kali ini ditujukan bagi Managemen dan karyawan Swissbel Hotel Cendrawasih Biak.

Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -