Suara Kasih: Meningkatkan Kebijaksanaan dan Kekayaan Batin

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Suara Kasih: Meningkatkan Kebijaksanaan dan Kekayaan Batin
 

Judul Asli:

Meningkatkan Kebijaksanaan dan Kekayaan Batin

Pelatihan diri menuju kejernihan hati tidak membedakan agama
Bersyukur, menghormati, dan saling mengasihi
Memperhatikan siswa kurang mampu dan menyediakan makanan bergizi
Membalas budi dan menciptakan berkah dengan semangat celengan bambu

Umat Muslim setiap tahunnya menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Tahun ini, mereka berpuasa sejak bulan Juli. Pada siang hari mereka tidak makan dan minum sebagai latihan menahan nafsu dan rasa lapar. Ini bertujuan untuk meningkatkan kemurnian dan ketulusan hati. Inilah ajaran agama mereka. Di dalam ajaran Buddha, para anggota Sangha pada zaman Buddha menjalankan varsa. Pada masa varsa ini, para anggota Sangha berkumpul bersama dan tidak keluar menerima persembahan makanan. Mereka berkumpul bersama untuk menyelami Dharma dan melatih batin. Jadi, di dalam ajaran Buddha  juga ada pelatihan intensif semacam itu, yakni pada masa varsa setiap tahunnya. Sedangkan bagi umat Islam, mereka menggunakan cara puasa untuk melatih diri.

Tahun ini mereka mulai berpuasa sejak bulan Juli hingga bulan Agustus. Selepas Ramadan, mereka boleh kembali makan pada siang hari. Mereka merayakan akhir dari bulan puasa ini seperti kita merayakan Tahun Baru Imlek. Mereka juga berdoa dengan tulus pada Hari Idul Fitri itu. Sebelum perayaan Idul Fitri tiba, insan Tzu Chi di negara-negara berpenduduk Muslim terlebih dahulu mengadakan pembagian bantuan bagi orang yang membutuhkan. Contohnya di Indonesia.

Insan Tzu Chi di Indonesia juga bergerak membagikan bantuan. Di Medan, para relawan membagikan beras kepada para petugas kebersihan. Setelah bulan Ramadan berakhir, umat Muslim boleh kembali makan dan minum pada siang hari. Mereka dapat kembali pada aktivitas rutin seperti sebelumnya. Jadi, menjelang Idul Fitri, insan Tzu Chi mulai membagikan bantuan. Di Jakarta, insan Tzu Chi juga mengadakan acara buka puasa bersama bagi keluarga penerima bantuan dan warga kurang mampu. Inilah yang selama ini insan Tzu Chi Indonesia lakukan di bulan Ramadan.

Meski mereka kurang mampu, tetapi kita juga membimbing mereka untuk turut mengulurkan sedikit cinta kasih. “Uang recehan Rp. 500 atau Rp. 1.000 itu dicelengin, dimasukin untuk membantu yang lain juga biar bisa lebih bermanfaat, nggak cuma saya doang tapi semua juga bermanfaat,” ujar salah seorang warga. Setelah menerima celengan bambu dari Tzu Chi, para warga menyisihkan uang ke dalam celengan itu sebagai wujud cinta kasih mereka. Meski hidup kekurangan, mereka juga bisa membantu sesama. Karena itu, mereka membawa kembali  celengan yang sudah terisi dengan sukacita.

Kita juga melihat di Filipina, tepatnya di San Meteo, tahun ini insan Tzu Chi mulai merencanakan untuk memperhatikan kebutuhan dan gizi murid-murid kurang mampu di 20 sekolah. Kita membagikan kupon makan siang di 20 sekolah serta memberi perhatian dan bantuan bagi keluarga berpendapatan rendah. Di sana kita juga mensosialisasikan pola makan cukup 80 persen kenyang dan membimbing anak-anak untuk menyisihkan koin. Apakah dengan menyisihkan satu peso kita akan kelaparan? Tidak, kita malah bisa membantu sesama. Ini baik sekali karena dapat membantu anak-anak yang kurang mampu. “Masih ada anak-anak yang lebih tidak mampu dari saya. Saya berharap dapat membantu mereka.” Dengan membangkitkan satu niat baik setiap hari, maka pikiran baik akan semakin berkembang dalam batin anak-anak. “Dengan memberi bimbingan seperti ini, kita bagaikan menabur benih yang kelak akan menghasilkan buah yang berlimpah di ladang batin mereka.”

Demikianlah insan Tzu Chi menaburkan benih kebajikan pada diri anak-anak itu. Selain memenuhi kebutuhan gizi mereka, insan Tzu Chi mengajarkan nilai berbakti dan mengasihi kepada mereka, mengasihi teman dan berbakti kepada orang tua. Mereka juga diajarkan cara mengendalikan diri, cukup makan 80 persen kenyang, dan lain sebagainya. Jika lebih dari 30.000 siswa ini mampu menyerap ajaran ini, maka kelak bukankah setiap butir benih ini akan tumbuh dengan baik?

Saya juga sering membahas bahwa di wilayah selatan Afrika, insan Tzu Chi terus bersumbangsih dengan cinta kasih. Meski hidup dalam kondisi minim, mereka memiliki batin yang kaya. Mereka menyalurkan bantuan dari Taiwan ke berbagai negara miskin seperti Mozambik, Swaziland, Lesotho, dan Zimbabwe. Di sana saat ini adalah musim dingin, maka mereka segera melakukan pembagian bantuan. Selain membagikan bantuan, mereka juga menginpirasi banyak orang. Inilah yang sering kita sebut memperpanjang dan memperluas cinta kasih.

Tadi pagi saya berkata bahwa dalam melatih diri, kita harus mengikuti jejak langkah Buddha. Mengapa Buddha datang ke dunia ini? Apa tujuan Buddha datang ke dunia ini? Mengapa Beliau melatih diri? Mulanya Beliau adalah seorang pangeran bernama Siddhartha. Melihat penderitaan semua makhluk, Beliau bertekad mencari jalan untuk mengakhiri penderitaan dan membimbing semua orang untuk menjalankan norma dan panduan moral. Jika setiap orang hidup sesuai norma, maka hubungan antarmanusia akan harmonis. Jika batin setiap orang penuh keharmonisan dan manusia hidup sesuai Dharma, maka dunia akan terhindar dari bencana. Manusia tidak akan membangkitkan ketamakan yang akan membawa pada perusakan bumi, pencemaran udara, dan ketidakselarasan empat unsur. Jadi, untuk mengentaskan kemiskinan, manusia harus mengembangkan kekayaan batin. Dengan begitu, barulah kemiskinan lambat laun akan berkurang dan kekayaan akan meningkat. Kekayaan yang saya maksud bukan semata-mata kekayaan materi, melainkan kekayaan batin.

Tidak memiliki materi juga belum tentu miskin. Sesungguhnya, banyak orang yang kekurangan secara materi, tetapi memiliki batin yang kaya dan dapat membantu orang lain. Jadi, kita harus bersumbangsih untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kekayaan batin. Mengentaskan kemiskinan materi dan meningkatkan kekayaan batin adalah tujuan insan Tzu Chi di seluruh dunia dalam mengembangkan kekuatan cinta kasih. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 

 

 
 

Artikel Terkait

Gempa Nepal: Waisak Pertama Tzu Chi di Nepal

Gempa Nepal: Waisak Pertama Tzu Chi di Nepal

11 Mei 2015
“Kita semua praktisi Buddhis. kita semua hadir di sini karena kita cinta Buddha. Walau kita datang dari negara dan tempat yang berbeda tapi di sini kita datang untuk melatih apa yang Buddha ajarkan kepada kita dan sekaligus mengekspresikan rasa terima kasih kepada Buddha, Master Cheng Yen dan Sangha yang telah menunjukkan jalan yang baik kepada kita,” pungkas pria yang pernah mengenyam pendidikan di Negara Tirai Bambu itu.
Untaian Kasih Untuk Warga Palas

Untaian Kasih Untuk Warga Palas

21 Maret 2012 Minggu 26 Februari 2012 menjadi hari yang penuh berkah bagi para Insan Tzu Chi di Pekanbaru. Relawan-relawan Tzu Chi berkumpul sejak pagi hari untuk bersama-sama bahu membahu melaksanakan Bhakti Sosial kesehatan yang ke-18.
Gunakanlah waktu dengan baik, karena ia terus berlalu tanpa kita sadari.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -