Suara Kasih: Meningkatkan Nilai Kehidupan Manusia

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

 

Judul Asli:

Belajar dari Siswa Teladan

Senantiasa mewaspadai bencana alam dan bencana akibat ulah manusia
Menyadari pentingnya meningkatkan nilai kehidupan manusia
Pengemudi yang mabuk menghancurkan kehidupan banyak orang
Memanfaatkan waktu untuk berbuat baik

Setiap hari, kita harus membangkitkan hati yang tulus untuk menyambut hari yang baru. Kita juga harus senantiasa mawas diri dalam menghadapi setiap orang dan setiap masalah. Kita harus selalu waspada baik dalam menghadapi kondisi alam maupun dalam interaksi antarsesama manusia. 

Kita dapat melihat hujan lebat yang mengguyur India. Hujan lebat yang memicu terjadinya banjir dan tanah longsor ini mengakibatkan tempat suci umat Hindu mengalami kerusakan dan hancur. Banyak peziarah yang meninggal dunia dan dinyatakan hilang. Lebih dari puluhan ribu orang masih terjebak di dalam. Situasi di sana sungguh gawat. 

Kita juga melihat putusnya akses jalan dan jembatan. Kekuatan air sungguh sangat besar. Sungguh membuat orang ngeri melihatnya. Melihat kondisi iklim yang tidak selaras, kita sungguh harus mawas diri dan berhati tulus. Kita sering melihat banyak orang yang mengalami kecelakaan saat bertamasya.

Kemarin, di Gunung Ali, Taiwan,sebuah bus pariwisata tidak hati-hati sehingga terperosot ke jurang. Insiden itu mengakibatkan beberapa turis mengalami luka-luka dan seorang pemandu wisata telah meninggal dunia. Di lokasi tamasya yang terletak di pegunungan itu, peringatan terus dikeluarkan untuk para wisatawan. Setiap kali turun hujan, peringatan akan terjadinya tanah longsor terus-menerus dikeluarkan. 

Akan tetapi, setelah mengetahui bahwa di Taiwan ada Gunung Ali, banyak orang ingin datang untuk melihatnya. Berhubung jumlah turis terlalu banyak, kita bisa mendengar suara kendaraan di sepanjang jalan pegunungan. Begitu banyak kendaraan yang berlalu-lalang mengakibatkan gunung kelelahan menahan beban. Ia tak sanggup lagi menahan beban manusia dan begitu banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Struktur pegunungan sungguh tak kuat menahan beban lagi. Yang terbaik adalah kita bisa membiarkan pegunungan memulihkan diri selama beberapa waktu. Jika tidak, bumi sungguh akan semakin terluka parah. 

Kita sering melihat terjadinya kecelakaan mobil di Gunung Ali. Ini membuat saya berpikir,"Mengapa manusia tidak bisa lebih berbelas kasih?" Terlebih lagi, curah hujan yang tinggi belakangan ini mengakibatkan tanah di pegunungan menjadi longgar. Terlebih lagi, di Gunung Ali, akses jalan sering terputus. Inilah bencana akibat banjir dan tanah longsor. 

Lihatlah kondisi di India. Lebih dari 60.000 orang masih terjebak di lokasi bencana. Sementara itu, hujan masih terus turun dan tanah longsor masih terus terjadi. Para turis yang masih terjebak dan para warga pemilik usaha pariwisata di sana pasti sangat panik. Saya sungguh mengkhawatirkan mereka.  

Kita juga melihat ketidakselarasan unsur api di Amerika Serikat. Kebakaran hutan di Colorado terus meluas. Kabarnya, ini adalah kebakaran hutan terparah sepanjang sejarah Colorado. Sungguh, kita harus senantiasa berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan. Kita juga melihat mengemudi mobil dalam keadaan mabuk bisa mendatangkan masalah yang serius. Saya selalu meminta para relawan untuk menaati Sepuluh Sila Tzu Chi.  

Untuk bergabung dengan Tzu Chi, terlebih dahulu setiap orang harus menaati Sepuluh Sila Tzu Chi. Pikirkanlah, berapa banyak uang yang bisa dihemat jika berhenti mengonsumsi alkohol. Selain bisa menghemat uang untuk membeli alkohol, kita juga bisa terhindar dari banyak masalah. 

Tidak mengonsumsi alkohol adalah hal baik bagi keluarga dan masyarakat. Kehidupan keluarga bisa menjadi harmonis dan masyarakat bisa hidup damai. Asalkan tidak mengonsumsi alkohol, kita tak akan membuat masalah. Ini sangat baik bagi masyarakat. Akan tetapi,pada kehidupan masyarakat masa kini, perilaku pengemudi yang mabuk telah merenggut banyak nyawa yang berharga, terlebih lagi nyawa para anak muda yang penuh harapan dan sangat berbakat. 

Beberapa hari lalu, kita melihat dr. Tseng. Yu-tzu adalah siswa lulusan Universitas Tzu Chi. Dia adalah seorang dokter yang baik. Ketahuilah bahwa untuk membina seorang anak hingga menjadi dokter sungguh sangat sulit. Terlebih lagi, untuk menjadi dokter yang memiliki semangat misi, itu jauh lebih sulit. Akan tetapi, dalam waktu sekejap, dr. Tseng tertabrak oleh pengemudi mabuk dan meninggal dunia.  

 

Banyak orang yang merasa sedih dan kehilangan. Keluarganya juga mengetahui bahwa dr. Tseng adalah orang yang penuh cinta kasih. Profesinya sehari-hari adalah menyelamatkan kehidupan orang lain. Karenanya, mereka pun mendonorkan organ tubuh dr. Tseng untuk menyelamatkan orang lain. Paling sedikit ada belasan orang yang memperoleh manfaatnya. Ini sungguh tidak mudah. 

Di Taidong, ada sepasang kakak beradik yang tengah menimba ilmu di perguruan tinggi. Dalam rangka hari raya, mereka berencana pulang ke rumah untuk merayakannya bersama keluarga. Tak disangka, mereka tertabrak oleh seorang pengemudi yang mabuk. Sungguh membuat orang tidak tega melihatnya. Insan Tzu Chi segera bergerak untuk menghibur keluarga korban. Sang nenek merasa sangat kehilangan. Kedua anak itu dibesarkan olehnya, bagaimana hati sang nenek tidak hancur? Penderitaan seperti ini sungguh tak terkira. 

Di Hualien, seorang mahasiswi dari Universitas Dong Hwa juga tertabrak oleh pengemudi mabuk. Mahasiswi itu dilarikan ke RS Tzu Chi Hualien. Tim medis Tzu Chi berusaha segenap tenaga untuk menyelamatkannya, tetapi tidak berhasil. Kita sungguh tak berdaya. Sungguh, kita tak bisa memprediksi berapa lama kehidupan kita. Setiap hari, kita harus berdoa dengan hati yang tulus.

Pada kehidupan ini, bisa hidup di tengah kondisi yang menyenangkan dan melewati setiap saat dengan aman dan tenteram, sungguh hal yang tidak mudah. Janganlah kita berpikir bisa melewati setiap hari dengan aman dan tenteram adalah hal yang sudah seharusnya. Belum tentu. Karena itu, bisa melewati setiap saat dengan aman dan tenteram, kita harus senantiasa bersyukur.  

Buddha mengajarkan kepada kita tentang ketidakkekalan. Kita harus senantiasa menyadari ketidakkekalan agar bisa memanfaatkan waktu pada saat ini dan tidak membiarkan waktu berlalu sia-sia.  

(Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 

 
 

Artikel Terkait

Bakti Sosial Donor Darah Ke-2 Tzu Chi Palu

Bakti Sosial Donor Darah Ke-2 Tzu Chi Palu

16 Februari 2023

Tzu Chi Palu untuk kedua kalinya melaksanakan kegiatan donor darah pada Minggu, 05 Februari 2023. Kegiatan ini pun juga akan dilaksanakan oleh Tzu Chi Palu setiap tiga bulan sekali pada minggu pertama.

Seribu Paket Sembako untuk Warga Tanjung Morawa, Sumatera Utara

Seribu Paket Sembako untuk Warga Tanjung Morawa, Sumatera Utara

26 April 2022

Menyambut Hari Raya Idul Fitri, Tzu Chi Medan, tepatnya di komunitas Hu Ai Mandala membagikan 1.000 paket sembako untuk warga kurang mampu di Wisma Tanjung Indah, Kota Tanjung Morawa. Ada 101 relawan yang bersumbangsih pada pembagikan 1.000 paket sembako ini.

Rapid Test Covid-19 untuk Warga yang Membutuhkan

Rapid Test Covid-19 untuk Warga yang Membutuhkan

02 April 2020
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bersama dengan Agung Sedayu Group (ASG) mengadakan Rapid Test Covid-19 bagi warga yang membutuhkan pada Rabu, 01 April 2020 di Golf Island, PIK, Jakarta Utara.
Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -