Suara Kasih : Menjalin Jodoh

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Senantiasa Menjalin Jodoh Baik
demi Menolong Semua Makhluk
     

Berkumpul bersama di bawah bulan purnama
Hati yang jernih dapat merefleksikan segala hal
Mewariskan keterampilan medis dan semangat Buddha
Semoga jodoh baik terus terjalin demi menolong semua makhluk

 

Kemarin malam, para Anggota TIMA berkumpul di pelataran Aula Jing Si untuk merayakan Perayaan Kue Bulan. Bodhisatwa cilik dari TK Tzu Chi mempersembahkan pertunjukan dan nyanyian. Mereka sungguh terlihat polos dan tanpa beban.  Mereka hanya ingin semua orang dipenuhi rasa sukacita dan dapat menikmati malam itu. Inilah harapan mereka yang sangat sederhana. Sungguh menggemaskan.

Para siswa dari Sekolah Dasar Tzu Chi pun mementaskan sebuah drama singkat. Mereka mementaskannya dalam bahasa Inggris, saya tak mengerti. Namun, jika dilihat dari ekspresi mereka dan diamati dengan sungguh-sungguh, saya tahu pementasan tersebut bercerita tentang pelestarian lingkungan. Melihat mereka mementaskannya dengan sukacita, kita dapat menyadari pentingnya pendidikan.

Kita juga dapat melihat para siswa dari sekolah dasar dan menengah yang bersama-sama mempertunjukan seni bela diri Tiongkok. Sungguh, mereka mempertunjukkannya dengan sangat baik. Setiap anak sungguh penuh kesungguhan hati. Pada setiap gerakan mereka terdapat kelembutan, sungguh indah. Pada akhir acara, semua orang sungguh gembira dan menari bersama sambil bergandengan tangan. Sungguh bagaikan reuni keluarga.

Para anggota TIMA dari 23 negara yang terdiri atas para dokter, perawat, apoteker, dan praktisi medis lainnya berkumpul bersama-sama di Hualien. Sungguh, bulan di langit sangatlah bulat dan hubungan manusia di bumi pun semakin erat. Sebelum acara ini dimulai, saya melihat sebuah pertunjukan musik yang sungguh membuat saya tersentuh. Empat orang dokter dari RS Fuding bersama dengan para staf RS Tzu Chi mementaskan drama musikal Sutra Bhaisajyaguru.

 

Waktu mengalir bagaikan sungai. Kehidupan penuh penderitaan dan tidak kekal. Di dunia ini tiada obat keabadian. Kehidupan bagaikan sebuah pelangi. Pelangi seindah apa pun akan hilang. Dengan penuh welas asih dan kebijaksanaan melenyapkan penderitaan semua makhluk. Kehidupan manusia mengalami fase lahir, tua, sakit, mati. Kehidupan kita tak selamanya sehat. Karena itu, kita membutuhkan dokter yang bagaikan Buddha Pengobatan untuk mengobati penyakit dan melindungi kita dengan penuh cinta kasih.

Inilah pancaran cahaya batin yang berasal dari benih kebuddhaan. Benih kebuddhaan adalah cahaya yang jernih dan tak ternoda, bagaikan sinar rembulan di langit. Hakikat kebuddhaan ini akan senantiasa ada selamanya. Para dokter datang ke dunia untuk menolong orang lain. Sesungguhnya, pasien merupakan guru para dokter. Mereka memberi kesempatan kepada dokter untuk mengembangkan kemampuan.

Setiap silent mentor yang kita lihat saya kenal dengan baik. Mereka adalah murid-murid yang sangat dekat dengan saya. Mereka telah membantu saya mengemban Empat Misi dan Delapan Jejak Dharma Tzu Chi. Mereka semua senantiasa hidup dalam hati saya. Mereka telah mengemban Empat Misi Tzu Chi dan membantu para dokter untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Ayah saya berkata, manusia berguna saat hidup. Namun, setelah meninggal manusia dapat tetap berguna, yakni dengan mendonorkan tubuhnya bagi para calon dokter. Mereka mendonorkan tubuh agar para dokter dapat memecahkan misteri tubuh manusia.

Bayangkan, mereka sungguh memberi dengan ikhlas. Selain para silent mentor, masih ada para dokter pendidik yang membimbing para siswa kedokteran. Kemarin saya melihat tiga generasi dokter di Rumah Sakit Tzu Chi. Dr. Chen Ing-ho, Kepala rumah sakit, telah berada di RS Tzu Chi sejak rumah sakit dibuka. Ia telah membantu membimbing beberapa angkatan di Sekolah Kedokteran Tzu Chi. Lihatlah, keterampilan dan pengetahuan medis terus diwariskan. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Inilah pewarisan keterampilan.

 

 

Kita juga melihat kisah Prof. Wang Yueh-jan dari departemen anatomi. Beberapa tahun lalu, ayahnya sakit dan dirawat di sebuah rumah sakit. Ketika pasien menderita dan kesakitan, siapa yang dapat menolong dan memahami penderitaan yang mereka rasakan? Saat itu Prof. Wang Yueh-jan bertanya kepada dokter, “Dokter, mengapa obat untuk ayah saya masih belum ada sampai sekarang?” “Apotek sudah tutup. Tunggu besok saja,” jawab sang dokter. “Tetapi, ayah saya dokter,” ucap Prof. Wang Yueh-jan lirih. Saat itu Prof. Wang Yueh-jan sungguh tidak dapat mengerti mengapa tak bisa mendapatkan obat itu.

.

 

Kini beliau menjadi guru di Universitas Tzu Chi. “Saya ingin menjadi seorang guru yang senantiasa ada ketika para siswa ingin bertanya tentang pelajaran maupun sedang mengalami kesulitan. Saya tak ingin menjadi guru yang tak dapat dicari oleh para siswa,” ucapnya mantap.

Sejak saat itu, dalam kegiatan belajar mengajar, ia sangat bersungguh-sungguh. Lampu di laboratoriumnya terus menyala. Lampunya selalu menyala sehingga siswanya yang memiliki pertanyaan tak akan kesulitan mencarinya. Saya sungguh tersentuh. Dalam Sekolah Kedokteran Tzu Chi, para guru dan dokter telah membangun teladan dan mewariskan ilmu. Saya sungguh tersentuh.

Kemarin kita juga melihat pertunjukan dari anggota TIMA yang menunjukkan sepasang tangan dapat menjadi ratusan bahkan ribuan tangan. Setiap orang mengulurkan sepasang tangan dengan penuh kelembutan. Para anggota TIMA dari berbagai negara dan bahasa yang berbeda-beda bersama-sama mempersembahkan pertunjukan Bodhisatwa Avalokitesvara Berlengan Seribu yang selalu mendengar ratapan semua makhluk. Saya sungguh tersentuh.

Pementasan tersebut mengandung jejak Dharma, bukan semata-mata isyarat tangan. Para anggota TIMA dari 23 negara berkumpul bersama untuk menghadiri konferensi TIMA. Saya sungguh berterima kasih kepada para relawan di Taiwan yang sangat bersungguh hati dalam menghadapi segala perubahan sehingga acara dapat berlangsung dengan lancar dan semua orang diliputi sukacita dalam Dharma. Hal ini sungguh tak mudah. Karena itu, saya sungguh bersyukur atas jalinan jodoh yang membuat kita dapat berkumpul bersama. Semoga jalinan jodoh ini dapat terus berlanjut dan kita dapat senantiasa berkontribusi bagi semua makhluk di dunia selamanya. Diterjemahkan oleh: Lena

 

Artikel Terkait

Pembangunan yang Berbudaya Humanis

Pembangunan yang Berbudaya Humanis

11 Agustus 2015

Pada 3 Agustus 2015, insan Tzu Chi Batam mengadakan sosialisasi budaya humanis dalam pembangunan kepada 61 seniman bangunan Aula Jing Si Batam di Kantor Tzu Chi Batam.

Banjir Jakarta:

Banjir Jakarta: "Terima Kasih, Tzu Chi"

21 Januari 2014 Senin, 20 Januari 2014, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan Polsek Muara Baru, Jakarta Utara menuju ke posko untuk memberikan bantuan.
Berbagi Kebaikan Xiang Ji Fan

Berbagi Kebaikan Xiang Ji Fan

17 Juni 2014 Relawan yang bahu membahu membuat chang, bukanlah profesional. Namun, keyakinanlah yang membuat mereka mau berusaha terus. Proses pembuatan chang yang memakan waktu 3 hari, menghasilkan 1065 buah chang.
Giat menanam kebajikan akan menghapus malapetaka. Menyucikan hati sendiri akan mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -