Suara Kasih: Menjauhkan Diri dari Bencana

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Menjauhkan Diri dari Bencana dengan Tinggal di Tempat Aman

Pembangunan tempat wisata membawa kesempatan usaha juga kerusakan
Bumi terus terluka akibat ulah manusia
Tempat wisata yang indah juga menyimpan potensi bahaya
Menjauhkan diri dari bencana dengan tinggal di tempat aman

 

Demikianlah kondisi kehidupan di dunia. Saat hujan, kita pasti merasa sangat khawatir. Kita mengkhawatirkan curah hujan yang tinggi mengakibatkan bumi tak dapat menampungnya ataupun mengkhawatirkan rumah warga akan rusak, dan sebagainya. Karena itu, saat hujan lebat, orang akan merasa sangat khawatir. Saat matahari terik, orang juga akan resah karena merasa terlalu panas. Inilah ketidakselarasan unsur air.

Kita bisa melihat tayangan berita yang melaporkan bahwa bencana kekeringan di Amerika Serikat telah memicu terjadinya kebakaran hutan. Kita juga melihat Korea Utara. Pemerintah Korea Utara mulai meminta bantuan kepada PBB karena banyaknya warga yang kelaparan. Bencana banjir dan bencana kekeringan terjadi bersamaan di negara tersebut. tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam, sedangkan di daerah yang diguyur hujan lebat banjir telah menggenangi lading sehingga terjadilah kekurangan bahan pangan.

Kita juga melihat Topan Saola yang telah mendatangkan bencana di berbagai wilayah Taiwan, terutama di wilayah Wushe yang terletak di Nantou. Di daerah pemandian air panas Lushan, banyak pihak tidak mengindahkan segalanya dan terus membuka daerah wisata. Para pengunjung dan bus-bus pariwisata terus datang ke daerah pegunungan tersebut. Jadi, banyaknya pengunjung membawa kesempatan usaha warga setempat, namun juga membawa kerusakan. Perdagangan mendatangkan keuntungan, tetapi juga membawa kerusakan yang bisa mengancam kehidupan manusia.

Beginilah manusia yang selalu ingin melawan alam semesta. Pada akhirnya, tetap manusialah yang kalah. Contohnya yang terjadi di Fangshan, Beijing beberapa waktu ini. Bukan karena topan, melainkan hanya hujan lebat biasa. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan sebagian wilayah di Tiongkok mengalami bencana banjir. Sejak tanggal 24 Juli lalu, insan Tzu Chi Beijing mulai terjun ke lokasi bencana untuk menyurvei sambil membagikan barang bantuan. Sejak tanggal 24 Juli hingga kini, insan Tzu Chi Beijing senantiasa bekerja tanpa istirahat.

Selama beberapa hari ini, tidak hanya insan Tzu Chi Beijing yang telah membantu para korban bencana. Sesungguhnya, di Taiwan beberapa hari ini, ada banyak orang yang juga sangat mengkhawatirkan Topan Saola yang telah mendatangkan bencana di beberapa wilayah. Selain Lushan dan Nantou, beberapa tempat lain juga terkena dampaknya. Hari ini, insan Tzu Chi akan kembali menyurvei lokasi bencana dan memberikan bantuan darurat di Nantou dan Desa Xiulin. Jadi, selama beberapa hari ini, asalkan lokasi bencana bisa dijangkau, insan Tzu Chi pasti pergi ke sana untuk memberi penghiburan, mengantarkan paket kebutuhan sehari-hari, dan makanan hangat.

Dua hari lalu, mereka juga pergi ke Desa Chongde. Kemarin siang, kereta api telah kembali beroperasi. Sekitar pukul 5 kemarin sore, para insan Tzu Chi dan staf dari Da Ai TV berangkat ke Desa Heping dengan kereta api. Dua hari lalu, kita juga sudah mengantarkan selimut, nasi instan, dll. ke Desa Heping dengan helikopter. Berhubung barang yang diantar tidak cukup, kita kembali mengantar kekurangannya kemarin dengan kereta api. Sungguh, dalam bencana seperti ini, dibutuhkan sumbangsih dari banyak orang. Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyalurkan bantuan.

Setiap orang bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih dan mencurahkan perhatian dengan ketulusan. Akan tetapi, orang yang terkena bencana entah perlu berapa lama untuk dapat kembali pulih dan hidup tenang. Bagaimana kita harus menyediakan  tempat yang aman bagi mereka? Kapan kondisi mereka bisa pulih? Mereka yang kehilangan tempat tinggal dan harta entah berapa lama baru dapat pulih. Jadi, kita harus senantiasa bersumbangsih  dengan cinta kasih dan terus menghimpun kekuatan cinta kasih.

Kita juga harus senantiasa mawas diri,  berhati tulus, dan menyelaraskan pikiran dengan sebaik mungkin. Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari, kita juga harus mengubah gaya hidup kita. Kita harus menyelaraskannya dari hati. Kita harus mengembangkan rasa syukur,sikap penuh pengertian, dan lapang dada. Saat ini, kita yang berada di Taiwan sungguh harus segera sadar dan mengubah pikiran serta pandangan kita. Di saat kritis seperti ini, satu-satunya cara adalah  kita harus menyelaraskan pikiran dengan sebaik mungkin agar setiap orang memiliki batin yang sehat dan berjalan ke arah yang benar.

Setiap orang harus menunaikan kewajiban dengan sebaik mungkin. Dengan demikian, kita tidak perlu lagi merusak alam untuk mendapatkan keuntungan sehingga setiap orang bisa menikmati pemandangan alam yang indah. Jika ingin menikmati pemandangan alam, maka kita harus berjalan kaki sendiri ke sana. Janganlah menggunakan mobil jika tempat itu tidak bisa dijangkau. Jika memang harus menggunakan mobil maka lebih baik tidak pergi. Contohnya saya. Tempat mana pun yang memiliki pemadangan indah, Tempat mana pun yang memiliki pemadangan indah, saya tidak menginjakkan kaki ke sana karena takut bumi akan merasa sakit. Saya sungguh tak sampai hati. Seindah apa pun tempat itu, saya sungguh tidak sampai hati untuk ke sana. Jadi, kita harus melindungi bumi ini dengan sebaik mungkin.

Kita harus menghormati langit dan mengasihi bumi nserta banyak menghimpun berkah. Jika setiap orang bisa berbuat kebajikan, bukankah ini akan lebih baik? Hari ini, insan Tzu Chi akan terus ke Yilan, Nantou, Desa Xiulin dan Desa Heping untuk menyurvei lokasi bencana dan menyalurkan bantuan darurat. Saya sungguh berterima kasih. Saya juga berharap seluruh insan Tzu Chi dapat meningkatkan kewaspadaan dan berhati-hati saat menyalurkan bantuan. Bagi insan Tzu Chi  yang membantu warga membersihkan rumah, juga harus berhati-hati. Sebaiknya kalian menggunakan sarung tangan karena dalam bencana kali ini wabah flu babi dan flu burung juga tengah merebak di banyak tempat, terutama di daerah pedalaman. Jadi, setiap orang harus meningkatkan kewaspadaan. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)


Artikel Terkait

Menjaga Kelestarian Lingkungan

Menjaga Kelestarian Lingkungan

27 November 2018

Kegembiraan tampak jelas di setiap raut wajah para relawan Tzu Chi Bandung, Minggu 25 November 2018. Tanpa rasa jijik, relawan dengan telaten memilah sampah berdasarkan jenisnya untuk didaur ulang.

Senja yang Berharga

Senja yang Berharga

12 Juli 2018
Selasa, 10 Juli 2018 relawan Tzu Chi Hu Ai Pluit dan Guru-guru Tzu Chi School PIK mengadakan kunjungan kasih ke Panti Werdha Wisma Mulia di Jalan Hadiah, Grogol, Jakarta Barat. Sejumlah 22 orang relawan dan 29 guru datang memberikan kebahagiaan kepada para oma dan opa. 
Mewariskan Bumi yang Lestari

Mewariskan Bumi yang Lestari

23 Februari 2015 Pada tanggal 31 Januari 2015, Tzu Chi Sinar Mas Wilayah Perwakilan Kalimantan Timur 1 mengadakan kegiatan penanaman pohon di Desa Sukamaju, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Sebanyak 25 bibit durian dan 200 bibit pohon sungkai ditanam dalam kegiatan ini. Para relawan juga mengajak siswa/i kelas dari SDN Kombeng untuk turun tangan melestarikan lingkungan.
Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -