Suara Kasih: Mensosialisasikan Keyakinan Benar

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Mensosialisasikan Keyakinan Benar di Bulan Tujuh Penuh Berkah

Bersikap mawas diri dan berhati tulus untuk mengantisipasi bencana alam
Membangkitkan kebijaksanaan untuk tidak membakar kertas sembahyang
Pastor mendedikasikan setengah abad hidupnya untuk berkontribusi
Menjalani hidup sederhana dan berdoa semoga dunia terbebas dari kemiskinan

Unsur alam tengah tidak selaras. Beberapa bulan ini, kita sering melihat pemandangan tentang meletusnya gunung berapi. Sungguh membuat orang khawatir. Selain itu, kita juga melihat Thailand. Tahun lalu, bencana banjir akibat hujan lebat di Thailand bagian utara terus meluas ke wilayah Thailand bagian selatan. Banjir tahun lalu sungguh mengkhawatirkan. Pada banjir kali ini, entah berapa luas wilayah yang tergenang baru air bisa surut.

Inilah ketidakselarasan unsur air. Ketidakselarasan unsur api dan unsur air ini bisa kita lihat telah terjadi di beberapa negara. Karena itu, kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan. Sesungguhnya, yang harus kita waspadai sekarang adalah Topan Sanba yang telah terbentuk di atas permukaan laut. Topan ini telah menguat menjadi topan berkekuatan tinggi. Tak peduli mengarah ke Jepang ataupun Taiwan, kita tetap harus mawas diri dan berhati tulus. Janganlah kita meremehkan dampak yang tercipta dari lingkaran luar topan kali ini. Tentu saja, kita harus mawas diri dan berhati tulus. Selain berhati tulus terhadap langit dan bumi, kita juga harus tulus terhadap manusia.

Dalam interaksi antarmanusia, setiap orang hendaknya memiliki ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Inilah yang disebut berhati tulus. Sungguh, dengan mawas diri dan berhati tulus berarti kita saling mendoakan dan saling membimbing. Dua tahun lalu, Yayasan Buddha Tzu Chi datang ke komunitas kami untuk mensosialisasikan bahwa mengurangi emisi karbon dan mengasihi bumi bisa dilakukan dengan tidak membakar kertas sembahyang. Di tahun itu pula, para warga di komunitas kami segera mempraktikkannya. Karena itu, dalam upacara Ullambana dua tahun terakhir ini, kami tidak lagi membakar kertas sembahyang. Kita harus melenyapkan takhayul dan membimbing setiap orang di masyarakat agar membangun keyakinan penuh kebijaksanaan. Bulan 7 Imlek merupakan bulan penuh syukur, bulan penuh berkah,bulan bakti, dan bulan kebajikan. Kita harus mengembangkan cinta kasih, mensosialisasikan pentingnya berbakti, dan melenyapkan takhayul.

Kita dapat melihat sejak bulan tujuh Imlek, para insan Tzu Chi telah menggelar kegiatan doa bersama berskala besar dan kecil di tengah masyarakat. Yang terpenting dalam kegiatan doa bersama ini adalah berbagi kepada setiap orang agar melenyapkan takhayul dan memahami bahwa bulan 7 Imlek adalah bulan penuh berkah dan bulan bakti. Selain itu, kita juga harus membangkitkan cinta kasih setiap orang agar bervegetarian demi melindungi dan mengasihi semua makhluk. Jadi, belakangan ini, para insan Tzu Chi sangat sibuk menggelar lebih dari 300 sesi kegiatan doa bersama di tengah masyarakat.

Di Pingdong,kita menggelar dua sesi kegiatan doa bersama yang dihadiri oleh lebih sari 10.000 hadirin. Relawan dokumentasi dari Kaohsiung dan Pingdong bekerja sama untuk mendokumentasikan dua sesi doa bersama tersebut. Di empat sisi panggung stadion itu, mereka menggunakan kamera Jimmy Jib. Suasana kegiatan itu sungguh khidmat dan agung. Di wilayah Taichung juga diadakan kegiatan doa bersama berskala besar yang dihadiri oleh lebih dari 10.000 orang. Setiap orang membabarkan Dharma dengan bersungguh hati. Hanya manusia yang bisa membabarkan Dharma. Saya sungguh tersentuh melihat cara mereka melenyapkan takhayul.

Dahulu, dalam upacara Ullambana, saya selalu membeli banyak ayam, bebek, ikan, dan persembahan lainnya. Saya juga membakar banyak kertas sembahyang. Tiga kantong besar kertas sembahyang menghabiskan uang sebanyak 1.000 dolar NT. Sekarang kami menyisihkan uang untuk membeli kertas sembahyang ke dalam celengan bambu agar bisa membantu orang yang membutuhkan. Master memberi tahu kepada kita bahwa kita harus menanam berkah sendiri barulah bisa memperoleh berkah. Berkah haruslah kita tanam sendiri, bukan diperoleh dari memohon.

Kita dapat melihat berapa banyak uang yang dihabiskan untuk membakar kertas sembahyang. Saat membakar kertas sembahyang, selain menciptakan polusi udara, kita juga memboroskan sumber daya alam. Kita menggunakan uang untuk membeli kertas sembahyang. Entah berapa uang yang kita habiskan untuk itu. Ini semua karena kepercayaan terhadap takhayul.

Kita dapat melihat seorang nenek berusia 80-an tahun. Angin menerbangkan kertas sembahyang yang dia bakar sehingga hampir saja mengakibatkan kebakaran dahsyat. Beruntung kebakaran itu bisa segera teratasi sehingga tidak menimbulkan bencana yang parah. Bakhan seorang pemilik yang membuka toko perlengkapan sembahyang juga menutup tokonya karena tahu membakar kertas sembahyang tidak baik.”Jika membakar kertas sembahyang bisa mendatangkan kekayaan bagi kita, saya akan membakarnya sendiri. Saya tidak akan menjualnya. Abu hasil pembakaran kertas juga akan beterbangan. Jika abunya terbang ke rumah kamu, kamu akan tidak senang, begitu pula sebaliknya. Jika demikian, kita tidak bisa menjalin jodoh baik dengan orang lain,” ujar pria tersebut.

Sesungguhnya, uang hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan kita. Itu sudah cukup. Sesungguhnya, sumber daya alam seharusnya digunakan secara bersama-sama. Janganlah kita memperebutkan banyak uang lalu menaruhnya di bank. Uang yang disimpan di bank itu hanyalah sebuah nominal saja. Sesungguhnya, berapa banyak yang kita butuhkan untuk makan, pakai, dan tinggal? Waktu terus berlalu seperti biasa. Meski memiliki uang yang lebih banyak,waktu kita dalam satu hari juga tidak akan bisa bertambah satu jam. Ini adalah hal yang mustahil. Waktu dalam kehidupan kita terbatas. Kita harus memanfaatkan waktu untuk mengembangkan makna kehidupan kita.
 
Kita juga melihat seorang pastor Katolik yang menerima penghargaan pelayanan kesehatan. Kita harus bertepuk tangan untuk pastor ini. Beliau datang dari luar negeri dan mengabdikan hidupnya bagi Taiwan. Dia begitu melindungi dan menyayangi kehidupan warga Taiwan. Inilah yang disebut cinta kasih universal. Kita juga harus mendoakan tokoh agama berusia 70-an tahun ini yang telah mendedikasikan setengah abad hidupnya bagi Taiwan. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Jadi, asalkan ada orang lain yang berbuat baik, kita harus memujinya. Dalam interaksi antarmanusia, kita juga harus memiliki ketulusan, kebenaran, keyakinan, kesungguhan, dan saling menghargai.

Kita juga harus mendukung setiap orang agar menjalani pola hidup sederhana. Kita harus saling menginspirasi. Kita harus mengajak setiap orang agar menjalani pola hidup sehat, yaitu dengan bervegetarian dan hidup hemat. Saat berkecukupan, kita harus bersumbangsih bagi mereka yang menderita di dunia ini. Selain itu, kita juga harus mengurangi pemborosan terhadap sumber daya alam dan mengurangi polusi udara. dan mengurangi polusi udara. Ini sangatlah bermanfaat bagi bumi. Baiklah, waktu terus berlalu.Jika bisa menjalani hidup dengan sederhana, maka kita akan semakin aman dan tenteram. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 

Artikel Terkait

Baksos NTT: Bantuan Tahap 3

Baksos NTT: Bantuan Tahap 3

12 April 2012 Bandara seolah menjadi tempat yang tidak pernah terlelap, padahal waktu masih menunjukkan pukul 04.30 pagi. Pagi itu rombongan relawan Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi  akan melakukan perjalanan panjang menuju Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur guna menebarkan cinta kasih melalui baksos pembagian beras cinta kasih Tzu Chi.
Dengan Melakukan Aku Mengerti

Dengan Melakukan Aku Mengerti

21 Agustus 2013 Semua anak muda terlihat semangat dan bersukacita, kendati pada hari minggu biasanya anak-anak muda lebih memilih menghabiskan waktu mereka di pusat-pusat pembelanjaan atau pergi untuk beristirahat, tetapi mereka malah memilih untuk mengikuti kegiatan pelestarian lingkungan.
Semangat Para Remaja Mengikuti Vaksinasi Covid-19, Mereka Sudah Rindu Kembali Ke Sekolah

Semangat Para Remaja Mengikuti Vaksinasi Covid-19, Mereka Sudah Rindu Kembali Ke Sekolah

12 Juli 2021

Vaksinasi Covid-19 yang digelar TNI dan Tzu Chi Indonesia di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng (12 Juli 2021), juga diikuti banyak peserta berusia 12-17 tahun.  

Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -