Suara Kasih : Mensosialisasikan Vegetarian

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Mensosialisasikan Vegetarian
Demi Mencegah Penyakit
 

Para dokter giat mensosialisasikan pola hidup vegetarian
Mencegah timbulnya penyakit  agar dapat hidup dengan tenang
Mengubah kebiasan buruk dan hidup selaras dengan alam
Hidup harmonis dengan semua makhluk hidup

Tanggal 11 Maret lalu, Jepang diguncang gempa bumi dahsyat yang mengejutkan seluruh dunia. Kini sebulan telah berlalu, namun beberapa hari lalu pada pukul 17.16 sore waktu setempat, gempa bumi berkekuatan 7 skala Richter kembali mengguncang. Pusat gempa hanya berada sekitar 6 kilometer di bawah permukaaan tanah. Kita dapat membayangkan betapa besarnya guncangan yang terjadi. Sesungguhnya, pada 11 April malam, wilayah Kaohsiung serta pegunungan Yilan dan Taoyuan juga diguncang gempa bumi. Beruntung, tak ada korban jiwa.

Kita sungguh harus memanfaatkan waktu untuk segera bertobat dan mensosialisasikan pola hidup vegetarian. Kita harus menghargai semua kehidupan agar dapat hidup aman dan selamat. Janganlah demi memenuhi nafsu makan sesaat, kita membunuh banyak hewan. Peternakan hewan mengakibatkan kerusakan bumi dan pencemaran udara. Ini semua merupakan akibat dari kebiasaan hidup manusia.

Lihatlah Kota Kesennuma di Jepang, mata pencaharian utama warga setempat adalah usaha perikanan, kini warga setempat mulai berencana untuk pergi menangkap ikan. Kita semua tahu bahwa air radioaktif telah mengalir ke laut dan mencemari airnya. Apakah hewan laut masih layak dikonsumsi? Namun karena kebiasaan hidup, warga setempat berencana untuk kembali menjalankan usaha perikanan. Sungguh, untuk mengubah kebiasaaan hidup sangat sulit pada awalnya, karena setiap orang berpikir bahwa ini adalah kebiasaan mereka sejak lahir. Jadi bagi mereka ini adalah hal yang wajar. Sesungguhnya, yang lebih wajar adalah hidup selaras dengan alam, dengan demikian, barulah kita dapat senantiasa sehat. Hal ini berarti bahwa tumbuh-tumbuhan adalah obat mujarab bagi tubuh kita.

Tujuan kita makan adalah untuk mengatasi rasa lapar dan mendapat gizi yang kita perlukan. Makanan yang terdiri atas padi-padian dan sayur-mayur yang di masak dengan minyak nabati, bergizi sangat tinggi. Pola makan vegetarian juga sangat bergizi. Karena itu, kita harus bersyukur atas semua makanan yang kita konsumsi. Sebelum makan, kita harus beranjali dan merenungkan 5 hal.

Kita harus merenungkan dari mana makanan ini berasal. Kita harus berterima kasih kepada langit dan bumi. Berkat iklim yang bersahabat, tanaman di bumi dapat tumbuh subur. Tanaman yang tumbuh pada berbagai musim dapat memberi gizi kepada tubuh kita dengan cara yang alami. Jadi, tanaman yang tumbuh pada musim yang berbeda dapat memberi gizi kepada kita. Ini semua adalah hukum alam.

Namun, orang-orang zaman sekarang mengonsumsi semua daging hewan baik yang hidup di darat maupun di laut tanpa terkecuali. Apakah kita sungguh harus mengonsumsi daging hewan? Di bumi terdapat banyak makhluk hidup. Sebagai manusia, kita harus hidup harmonis dengan semua makhluk. Kita harus menghargai semua jenis hewan, Bukankah mereka juga ingin bertahan hidup seperti kita? Karena itu, kita harus mengintrospeksi diri dan tidak melukai makhluk hidup lain demi memenuhi keinginan kita.

Tadi kita sudah melihat para dokter dari Rumah Sakit Tzu Chi yang memerhatikan pasien dengan hati Buddha. ”Bagaikan Tabib Agung yang mampu mengenali  setiap jenis penyakit”, bukankah ini yang tertulis dalam Sutra Makna Tanpa Batas? Para dokter senantiasa membimbing pasien untuk mengubah pola makan mereka berdasarkan penyakit yang dideritanya, beberapa jenis penyakit timbul akibat asupan gizi yang berlebihan. “Pertama-tama, kami memintanya untuk mencatat pola makannya, lalu, kami menemukan bahwa sebelum tidur, ia suka mengonsumsi makanan berkalori tinggi seperti nasi dan daging rebus yang berdampak sangat buruk bagi kesehatan, kami memintanya untuk berolahraga setiap hari dan mengajarkannya cara menghitung kalori,” ucapnya demikian. Salah satu dokter bahkan turun ke dapur untuk memasak makanan vegetarian bagi keluarganya agar senantiasa sehat. Lihatlah betapa bahagia keluarga ini, Semoga semua orang dapat meneladaninya.

Para dokter di RS Tzu Chi Da Lin juga turut mensosialisasikan pola hidup vegetarian. Tahun lalu saat peringatan tahun ke-20 misi pelestarian lingkungan Tzu Chi, saya berkunjung ke beberapa posko daur ulang. Saya juga berkunjung ke RS Tzu Chi di Dalin untuk yang ketiga kalinya. Saya sungguh senang. Saat itu, para dokter meminta saya untuk mencicipi masakan vegetarian mereka. Mereka sungguh mengagumkan. Jangankan mencicipi masakan mereka, melihat mereka memasak saja saya sudah merasa sangat senang. Saya sungguh menikmati perjamuan itu.

Pada hari itu, saya sungguh senang dapat melihat dan mencicipi masakan mereka. Masakan mereka sungguh lezat dan harum. Para dokter dan perawat di RS Tzu Chi Dalin memasak masakan vegetarian bagi saya dan para pasien. Hal ini sungguh menghangatkan hati. Melihatnya, saya teringat betapa banyak kesulitan yang kita hadapi saat kita baru menjalankan misi kesehatan.

Saya juga melihat para staf medis dari Rumah Sakit Tzu Chi di Taichung beserta para relawan dari Zhanghua dan Taichung yang berjumlah hampir 400 orang berkumpul pada pukul 5 pagi di lokasi proyek. Proyek pembangunan hampir selesai, jadi mereka mulai membersihkan lokasi. Mereka sungguh satu keluarga besar. Meski kita menghadapi berbagai kesulitan untuk mencapai semua ini, namun setiap orang menghargai rumah sakit bagai rumahnya sendiri. Bahkan ada beberapa orang yang khawatir tidak memiliki kesempatan untuk membantu. Para perawat yang pulang dari tugas malam pun segera bergabung untuk membantu. Sungguh, RS Tzu Chi bagaikan rumah mereka.

Setiap orang turut memikul tanggung jawab. Yang terpenting adalah budaya humanis misi kesehatan, yakni menghargai kehidupan. Selain mengobati penyakit pasien, para dokter juga berusaha mengubah pola pikir dan mengembangkan kebijaksanaan pasien. Agar dapat senantiasa sehat, kita harus mencegah timbulnya penyakit. Jadi, penyuluhan kesehatan juga dijalankan. Inilah misi kesehatan Tzu Chi, baik terhadap gedung rumah sakit maupun para pasien, setiap staf medis bersumbangsih dengan penuh kesungguhan hati dan cinta kasih. Budaya humanis ini sungguh membuat orang tersentuh. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Perhatian Tzu Chi untuk Opa dan Oma

Perhatian Tzu Chi untuk Opa dan Oma

13 Mei 2013 Kunjungan kasih merupakan wujud rasa empati dari para relawan Tzu Chi. Keberadaan opa dan oma yang hidup jauh dari keluarganya adalah panggilan hati bagi para relawan Tzu Chi untuk berbagi kasih dengan mereka.
Menumbuhkan Niat Bersumbangsih

Menumbuhkan Niat Bersumbangsih

12 Agustus 2013 Para peserta diajak untuk melakukan "satu kebajikan dalam satu hari" melalui celengan bambu. Selain itu, relawan juga membagikan buletin Tzu Chi yang berisi tentang berita Tzu Chi dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
Pendidikan Tzu Chi, Pendidikan Cinta Kasih

Pendidikan Tzu Chi, Pendidikan Cinta Kasih

10 Juli 2015 Di hari kedua pelatihan pendidikan guru humanis di Aula Jing Si, Pantai Indah kapuk, Jakarta Utara yang dilaksanakan pada Minggu, 5 Juli 2015, peserta tidak hanya berasal dari kalangan para guru tetapi juga dari relawan pendamping di misi pendidikan Tzu Chi atau biasa dikenal dengan sebutan Daai Mama atau Daai Papa
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -