Suara Kasih: Mensyukuri Ketenteraman dan Menumbuhkan Nilai Budi Pekerti

Jurnalis : DAAI News, Fotografer : DAAI News
 

Judul Asli:

Mensyukuri Ketenteraman dan Menumbuhkan Nilai Budi Pekerti

Membangkitkan rasa syukur karena selamat dari gempa bumi
Mengasihi semua orang dan giat menggarap ladang berkah
Membungkukkan badan untuk membersihkan lingkungan dan batin
Menanamkan nilai budi pekerti ke dalam diri anak-anak sedari kecil

Kemarin, pukul 8.02 malam, Hualien diguncang gempa bumi berkekuatan 6,3 skala Richter. Selain itu, titik pusat gempa sangatlah dangkal. Ia tidak hanya mengguncang ke kiri dan ke kanan, melainkan juga naik dan turun. Sungguh menakutkan. Saya terus berpikir mengapa guncangannya seperti ini dan mengapa begitu lama. Guncangannya sungguh lama. Yang terlintas di pikiran saya adalah apakah tempat-tempat lain aman dan selamat? Saya sangat khawatir. Karena itu, saya segera menelepon untuk bertanya apakah RS Tzu Chi Hualien aman dan apakah Sekolah Tzu Chi aman. Mendengar mereka aman dan selamat, saya pun merasa tenang. Akan tetapi, sejak kemarin malam hingga tadi pagi telah terjadi gempa susulan sebanyak 59 kali.

Kita hendaknya bersyukur karena bisa selamat dari gempa tersebut. Ketahuilah bahwa kemarin pagi, Songyuan, Provinsi Jilin, Tiongkok, juga tiba-tiba diguncang gempa bumi yang sangat dahsyat. Kekuatan gempanya adalah 5,4 skala Richter. Tujuh menit setelahnya, sebuah gempa susulan berkekuatan 4,8 skala Richter kembali mengguncang. Akibatnya, ada orang yang terluka dan sekitar 4.000 unit rumah roboh. Entah apa yang harus dilakukan oleh korban bencana setempat. Sungguh, kita yang berada di Taiwan harus bersyukur. Kita harus bersyukur dengan hati yang tulus.

Kita juga melihat di Tiongkok, insan Tzu Chi terjun ke wilayah terpencil untuk melakukan survei pembagian bantuan musim dingin dari rumah ke rumah. Di daerah terpencil itu, masih terdapat lansia yang berusia 80 hingga 90-an tahun. Apakah mereka memiliki anak? Ada, tetapi anak mereka tinggal di tempat yang jauh. Demikianlah para lansia itu menjalani hidup. Mereka berdua tinggal di sebuah rumah yang sangat kecil. Saat melihat insan Tzu Chi berkunjung, mereka bagai melihat anak-anak mereka yang pulang ke rumah. Lihatlah cara mereka menggenggam tangan insan Tzu Chi. Sungguh penuh kehangatan.

Ada pula seorang nenek yang hidup sebatang kara dan tidak leluasa bergerak. Saat insan Tzu Chi hendak pulang, nenek itu merasa sangat berat hati. Dia bahkan bersikeras untuk mengantar insan Tzu Chi hingga depan rumah. Melihat para lansia di tempat tersebut, saya sungguh merasa kita sangat dipenuhi berkah. Bodhisattva sekalian, adakah kalian merasa kita sangat dipenuhi berkah? (Ada)

Ya, kita sungguh beruntung. Melihat kondisi seperti itu kita harus lebih menyadari bahwa tiada orang yang ingin hidup dalam lingkungan seperti itu. Akan tetapi, itu semua berada di luar kendali kita. Karena itu, kita harus memahami hukum sebab akibat. Benih karma dan jalinan jodoh mengondisikan kita terlahir ke dunia ini. Pada kehidupan di dunia ini, jalinan jodoh menentukan hubungan kita dengan orang lain. Jika tak memiliki jalinan jodoh baik, maka begitu tumbuh besar, anak-anak akan tinggal sangat jauh dari kita. Tak hanya tempat tinggal yang jauh, bahkan hati juga saling berjauhan. Jika demikian, punya anak dengan tidak punya anak tidaklah berbeda.

Kita dapat melihat di Malaysia, ada seorang nenek yang berusia 86 tahun. Putrinya sudah tiada dan cucu perempuannya telah meninggalkannya. Dia tinggal bersama dua cucu buyutnya yang masih kecil. Dia harus bekerja untuk mencari nafkah. Dia bekerja tujuh hari dalam seminggu. Melihat itu, insan Tzu Chi merasa tidak tega dan membujuknya agar berhenti bekerja. Berhubung dia sudah berusia lanjut, insan Tzu Chi mengkhawatirkan keselamatannya. Karena merasa tidak tega, insan Tzu Chi memintanya agar pensiun.

Insan Tzu Chilah yang akan menjaganya. Akan tetapi, saya merasa dengan bekerja, kita bisa semakin sehat. Bagaimanapun, insan Tzu Chi tetap menjaga sang nenek termasuk cucu buyutnya. Inilah jalinan jodoh. Di saat sudah lanjut usia, putrinya dan cucunya tidak ada di sisinya, malah dia masih harus menjaga dua cucu buyutnya. Kehidupan seperti ini sungguh menderita. Beruntung, dia bertemu dengan insan Tzu Chi. Jadi, pendidikan sangatlah penting.

Kemarin, saya mengadakan rapat dengan para staf dari misi pendidikan Tzu Chi. Yang pertama memberikan laporan adalah kepala sekolah dari Sekolah Dasar dan Menengah Tzu Chi Hualien. Sekolah Tzu Chi menerima penghargaan sebagai relawan. Ini berkat pendidikan budi pekerti yang kita tanamkan ke dalam anak-anak. Beberapa hari lalu, saya melihat laporan berita tentang beberapa sekolah di Kaohsiung. Banyak orang tua murid yang tidak ingin anak-anak mereka membersihkan kamar kecil di sekolah. Karena itu, pihak sekolah harus mencari petugas kebersihan dari luar. Pengeluaran untuk membayar petugas kebersihan mereka bebankan kepada orang tua murid.

Dahulu, anak-anak harus menyapu dan membersihkan rumah setiap pagi. Ini adalah pekerjaan dasar yang harus dipelajari oleh setiap orang. Mengapa kita tidak membiarkan anak-anak mempelajari kemampuan dasar sebagai manusia? Berbeda dengan sekolah kita. Baik Sekolah Tzu Chi di Tainan maupun Hualien, hanya anak-anak berprestasi baik yang diperbolehkan membersihkan kamar kecil. Dengan memiliki prestasi yang sangat baik, barulah mereka mendapat giliran untuk membersihkan kamar kecil. Metode pendidikan ini sudah kita terapkan sejak sekolah kita berdiri.

Suatu kali, saat saya berkunjung ke Tainan, anak-anak di sana meminta saya untuk melihat kamar kecil mereka. Salah seorang murid berkata, “Kakek Guru, untuk membersihkan kamar kecil sungguh bukan hal yang mudah.” Saya berkata, “Mengapa tidak mudah? Kamu tidak bisa membersihkannya?” Dia berkata, “Bukan. Harus memiliki prestasi dan sikap yang baik, baru berkesempatan untuk membersihkan kamar kecil.” Bagi mereka, itu adalah suatu kebanggaan. Inilah cara kita mendidik anak-anak. Lihatlah anak-anak begitu rajin. Bisa melayani orang lain adalah suatu kebanggaan bagi mereka. Inilah yang harus kita ajarkan kepada anak-anak.

Apakah mereka juga membantu ibu mereka di rumah? Ada. Saya yakin mereka ada. Sejak kecil, mereka dibimbing untuk tidak mengandalkan orang tua. Mereka belajar untuk hidup mandiri serta bisa melayani orang lain. Inilah pendidikan yang terbaik. Kemarin, saya dipenuhi rasa syukur. Saya sangat bersyukur mendengar laporan pertama dari Sekolah Tzu Chi Hualien bahwa mereka menerima penghargaan sebagai relawan. Saya sangat memuji usaha keras mereka. Karena itu, saya dipenuhi rasa syukur. Intinya, pendidikan haruslah dimulai sedari kecil. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 

Artikel Terkait

Terus Belajar dan Menanam Benih untuk Masa Depan

Terus Belajar dan Menanam Benih untuk Masa Depan

05 April 2021

18 murid Qing Zi Ban, 31 murid Tzu Shao Ban berkumpul secara daring untuk mengikuti kelas bimbingan budi pekerti He Qi Pusat. Pengajaran ini bertujuan menanamkan ahklak, budi pekerti, prinsip kehidupan sedari dini agar kemudian hari dapat menjadi generasi yang mencerahkan dunia.

Hidup Sehat dengan Bervegetaris

Hidup Sehat dengan Bervegetaris

25 Oktober 2024

Master Cheng Yen menuturkan, tulus bervegetaris bisa menjadi cara untuk melestarikan Bumi dan meredam bencana alam. Sebagai upaya mendukung aksi tersebut, relawan Tzu Chi Medan mengadakan program makanan sehat vegetaris yaitu Vegan Enak Sembilan Hari.

Harapan Baru

Harapan Baru

09 Oktober 2013 Hari itu, Minggu, 29 September 2013, tengah dilaksanakan screening untuk menyaring pasien yang nantinya akan dioperasi di baksos kesehatan ke-93 di Batam.
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -