Suara Kasih: Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

 

Senantiasa Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan

 

Neraka dunia tercipta karena karma buruk kolektif
Tanah Suci di dunia tercipta berkat karma baik semua makhluk
Pemilik stan di pinggir jalan turut membimbing orang lain
Setiap tempat merupakan ladang pelatihan untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan

Beberapa hari lalu, Jepang kembali diguncang gempa bumi. Setiap kali terjadi gempa, semua orang pasti merasa sangat ketakutan. Akan tetapi, kita juga melihat pemerintah Jepang akan menggunakan sebagian anggaran bantuan tsunami untuk membiayai perburuan ikan paus. Di dalam ajaran Buddha dikatakan bahwa karma membunuh sangatlah berat. Meskipun baru dilanda bencana, namun mereka masih kembali menciptakan karma lagi.

Dahulu mereka telah banyak membunuh hewan laut, kini mereka masih mengalokasikan anggaran sebanyak 2.3 miliar yen untuk kembali menciptakan karma buruk. Saya sungguh merasa mengapa manusia tak takut dengan karma. Bahkan hingga kini pun, gempa bumi masih terus terjadi di Jepang. Saya sungguh mengkhawatirkan mereka. Saat Jepang dilanda bencana bertubi-tubi, insan Tzu Chi dari 39 negara dikerahkan untuk mengumpulkan dana sedikit demi sedikit demi program penyaluran bantuan di sana. Akan tetapi, saat program bantuan baru selesai, kita dapat melihat mereka kembali menciptakan karma. Melihat mereka, saya sungguh merasa pilu.

Kita juga bisa melihat Selandia Baru. Hujan lebat telah mendatangkan bencana banjir. Lebih dari 70 daerah di sana terjadi tanah longsor. Inilah bencana yang bisa kita lihat setiap hari. Semua itu sungguh mengkhawatirkan. Karena itu, kita semua harus saling membantu dan saling mendukung. Jika setiap orang bisa menumbuhkan cinta kasih, maka kita akan dapat menyucikan batin manusia dan mengubah kehidupan semua orang. Selain bisa menciptakan kehangatan keluarga, masyarakat yang harmonis juga akan tercipta. Istrinya telah kembali ke Indonesia, sementara anaknya dititipkan di Taipei.

Sementara ini, dia tak memiliki pekerjaan yang tetap dan hidup tak menentu. Jadi, dia berharap insan Tzu Chi bisa membantunya. Saat itu, dia sangat kurus dan hitam. Yang terlihat hanya matanya saja. Ia selalu berjalan dengan terhuyung. Jadi, saat itu, dalam waktu kurang lebih 1 bulan, saya terus mendukungnya untuk tetap bersemangat. Saya berkata padanya, ”Tunggulah hingga kesehatanmu pulih, saya akan mengenalkan pekerjaan untukmu sebagai kuli bangunan (Tzu Chi sebutannya seniman bangunan-red). Dengan begitu, kamu baru memiliki penghasilan dan bisa mendedikasikan diri sebagai relawan,” kata seorang relawan. ”Saya sungguh berterima kasih atas dukungan mereka terhadap saya. Mereka telah membimbing saya untuk berjalan di arah yang benar,” ujar pria itu. ”Apakah Anda merasa tersentuh?” tanya relawan. “Ya,” jawabnya. “Awalnya apakah Anda berpikir beginilah kehidupan?”tanya relawan lagi. “Saya berpikir untuk jalani apa adanya,” jawabnya.

Lihatlah Relawan Cui Yu di Taizhong. Meski berjualan mi di pinggir jalan, namun dia bisa menginspirasi orang lain. Tadi kita telah Shun Qing yang kehilangan semangat hidup dan menganggap dirinya tak berguna, insan Tzu Chi sangat bersungguh hati dalam membimbing dan mendukung Shun Qing. Insan Tzu Chi mendukungnya memulihkan kesehatan Shun Qing, serta mencarikan pekerjaan untuknya. Kini, dia bekerja sebagai seniman bangunan. Relawan Cui Yu mendukung seorang pria yang memiliki keterbatasan dalam bergerak untuk melakukan daur ulang. Pasien yang menderita sakit tulang belakang tak dapat bergerak dengan bebas. Akan tetapi, tangan dan otak mereka masih berfungsi dengan baik. ”Berhubung kami melakukan daur ulang pada malam hari, saya pun mendukungnya untuk ikut serta,”kata Cui Yu.“Tangan saya lebih pendek dibanding orang lain. Jika menggunakan penjepit, saya juga bisa melakukan daur ulang dan mengubahnya menjadi emas. Saya bisa menjadi orang yang sangat berguna. Saya bisa menjadi relawan daur ulang. Saya sangat senang karena bisa menjadi orang yang berguna. Kini, saya bisa melakukan banyak hal,”pria tersebut.

Meskipun duduk berada di kursi roda, namun dia bisa menjadi Bodhisatwa berkursi roda dengan membantu melakukan daur ulang dan menjadi teladan bagi orang lain. Lihatlah seorang pedagang mi tak hanya mengenyangkan perut pembeli, namun juga memberikan makanan spiritual bagi batin mereka dengan menggunakan Dharma agar setiap orang bisa memahami prinsip kebenaran. Tetap bertutur kata lembut dan memaafkan meski berada di pihak yang benar. Saya merasa perkataan ini sangat bagus. Saya merasa perkataan ini sangat bagus. Karena itu, saya menulisnya di sini agar bisa berbagi dengan orang lain dan saya juga bisa mengingatnya. Saya yakin ada banyak orang yang melihatnya.

Lihatlah Tuan Yang Wen De yang berjualan kue kacang merah di jalan. Sembari berjualan kue kacang merah, dia juga membimbing setiap orang untuk lebih memahami Tzu Chi dan berjalan di arah benar. Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran (Jalan Bodhisatwa). Di mana-mana adalah ladang pelatihan. Karena itu, tak peduli berwujud atau tidak, besar kecil tempat tersebut, kita tetap bisa merasakan keberadaan Dharma dan menyerapnya ke dalam hati. Sesungguhnya, kita memiliki Dharma hakiki di dalam hati. Apakah Dharma yang luar biasa ini perlu kita babarkan? Perlu. Kita harus bertutur baik dan berbuat kebaikan.

Jika selalu bertutur kata baik, maka segala perbuatan kita juga akan baik. Yang terpenting adalah  kita harus selalu berpikiran baik.

Pikiran baik ini harus dari dalam hati. Dengan berpikiran baik, barulah kita bisa memahami Dharma yang luar biasa. Buddha mengajarkan kita untuk lebih memaknai kehidupan  dan membimbing kita berjalan di arah yang benar. Karena sudah bertekad untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus melakukan segala hal dengan sukacita serta membawa diri ke dalam kolam jernih yang penuh dengan Dharma. Selain membersihkan kotoran batin, Dharma juga membimbing kita untuk menaati sila dan berbuat baik. Selain itu, kita juga bisa menginspirasi orang lain untuk berbuat baik. Dengan demikian, dunia akan penuh dengan orang baik. Kita harus menjadi Bodhisatwa dunia yang selalu berbuat kebajikan untuk membantu orang lain.

Lihatlah, lihat bagaimana seorang penjual kue di jalanan bisa menginspirasi banyak orang. Bahkan semangkuk mi juga mengandung Dharma serta mengembangkan kebijaksanaan para pelanggannya. Tepi jalan juga merupakan ladang pelatihan yang bisa digunakan untuk menciptakan kebaikan. Saat Bodhisatwa dunia bertekad, di mana-mana merupakan ladang pelatihan. Karena itu, untuk berbuat kebajikan, kita tak boleh mengajak orang berada saja, namun mengajak orang yang rela bersumbangsih. Jika seseorang itu sangat berada dan rela bersumbangsih, maka dia adalah orang yang berada yang kaya spiritual. Kita harus mendoakan mereka. Singkat kata, semoga dunia ini penuh dengan Bodhisatwa dunia dan di mana-mana adalah ladang pelatihan diri. Semoga kita semua bisa menggalang  lebih banyak Bodhisatwa dunia. Jika semua makhluk bisa menciptakan kebaikan, maka Tanah Suci di dunia akan tercipta. Jika semua makhluk berbuat kejahatan, maka akan tercipta neraka bagi dunia. Karena itu, surga ataupun neraka tergantung kepada karma yang diciptakan manusia. Karlena Amelia.

 

 

 
 

Artikel Terkait

Kunjungan Relawan Tzu Chi Bandung dan Relawan TIMA Bandung Ke Tzu Chi Hospital PIK

Kunjungan Relawan Tzu Chi Bandung dan Relawan TIMA Bandung Ke Tzu Chi Hospital PIK

19 November 2021

Untuk pertama kalinya, para relawan Tzu Chi Bandung serta relawan TIMA (tim medis Tzu Chi) Bandung mengunjungi Tzu Chi Hopital PIK, Sabtu 13 November 2021.

Survei Rumah, Survei Hati

Survei Rumah, Survei Hati

30 Maret 2010
Minggu,  21 Maret 2010,  halaman kantor Kelurahan Pademangan Barat didominasi oleh warna biru, abu-abu dan putih. Maklum pagi itu telah berkumpul sebanyak 63 orang relawan dari berbagai komunitas yang ada di bawah naungan He Qi Utara. Mereka semua akan mengikuti kegiatan survei untuk bedah rumah di wilayah Pademangan.
Pemberkahan Akhir Tahun di Manokwari, Papua Barat

Pemberkahan Akhir Tahun di Manokwari, Papua Barat

01 Februari 2024

Mengawali kegiatan di tahun 2024, insan Tzu Chi Manokwari melaksanakan Pemberkahan Akhir Tahun 2023. Setelah mulai terbentuk kepengurusan di bulan April 2023, para relawan pun telah memulai kegiatan di Misi Amal, Misi Kesehatan, dan Misi Pelestarian Lingkungan.

Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -