Suara Kasih: Menyadari dan Menghargai Berkah

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Menyadari dan Menghargai Berkah Setelah Melihat Penderitaan

Siswa Tzu Chi mengadakan kunjungan ke luar negeri
Menyadari dan menghargai berkah setelah melihat penderitaan
Membangkitkan sikap penuh pengertian meski jadwal pementasan opera telah diundur
Giat dan bersemangat menapaki Jalan Bodhisatwa yang lurus dan lapang

Pada liburan musim panas tahun ini, para siswa dari Universitas Tzu Chi, Institut Teknologi Tzu Chi, serta Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Tzu Chi mengadakan kegiatan di Taiwan maupun di luar negeri. Orang-orang di sembilan Negara bisa melihat jejak pendidikan Tzu Chi. Kemarin saya mendengar laporan dari staf pendidikan bahwa siswa-siswi yang mengikuti kegiatan di luar negeri kali ini telah melihat dan mempelajari banyak hal, sedangkan para siswa sendiri juga mendapat pujian dari banyak orang. Mengapa demikian? Ini karena anak-anak sangat memiliki sopan santun baik dalam berbicara maupun bertindak. Mereka sangat memiliki tata krama dan etiket.

Di tengah keceriaan, mereka tidak lupa untuk menjaga kesopanan dan tata tertib. Mereka sungguh telah melakukannya dengan baik di luar negeri. Contohnya, saat berkunjung ke sebuah panti jompo di Malaysia, para siswa sangat memerhatikan dan menghibur lansia di sana. Warga setempat yang melihatnya juga melontarkan pujian bahwa anak-anak dari Taiwan sangat luar biasa dan patuh serta bisa sedemikian menyayangi lansia. Mereka juga berkunjung ke panti kusta. Di sana, mereka melihat banyak orang yang menderita penyakit dan memiliki keterbatasan fisik. Akan tetapi, para siswa Tzu Chi tetap memperlakukan mereka dengan tulus dan penuh cinta kasih. Para siswa Tzu Chi sungguh telah membuat sekelompok besar lansia dan para pasien penderita kusta tersentuh.

Kita dapat melihat di Myanmar, ada seorang anak berusia 9 tahun yang mencari uang dengan memikul air. Entah sudah berapa lama dia melakukan pekerjaan ini. Setiap kali memikul air, dia memperoleh 10 sen Kyat. Inilah cara dia mencari uang. Dia tidak dapat bersekolah karena keluarganya hidup kekurangan. Saat mengetahui kondisi anak itu, insan Tzu Chi merasa tidak tega dan mulai membantu biaya pendidikan anak itu. Meski kini anak itu sudah bersekolah, tetapi dia masih harus memikul air untuk membantu kehidupan keluarganya. Saya juga mendengar para siswa yang pergi ke Myanmar menelusuri kisah keluarga yang pertama kali menyisihkan segenggam beras. Beruntung, saya selalu berbicara yang sejujurnya.

Para siswa Tzu Chi juga mengunjungi keluarga itu. Saat berada Myanmar, mereka juga melihat banyak kolam bunga teratai dan merasa itu sangat romantis. Kemudian, mereka baru mengetahui bahwa kolam-kolam itu digunakan untuk menampung air hujan. Saat tidak turun hujan, warga setempat menggunakan air itu untuk bertahan hidup.

Bodhisatwa sekalian, setelah melihat banyaknya orang di luar negeri yang hidup penuh kesulitan, kita harus menyadari berkah kita. Hari ini adalah tanggal 15 bulan 7 Imlek, juga merupakan hari sukacita bagi Buddha karena masa varsa selama 3 bulan telah berakhir pada hari ini. Saat Buddha membabarkan Dharma, para murid-Nya mendengarkan dengan cermat dan merenungkannya dengan sepenuh hati, serta membangkitkan kesadaran dan membangun ikrar luhur. Selama tiga bulan itu, semua murid Buddha sangat giat melatih diri sehingga mereka menyadari banyak kebenaran. Setiap orang dari mereka terinspirasi untuk membangun ikrar. Karena itu, pada tanggal 15 bulan 7 Imlek setiap tahunnya, merupakan hari sukacita bagi Buddha. Buddha merasakan sukacita.

Tahun ini, kita mengadakan beberapa kegiatan di Balai Peringatan Chiang Kai-shek. Kemarin malam, yaitu tanggal 30 Agustus 2012, rombongan opera Tang Mei Yun dijadwalkan akan mementaskan kisah Putri Brahmana yang diambil dari Sutra Ksitigarbha. Akan tetapi, kemarin malam, Taipei diguyur hujan lebat sehingga acaranya tak dapat dilangsungkan. Ini karena Balai Peringatan Chiang Kai-shek memiliki sebuah peraturan, yaitu mulai pukul 10 malam, tidak boleh ada aktivitas di sana. Selain itu, alat pencahayaan dan peralatan audio Da Ai TV harus dinyalakan 2 jam sebelum digunakan. Berhubung turun hujan, proses itu tidak bisa kita jalankan. Demi acara pementasan ini, rombongan opera Tang Mei Yun sudah berlatih dengan sungguh-sungguh. Untuk mementaskan adegan Putri Brahmana menolong ibunya di alam neraka, para pemeran harus berguling di atas panggung. Berhubung lokasi pementasan sudah basah akibat hujan, adegan tersebut sulit untuk dipentaskan.

Sekitar pukul 6 sore, Guru Tang menelepon saya. Saya berkata padanya, “Saya meminta maaf. Saya tahu kalian semua telah siap mengenakan kostum.” Dia menjawab, “Tidak apa-apa. Pementasan ini adalah pembabaran Dharma, jadi para Makhluk Pelindung Dharma datang terlebih dahulu  untuk membersihkan lokasi acara. Semoga pementasan kita bisa dilangsungkan besok malam sesuai jadwal.” Saya berkata, “Anda sungguh pengertian. Kini saya merasa lebih tenang.” Benar, kita harus bersyukur dan memiliki sikap penuh pengertian. Mereka semua begitu tulus untuk berbagi dengan orang mengenai pentingnya berbakti. Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban mutlak setiap orang. Kita sering berkata, “Berbakti adalah pangkal dari semua kebajikan.” Untuk memiliki akar kebajikan ini, kita harus memahami etika, berbakti dan menghormati orang tua. Ini merupakan kewajiban setiap orang.

Yang berikutnya adalah moralitas. Setiap orang harus berjalan menuju Jalan Kebenaran yang lurus dan lapang. Inilah jalan yang menuntun kita ke Jalan Bodhisatwa untuk membebaskan penderitaan makhluk lain. Setelah melihat penderitaan, kita harus menyadari berkah dan mengerti untuk menciptakan berkah. Kita harus menghargai berkah dan menciptakan berkah. Ini bukanlah slogan, melainkan hal yang bisa dilakukan oleh setiap orang. Dengan hati yang tulus, semoga kita bisa menyebarkan pengetahuan benar, pandangan benar, perbuatan benar, dan pikiran benar dari ajaran Buddha kepada masyarakat agar tidak lagi terjerumus dalam takhayul. Semoga malam ini, lewat pementasan kisah Putri Brahmana, kita bisa berbagi semangat berbakti dengan banyak orang. Semoga ajaran benar ini bisa tersebar ke seluruh masyarakat guna meningkatkan rasa bakti setiap orang. Inilah harapan kita. Kita juga harus berdoa dengan tulus.

Kini jadwal pementasan opera telah disusun hingga tanggal 3 September 2012. Ada pula kisah Maudgalyayana yang dipentaskan oleh Xu Ya-fen dan pemutaran film animasi Mahabhiksu Jian Zhen. Pada saat penutupan, insan Tzu Chi akan mengadakan pementasan isyarat tangan dengan lagu berjudul “Jalankan Ikrar” dan “Mewujudkan Mimpi”. Insan Tzu Chi telah berlatih dengan tulus selama beberapa hari ini. Semoga setiap acara kita pada setiap malam bisa berlangsung dengan lancar agar kita bisa membabarkan ajaran baik ini kepada masyarakat. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia)

 
 

Artikel Terkait

Memahami Dalamnya Makna Rasa Syukur dan Kepedulian

Memahami Dalamnya Makna Rasa Syukur dan Kepedulian

01 Agustus 2023

Selama 10 hari, para siswa dan mahasiswa Tzu Chi di Taiwan mengikuti kegiatan kerelawanan Tzu Chi di Indonesia. Sabtu lalu, mereka mengunjungi rumah penerima bantuan bedah rumah di Kamal Muara, melakukan kunjungan kasih, dan ikut membagikan 1.200 paket sembako. 

Pelajaran tentang Sopan Santun

Pelajaran tentang Sopan Santun

12 September 2019

Kedua kalinya, Tzu Chi Medan mengadakan kelas Bimbingan Budi Pekerti di Sekolah Putra Bangsa Berbudi, Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang. Topik kali tentang seseorang yang penuh dengan sopan santun.

"Rasakan Apa yang Dirasakannya"

14 Februari 2012
Pada tanggal 10 Februari 2012 sebanyak 15 orang mahasiswa/i dan satu orang guru pendamping dari Universitas Tzu Chi bidang social work datang ke Indonesia untuk melakukan kunjungan kasih ke rumah penerima bantuan Tzu Chi di Jakarta.
Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -