Suara Kasih: Menyadari ketidakkekalan
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News Judul Asli:
Menyadari Ketidakkekalan dan Giat Melatih Diri Tunas baru Bodhisatwa telah mulai berkembang | |||
Beberapa hari lalu, sekelompok Bodhisatwa Cilik berjumlah lebih dari 500 orang yang merupakan murid dari SD dan TK Tzu Chi kembali ke Griya Jing Si guna membawakan pementasan adaptasi Sutra bagi saya. Mereka mementaskannya sebaik orang dewasa. Mereka memperagakan isyarat tangan penuh dengan kekuatan dan melantunkan lirik lagu dengan sangat jelas. Inilah murid sekolah dasar yang mampu membawakan pementasan dengan rapi. Yang lebih menggemaskan lagi adalah para murid TK. Meski setiap orang memang masih kecil, mereka juga membentuk formasi kapal Dharma dengan rapi di atas panggung. Contohnya, seorang murid kelas tiga SD. Setelah mengikuti persamuhan Dharma, dia pun kembali ke rumahnya sekitar pukul 11 malam. Dia sangat bersikeras untuk menelefon kakek dan neneknya. Sang Ibu pun berkata, “Ini sudah larut malam, jangan menelepon Kakek dan Nenek.” Dia berkata, “Tak bisa. Saya harus segera menelepon Kakek dan Nenek untuk minta mereka berhenti makan daging.” Sang ibu pun berkata, “Ini sudah malam, besok saja baru telepon.” Dia berkata, “Tak bisa, Kakek dan Nenek masih makan daging. Apakah Ibu tahu, kalau terus makan daging, kelak akan terjerumus ke alam binatang? Karena itu, saya harus segera menelepon Kakek dan Nenek agar mereka tidak makan daging lagi.” Lihatlah, dia sungguh menggemaskan. Dia segera melakukan apa yang ingin dilakukannya. Saat itu saya melihat beberapa murid sangat memahami makna yang tersirat di dalam Sutra. ”Setelah mengikuti pementasan Syair Pertobatan Air Samadhi, manfaat terbesar yang saya peroleh adalah mulai bervegetarian. Dari pementasan adaptasi Sutra, saya memahami bahwa jika kita makan daging, maka akan ada makhluk hidup yang harus dikorbankan. Jika demikian, mereka akan sangat kasihan. Dengan bervegetarian, saya tak akan melukai mereka lagi. Peri kecil selalu bertutur kata tidak benar untuk melukai orang lain. Janganlah kita seperti peri kecil yang bertutur kata tidak benar. Kita harus bertutur kata baik,” ucap seorang murid. | |||
| |||
Selain itu, ada seorang murid lagi berkata, “Sejak mulai menyelami Dharma, setiap kali menyanyikan lirik yang berbunyi ‘bertabiat kasar dan sering melukai hati orang’, saya merasa sangat bertobat. Dahulu, saat duduk di kelas lima, saya pernah menjadi ketua ketertiban di kelas. Akan tetapi, pada saat itu, saya mengatur kelas dengan sangat galak sehingga sebagian teman mungkin terganggu. Setelah mengikuti persamuhan Dharma kali ini, dan membina masa depan. saya pun belajar untuk mengubah masa lalu Di sini, saya ingin meminta maaf kepada teman-teman karena dahulu pernah bersikap galak. Saya minta maaf. Tolong maafkan saya.” Usai mengikuti persamuhan Dharma, dia berani mengakui kesalahannya dan bertobat. Bukankah ini sungguh membuat kita merasa setiap orang memiliki hakikat Kebuddhaan sejak lahir? Janganlah kita meremehkan anak kecil. Kita harus benar-benar bersungguh hati, berintrospeksi diri, dan senantiasa bertobat. Siapa yang tak pernah berbuat salah? Baik lewat pikiran maupun tutur kata, setiap orang pernah berbuat kesalahan. Singkat kata, Bodhisatwa sekalian, setiap orang memiliki hakikat yang penuh kesadaran. Sekelompok anak kecil ini memiliki hakikat kebuddhaan yang murni. Kita sungguh harus meneladani mereka. Saya sungguh senang melihat mereka. Meskipun setiap orang pernah melewati masa kecil, kini setiap orang adalah Bodhisatwa. Kita harus sungguh-sungguh berusaha semaksimal mungkin demi dunia ini. berusaha semaksimal mungkin demi dunia ini. Bagaimana caranya? Kita harus memanfaatkan waktu untuk melindungi bumi dan menyelamatkan batin manusia. Jika batin manusia tak segera diselamatkan, mereka akan terus terjerumus dalam kekotoran batin. Ini akan sangat menakutkan. Waktu akan terus bergulir detik demi detik. | |||
| |||
Sesungguhnya, tak hanya kehidupan manusia yang singkat. Kehidupan hewan jauh lebih singkat. Dahulu kita pernah memelihara anjing bernama Dabao dan kucing bernama Shanlai. Saat Shanlai sakit, ia diantar ke dokter hewan untuk menjalani pengobatan. Ia didiagnosis menderita penyakit kanker. Berapakah umurnya? Kita memeliharanya selama 20 tahun. Dua puluh tahun kita itu sama dengan hampir 100 tahun bagi binatang. Meskipun tinggal di bumi yang sama, kita disebut manusia dan mereka disebut hewan. Meskipun sama-sama memiliki kehidupan, setiap makhluk memiliki jangka hidup yang berbeda-beda. Inilah yang tak disadari oleh manusia awam. Jadi, hanya manusialah yang dapat membina diri dan mencapai Kebuddhaan. karena hanya makhluk di alam manusialah yang dapat mempelajari ajaran Buddha dan memahami hakikat kesadaran Buddha. Buddha berkata bahwa Kebuddhaan tak dapat dicapai di alam surga karena di alam surga terlalu banyak kesenangan dan memiliki umur yang panjang. Makhluk di alam surga tak dapat mendengarkan ajaran Buddha. Meskipun bisa mendengarkan Dharma, mereka terus terbuai dalam kesenangan dan menikmati umur panjang sehingga tak dapat menyadari ketidakkekalan. Karena itu, hanya manusialah yang dapat memahami ketidakkekalan yang diajarkan oleh Buddha. Dengan memahami ketidakkekalan, barulah kita bisa tersadarkan. Karena itu, kita sungguh harus memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Meskipun kehidupan manusia tidak kekal, kita harus memanfaatkannya sebaik mungkin. Begitu kesadaran hakiki kita terbangkitkan, kita akan dapat memahami segala sesuatu di alam semesta ini. Diterjemahkan oleh: Li Sian
| |||
Artikel Terkait
Peran Tzu Chi dalam Pelestarian lingkungan di Perkotaan
13 Januari 2017Dalam seminar dan lokakarya yang digelar Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) di Banjarmasin, 11-14 Januari 2017, Tzu Chi Indonesia berbagi pengalaman tentang perannya dalam pelestarian lingkungan di perkotaan. Sebagaimana faktanya, Jabodetabek merupakan salah satu penyumbang sampah terbesar di Indonesia.