Suara Kasih: Menyadarkan Masyarakat

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Tulus Mengantisipasi Badai dan Menyadarkan Masyarakat

Mengantisipasi badai dengan tulus dengan harapan tidak ada korban
Mengasihi diri sendiri dan memberi  manfaat bagi orang lain dengan hati tenang
Relawan Afrika Selatan menghadapi perubahan kondisi dengan hati tenang
Menyebarkan Dharma dengan cara yang terampil demi menyadarkan masyarakat

Badai Tropis Trami yang melanda Taiwan beberapa waktu lalu membuat semua orang khawatir akan turunnya hujan deras. Mereka telah mempersiapkan diri. Namun, ternyata semua dapat dilalui dengan selamat dan hujan tidak turun sederas Akan tetapi, ketika melihat prakiraan cuaca, saya berharap dalam hati bahwa jangan sampai orang tidak memercayainya. Prakiraan cuaca Badan Meteorologi kini sangat akurat. Kita hendaknya memercayai prediksi ilmiah itu. Namun, kita juga harus percaya bahwa kita harus mawas diri dan tulus serta selalu sedia payung sebelum hujan. Dengan begitu, semua orang dapat selamat.

Di permukaan laut, kembali terbentuk Badai Tropis Kong Rey. Kita semua harus lebih berhati-hati. Semua orang hendaknya mawas diri dan tulus. Kita harus memperhatikan keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitar, termasuk saluran air. Setiap ada peringatan datangnya topan, insan Tzu Chi hendaknya memperhatikan arah pergerakan topan itu. Kita juga harus mulai melakukan persiapan pencegahan bencana. Inilah yang harus diperhatikan oleh para insan Tzu Chi. Namun, sikap mengabaikan peringatan juga merupakan hal yang sangat menghawatirkan. Jika kita tidak dapat menjaga diri dengan baik dan malah pergi ke tempat yang berbahaya, maka akan mendatangkan penderitaan.

Lihatlah, ada beberapa murid yang pada awalnya baik-baik saja dan akan melanjutkan pendidikan ke sekolah kejuruan. Akan tetapi, sebelum mereka masuk sekolah, terjadi hal yang tidak diinginkan. Hal ini sungguh sangat disayangkan. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita dapat menenangkan hati, menyayangi diri sendiri, dan tidak pergi ke tempat-tempat berbahaya. Dengan demikian, semua orang dapat hidup dengan aman dan damai.

Kita juga melihat insan Tzu Chi di Paraguay bersumbangsih dengan cinta kasih. Sekarang di sana sedang menghadapi musim dingin. Beberapa hari ini, mereka melakukan pembagian bantuan untuk memberikan kehangatan di musim dingin. Inilah yang kehidupan menusia yang bermakna. Inilah yang dimaksud Bodhisatwa muncul karena adanya penderitaan. Tayangan itu sungguh sangat indah.

Selain itu, di Swaziland insan Tzu Chi Afrika Selatan juga membagikan bantuan musim dingin. Untuk menyelesaikan prosedur imigrasi dari Afrika Selatan ke Swaziland tidaklah mudah. Sesampainya di Swaziland, mereka harus memindahkan beras bantuan. Di tengah perjalanan, ban mobil mereka kempis. Jadi, mereka menghadapi berbagai kesulitan dalam melakukan pembagian bantuan ini. Sebelumnya, para relawan menyediakan bantuan untuk 380 kepala keluarga. Akan tetapi, kepala desa memaksa kita untuk membagikan bantuan kepada 1.000 kepala keluarga. Insan Tzu Chi pun mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini dengan cepat dan damai.

Mereka sungguh sangat membuat orang kagum. Mereka mampu menjaga ketenangan batin sehingga tidak terpengaruh oleh berbagai kondisi yang terjadi. Mereka mempertahankan kualitas penyaluran bantuan dan tetap menghormati para penerima bantuan. Dengan demikian, pembagian bantuan dapat berjalan lancar dan semua orang merasa bersyukur. Hal ini sungguh tidak mudah.

Selain itu, memiliki keyakinan benar adalah hal yang penting. Kita baru saja melihat bahwa warga Tionghoa di Malaysia meneruskan tradisi untuk bersembahyang kepada dewa demi keselamatan dan lain sebagainya. Selain membakar uang kertas sembahyang, mereka juga membakar replika berbagai macam barang, baik barang yang ada di dunia maupun barang yang tidak ada di dunia, yang semuanya terbuat dari kertas.

“Sebenarnya, saya sadar bahwa orang zaman sekarang berbeda dengan zaman dahulu. Mereka lebih banyak membakar barang-barang aneh yang terbuat dari kertas dan dibuat sebesar-besarnya. Berbeda dengan orang zaman dahulu.  Dahulu, orang-orang hidup kekurangan dan tak mampu menyediakan banyak persembahan. Namun, kini mereka sengaja menyediakan banyak barang persembahan hanya agar terlihat lebih indah,” ucap pemilik toko barang-barang kertas.

Setiap tahun orang-orang membakar begitu banyak kertas. Orang zaman sekarang sudah punya banyak uang. Jadi, mereka membakar lebih banyak kertas sembahyang. Bahkan dupa yang mereka bakar juga besar. Mereka percaya semakin panjang dan besar dupa, maka akan semakin bagus karena lebih dekat dengan langit.

“Ini merupakan sisa-sisa dari kegiatan yang kami lakukan waktu itu. Ini seharusnya adalah sisa tangkai dupa yang sangat besar. Panjang dupa ini sekitar 3 meter sebelum ia dibakar. Setiap ada perayaan, daerah ini dipenuhi oleh dupa yang menciptakan polusi udara di mana-mana. Lalu, sisa dupa itu menjadi arang seperti ini. Jadi, kita dapat membayangkan betapa besarnya api pada  saat itu. Kita telah melakukan perbuatan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Jika kita renungkan kembali, selama prosesi tersebut, semua orang saling bersaing dalam membakar kertas sembahyang dan dupa.

Akhirnya, mereka sampai menancapkan bendera di atas tumpukan kertas sembahyang mereka agar sulit untuk disaingi oleh orang lain. Sebenarnya, untuk apa bersaing seperti itu? Jika kita terus membanding-bandingkan, maka selamanya tidak akan selesai. Jadi, hanya kepercayaan benar, pengertian benar, ajaran yang benar, dan pikiran yang benar yang dapat membantu kita mendamaikan batin dan pikiran kita,” tutur relawan Tzu Chi di Malaysia.

Kini, setiap tahun insan Tzu Chi di Malaysia dengan perlahan-lahan sudah mulai mensosialisasikan hal ini. Sebenarnya, di beberapa tempat, warga sudah dapat merasakan bahwa pembakaran kertas sembahyang menimbulkan polusi. Baik kepala daerah maupun kepala desa, merespon dengan baik gerakan Tzu Chi ini. Dupa yang kita bakar terlalu banyak. Hal ini tidak hanya menghamburkan uang, tetapi juga mencemari lingkungan. Akan lebih baik jika uang tersebut digunakan untuk hal-hal yang lebih bermakna. Pada awalnya, ada orang yang merasa tidak tenang jika tidak membakar kertas sembahyang. Meskipun mereka tahu bahwa perkataan insan Tzu Chi benar, tetapi mereka tidak berani langsung menghilangkan kebiasaan ini. Jadi, setiap tahun mereka mengurangi jumlah kertas sembahyang yang dibakar dan menemukan bahwa mereka tetap selamat walau mengurangi jumlah kertas sembahyang.

Insan Tzu Chi terus mensosialisasikan ajaran yang benar ini. Mereka terus memutar roda Dharma. demi menghapus takhayul. Akhirnya, tidak sedikit orang yang mulai tidak lagi membakar kertas sembahyang. Setelah tidak membakar kertas sembahyang, mereka masih dapat hidup damai setiap hari,  bahkan setiap tahun. Mereka pun dapat dengan tenang membagikan pengalaman mereka kepada orang lain. Jadi, mereka berkeliling ke jalan-jalan untuk mengubah kepercayaan masyarakat terhadap takhayul.

Kita juga melihat anak-anak mementaskan drama “Sutra Bakti Seorang Anak”, mengajak kita untuk melindungi kehidupan, dan lain sebagainya. “Ini semua adalah Dharma yang bermula dari Taiwan dan terus disebarkan hingga dapat menyucikan tanah Malaysia. Jadi, kita hendaknya menyerap Dharma ke dalam hati. Ajaran yang benar harus dipertahankan di dalam hati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kita. Jadi, ada banyak orang yang berbagi cerita tentang pengalaman mereka yang menyentuh.

Intinya, Tzu Chi sungguh merupakan sebuah Sutra. Namun, Sutra memerlukan orang untuk menyebarkannya. Ini dinamakan memutar roda Dharma. Baiklah, Bodhisatwa sekalian, saya mendoakan kalian, juga berharap kalian semua  selalu meningkatkan kewaspadaan. Kita harus menghadapi segala masalah dengan keyakinan benar.  Selain itu, kita juga harus mawas diri dan tulus ketika berhadapan dengan orang dan masalah. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 

Artikel Terkait

Peresmian Gereja Menambah Sukacita Menjelang Natal

Peresmian Gereja Menambah Sukacita Menjelang Natal

22 Desember 2020

Tanggal 19 Desember 2020 menjadi hari yang tak terlupakan bagi warga Desa Dofyo Wafor, terutama bagi jemaat Efata. Hari itu, sekitar dua pekan menjelang Hari Raya Natal, mereka meresmikan Gereja Bethel (Gereja Pentakosta) di Tanah Papua yang nantinya bisa mereka gunakan untuk beribadah Natal dan bisa menampung lebih banyak jemaat.

Kesungguhan Hati Mendalami Tzu Chi

Kesungguhan Hati Mendalami Tzu Chi

27 November 2018

Sebanyak 131 relawan dari Komunitas He Qi Pusat datang dari beberapa Huai, yaitu Cikarang, Bekasi, PGC, Bogor dan Jakarta mengikuti Training Abu Putih, Minggu, 25 November 2018.

Setetes Niat Baik, Kebahagiaan Untuk Semua

Setetes Niat Baik, Kebahagiaan Untuk Semua

01 Mei 2013 Baksos donor darah kali ini adalah yang pertama di He Qi Pusat dan diadakan pada tanggal 13 April 2013 di gedung ITC Mangga Dua lantai 6. Mulai dari jam 8 pagi relawan Tzu Chi sudah mulai bersiap-siap menyambut para calon pendonor.
Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -