Suara Kasih: Menyaksikan Cinta Kasih Warga Taiwan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

Judul Asli:

Menyaksikan Cinta Kasih Warga Taiwan

Seorang kakak ipar memerhatikan adik iparnya bagai ibu sendiri
Mengembangkan potensi dan keterampilan untuk bersumbangsih
Himpunan koin menciptakan cinta kasih yang besar
Bersama-sama membangun ladang pelatihan batin

Sudah lama saya tidak ke sini. Di sini, saya bisa merasakan udara sejuk di tengah hutan yang banyak pohon. Sungguh indah. Saya sering berkata bahwa kalian yang berada di Miaoli sungguh penuh berkah. Di tengah kota yang ramai ini, kalian memiliki sebidang lahan yang hijau ini. Kalian harus sering-sering datang, ya. Melihat Bodhisatwa daur ulang di sini, saya juga merasa sangat tersentuh. ”Tahun lalu, kamu duduk di sini,Terima kasih,” ucap Master, “Saya ingin menggenggam tangan Anda.” ”Mana adik iparmu?” Master bertanya, “Dia di sana.” Jawab relawan itu.  Master masih mengingatnya. Dia adalah seorang kakak ipar yang baik. Adik iparnya menderita keterbelakangan mental. Dia sendiri hampir berusia 80 tahun, tetapi masih harus menjaga adik iparnya. Meski suaminya sudah meninggal dunia, dia masih tetap memikul tanggung jawab atas keluarganya dan terus menjaga adik iparnya. Dia sungguh adalah seorang Bodhisatwa yang penuh ketulusan dan cinta kasih. Dia sudah melakukan daur ulang selama hampir 10 tahun. Selama 9 tahun lebih ini, setiap hari dia datang untuk melakukan daur ulang. Adik iparnya juga ikut datang bersamanya. Kehidupan seperti ini sungguh mengagumkan. Ada pula seorang relawan lansia dari Indonesia yang sudah berusia 75 tahun. Dia berkata bahwa dia sangat berterima kasih kepada Tzu Chi karena telah memberikan kesempatan padanya untuk mengerahkan kemampuan. Dia terus mengungkapkan rasa terima kasihnya. Dua tahun yang lalu, saat saya datang, dia sudah berada di sana. Jadi, semua yang saya lihat hari ini masih sama dengan dua tahun yang lalu. Posisi dan kegiatan setiap orang masih sama seperti dahulu. Kita selalu berkata bahwa waktu berlalu dengan sangat cepat. Setelah 700 hari lebih, mereka masih berada di posisi masing-masing untuk melakukan daur ulang. Lihatlah mereka begitu mendedikasikan waktu dan seluruh hidup mereka. Mereka semua terlihat begitu tulus dan polos.

Tadi, selama perjalanan dari Guandu menuju Xinzhu, saya terus mengadakan konferensi video dengan insan Tzu Chi Amerika Serikat guna memahami kegiatan penyaluran bantuan mereka selama beberapa hari ini. Seorang anggota Tzu Ching berbagi bahwa dia memanfaatkan hari libur untuk membantu penyaluran bantuan di New York. Dia juga berbagi dengan para penerima bantuan mengenai awal mula berdirinya Tzu Chi, bagaimana koin-koin yang kecil bisa menghimpun pahala yang besar. Dia berbagi tentang semangat celengan bambu. Mendengar itu, seorang gadis kecil berkata bahwa dahulu dia selalu memandang remeh uang koin, karenanya dia menyimpannya di dalam kantong sampah di ruang bawah tanah.

Saat mendengarnya, anggota Tzu Ching kita segera meminta gadis itu untuk mencarinya. Meski ruang bawah tanah tergenang air, tetapi setelah dibersihkan, dia bisa mencarinya. Gadis itu sudah menyimpan koin di sana selama belasan tahun. Anggota Tzu Ching itu juga memberi dua buah celengan bambu kepada gadis itu. Tidak lama kemudian, gadis itu datang mengembalikan dua celengan bambu yang sudah terisi penuh.

Biasanya, orang-orang selalu memandang remeh uang koin. Kini celengan bambu sudah menjadi sebuah tren bagi warga Amerika Serikat. Setiap korban bencana yang menerima bantuan selalu berinisiatif meminta celengan bambu dari kita. Mereka berharap bisa memiliki celengan bambu. Himpunan koin-koin itu bisa kita gunakan untuk membantu orang yang membutuhkan. Kali ini, kita telah menginspirasi warga AS untuk mengerahkan kemampuan. Hari ini, saya juga mendengar tidak sedikit korban bencana yang mulai membalas budi Tzu Chi dengan menjadi relawan. Selain itu, pada saat penyaluran bantuan, Palang Merah setempat juga datang untuk menyiapkan makanan hangat. Setiap orang saling bekerja sama demi membantu korban bencana kali ini. Hingga kini, insan Tzu Chi dari 33 negara telah mulai mendengar imbauan saya. Setiap orang bergerak untuk menggalang hati dan dana. Bahkan insan Tzu Chi dari negara miskin seperti Haiti, Myanmar, dan Afrika Selatan juga bergerak untuk menggalang dana. Dengan adanya sebersit niat baik ini, mereka telah memperkaya batin dan menginspirasi orang banyak. Setelah benih kebajikan itu tertanam di dalam hati mereka, kini ia berbuah banyak. Kita berharap mereka bisa kaya secara batin meski kekurangan secara materi. Inilah harapan kita.

Tadi, saya mendengar bahwa insan Tzu Chi di Xinzhu juga menggalang dana bagi korban Badai Sandy di Amerika Serikat. Dengan niat baik dan cinta kasih ini, para warga Taiwan bergerak membantu orang-orang di seluruh dunia. Inilah cinta kasih warga Taiwan. Karena itulah, insan Tzu Chi Amerika Serikat bisa berkonsentrasi menyalurkan bantuan. Kini, pemerintah Amerika Serikat juga telah mengetahui bahwa Tzu Chi adalah sebuah organisasi yang berasal dari Taiwan. Karenanya, mereka sangat menghormati setiap insan Tzu Chi. Ini semua berkat kontribusi setiap orang sehingga cinta kasih warga Taiwan bisa terlihat oleh seluruh dunia.

Orang yang aman dan selamat hendaknya membantu yang terkena bencana. Melalui tindakan penuh cinta kasih ini, Tzu Chi bisa terlihat oleh banyak orang. Kita tidak perlu sengaja berusaha untuk menarik perhatian orang lain. Kita tidak perlu seperti itu. Lewat sumbangsih penuh cinta kasih dan ketulusan, orang lain akan bisa melihat kita. Kita juga harus bersyukur karena memiliki kesempatan untuk berkontribusi. Tzu Chi selalu menyalurkan bantuan kepada orang yang sangat membutuhkannya. Sebelum pemerintah menyalurkan bantuan, Tzu Chi sudah bergerak untuk membantu. Contohnya, para polisi dan regu penyelamat yang juga terkena dampak dari Badai Sandy. “Saat bertugas, saya akan berusaha 100 persen untuk bekerja dan membantu orang yang membutuhkan, namun di dalam hati saya, saya sangat mengkhawatirkan keluarga saya, terutama saat saya tidak bisa menghubungi mereka selama beberapa hari. Saya tidak bisa menghubungi mereka. Saya tidak tahu di mana mereka berada. Itu cukup berat bagi saya. Hingga akhirnya, saya bisa kembali untuk menolong mereka. Seperti yang kalian lakukan, Begitulah pekerjaan kami, yaitu berkontribusi bagi masyarakat.”ucap salah seorang polisi wanita. “Kami bertugas selama beberapa hari berturut-turut, terkadang lebih dari 12 jam sehari. Setelah sif kami selesai, kami masih harus kembali ke rumah dan menghadapi bencana yang melanda rumah kami sendiri. Inilah tugas sebagai polisi. Jadi, kami memahami konsekuensi dari pekerjaan kami. Saat bekerja, kami melaksanakan tugas sebaik mungkin. Setelah pulang rumah, kami baru bisa memerhatikan keluarga kami.” terang polisi lainnya.

Mereka bekerja keras saat melaksanakan tugas, tetapi mereka kesulitan untuk menjaga keluarga mereka sendiri. Karenanya, kita harus membantu mereka. Untuk itu, kita harus menghimpun cinta kasih. Dengan mencurahkan cinta kasih yang tulus, berarti kita telah mengantar kehangatan  bagi para korban bencana di Amerika Serikat. Di sana masih banyak orang yang membutuhkan bantuan. Himpunan tetes demi tetes cinta kasih dari kita semua bisa memberi manfaat yang besar bagi mereka. Saya sangat bersyukur kepada kalian semua bisa datang kemari hari ini. Bodhisatwa sekalian, sebentar lagi kita akan memiliki rumah baru. Saya sungguh berterima kasih atas bantuan wali kota dan para stafnya sehingga proyek pembangunan kita bisa berjalan dengan lancar. Saya juga sangat berterima kasih kepada para Bodhisatwa sekalian, baik Bodhisatwa lansia maupun Bodhisatwa muda. Tak peduli pekerjaan apa pun, kalian semua bekerja sama untuk menanganinya. Kalian semua turut membantu sesuai dengan kemampuan masing-masing. Ini berarti kalian tengah membangun ladang pelatihan sendiri. Inilah ladang pelatihan batin bagi kita semua. Semoga rumah baru kita ini bisa membawa semangat budaya humanis dan keharmonisan bagi warga Xinzhu. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 

Artikel Terkait

Donor Darah Tzu Chi di Pancoran Chinatown Point

Donor Darah Tzu Chi di Pancoran Chinatown Point

23 Desember 2024

Meskipun pagi hari diwarnai cuaca kurang bersahabat, semangat para insan Tzu Chi di He Qi Pusat tetap menyala demi menyukseskan donor darah di Pancoran Chinatown Point Mall, Sabtu 8 Desember 2024. 

Tak Kenal Maka Tak Sayang (bagian kedua)

Tak Kenal Maka Tak Sayang (bagian kedua)

19 Maret 2010
Ernella, guru Kimia SMA Negeri 1 Padang menambahkan, ”Ternyata di sini kami dapat melihat. Jujur kami  katakan Buddha Tzu Chi betul-betul sangat memperhatikan semua aspek agama yang ada di seluruh Indonesia.”
Ketulusan dan Cinta Kasih

Ketulusan dan Cinta Kasih

25 Juni 2014 Kamp tersebut berlangsung dari tanggal 8-12 Juni 2014 di Jing Si Tang Banqiao - Taipei, Taiwan. Haryo Shixiong berangkat bersama 87 relawan Tzu Chi Indonesia lainnya, dan saat tiba di Banqiao bergabung dengan relawan dari 20 negara.
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -