Suara Kasih: Menyalurkan Bantuan bagi Sichuan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

Judul Asli:

Menyalurkan bantuan bagi Sichuan serta melindungi kehidupan

Insan Tzu Chi menyalurkan bantuan bagi korban gempa bumi di Sichuan
Senantiasa mawas diri dan tidak lengah
Mengubah kebiasaan buruk dan hidup selaras dengan alam
Melindungi kehidupan, menciptakan berkah, dan menyucikan dunia yang keruh

Mendengar gempa bumi mengguncang Ya'an, Sichuan, saya sangat terkejut. Berhubung ada insan Tzu Chi di sana, mereka terus mengirimkan berita terbaru. Saya sangat berterima kasih kepada Pusat Penanggulangan Bencana setempat yang memberikan surat jalan serta menyediakan mobil kecil bagi kita.

Kemarin pagi, insan Tzu Chi mulai menyiapkan barang bantuan berupa 10.000 paket kebutuhan sehari-hari dan 10.000 helai selimut di Luoshui. Setelah semua barang bantuan selesai dibungkus, mereka mengirimnya ke Chengdu. Mereka bekerja sama dengan insan Tzu Chi Chengdu yang memiliki akses komunikasi dan memahami akses jalan. Ada pula murid yang menghadiri pekan olahraga. Akibat akses jalan terputus, mereka tak bisa pulang ke rumah. Karena itu, mereka harus tinggal di sekolah.

Kemarin, insan Tzu Chi berangkat ke Sekolah Menengah Mingshan untuk menyediakan makanan dan roti serta memberikan penghiburan bagi anak-anak. “Kami sedang belajar, lalu seluruh bangunan terasa berguncang. Semua orang ketakutan. Buku di atas meja semuanya berjatuhan. Semuanya berguncang. Saat itu, saya berpikir mungkin hari itu kami akan terkubur di sana,” ujar salah seorang korban.

 

Kita juga melihat bahwa Pusat Penanggulangan Bencana Tiongkok sangat cepat menangani bencana tersebut. Mereka juga mengerahkan personel militer dan tim medis. Selain itu, Perdana Menteri Tiongkok juga terjun langsung ke lokasi bencana.

Melihat kondisi pascagempa, saya merasa sangat prihatin. Akan tetapi, kita juga dapat melihat banyak tayangan penuh kehangatan. Di depan ruang operasi, ada seorang anak menggendong ayahnya dengan erat untuk menunggu perawatan medis. Di sana tidak ada tempat duduk. Anak itu berdiri sambil menggendong ayahnya. Melihat anak itu begitu melindungi ayahnya, bisa kita ketahui bahwa warga setempat penuh dengan kehangatan. Sikap berbakti yang mulia itu sungguh mengagumkan.

Kita juga melihat para staf medis sudah bergerak untuk memberikan pengobatan. Mereka juga mengimbau warga untuk mendonorkan darah dan warga menanggapinya dengan antusias. Tentu saja, warga setempat juga bersedia bergabung dalam regu penyelamat. Mereka sangat antusias membantu orang lain. Saya merasa tenang melihatnya. Akan tetapi, sangat disayangkan, satu unit truk militer terperosok ke jurang. Marilah kita berdoa dengan hati yang tulus semoga sekelompok orang yang memberikan bantuan dan dipenuhi cinta kasih itu aman dan selamat.

Berhubung lokasi bencana terparah adalah wilayah pegunungan, maka banyak akses jalan yang terputus dan terjadi tanah longsor. Ini sangat mengkhawatirkan karena bisa menghambat proses penyaluran bantuan. Kini, insan Tzu Chi sudah berada di lokasi bencana, yaitu di Mingshan, Ya'an. Mereka mulai menyurvei lokasi bencana demi memahami bantuan apa yang bisa kita berikan.

Inilah ketidakkekalan hidup manusia dan ketidakselarasn unsur alam. Jadi, unsur alam dan pikiran manusia haruslah selaras. Jika pikiran manusia selaras dan penuh dengan cinta kasih, mereka akan bisa menghormati segala sesuatu di dunia ini. Dengan sikap saling mengasihi seperti itu, tentu unsur alam bisa menjadi selaras.

 

Bukan hanya tubuh manusia yang terkena hukum alam, unsur alam pun demikian. Ia juga mengalami fase pembentukan, keberlangsungan, kerusakan, dan kehancuran. Kita harus menyayangi tubuh kita dengan baik. Jika kita menjaga dan menyayanginya, tubuh ini akan menjadi sehat. Selain itu, kita bisa menggunakan tubuh kita untuk melakukan hal yang bermakna bagi dunia dan orang banyak. Gunakanlah kehidupan kita untuk menjadi penyelamat bagi orang lain.

Saat ini, bencana terjadi silih berganti karena manusia tak bisa mengasihi dan menghormati makhluk hidup. Manusia menciptakan banyak karma buruk. Karma membunuh banyak makhluk hidup ini kini berbuah dan balik menyerang manusia. Beberapa tahun ini, terdapat wabah penyakit flu burung, penyakit mulut dan kuku,penyakit sapi gila, dll. Saat wabah penyakit flu burung H7N9 merebak seperti saat ini, unggas pun dibunuh secara besar-besaran.

Demi memuaskan nafsu makan sesaat, manusia membunuh banyak hewan untuk disantap.Intinya, kita sungguh harus bersungguh hati, senantiasa mawas diri, berhati tulus,dan menyelaraskan pikiran dengan baik. Janganlah demi memuaskan nafsu makan sesaat kita melukai hati nurani kita. Mengonsumsi daging hewan sangatlah tidak sehat bagi tubuh. Selain itu, mengonsumsi daging hewan juga bisa mendatangkan penyakit bagi tubuh kita. Karena itu, sebagai orang yang bijaksana,kita harus terus bervegetaris demi menjaga kesehatan.

Dalam masa penuh bencana, kita harus membina welas asih agung. Manusia adalah makhluk tercerdas di dunia. Orang yang bijaksana barulah bisa disebut manusia yang sesungguhnya. Kita sering melihat hewan yang lebih berperasaan dibanding manusia. Lalu bagaimana dengan kita sebagai manusia? Janganlah demi memuaskan nafsu makan sesaat kita melukai hati nurani kita. Dalam masa penuh bencana dan kekacauan, kita semua sungguh harus bertobat. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 

Artikel Terkait

Perhatian Kepada Tenaga Medis Dalam Penanggulangan Melawan Covid-19

Perhatian Kepada Tenaga Medis Dalam Penanggulangan Melawan Covid-19

03 Agustus 2021

Jumat 30 Juli 2021 pukul 09.00 wit bertempat di RSUD Jayapura dan RS Dian Harapan, Relawan Tzu Chi Jayapura bekerja sama dengan Permabudhi Papua menyalurkan bingkisan kepada tenaga medis di 2 rumh sakit tersebut.

Pancaran Kasih Bagi Hati Yang Lapang

Pancaran Kasih Bagi Hati Yang Lapang

08 Agustus 2012 Pada siang hari itu, dimana matahari bersinar terik di atas kepala, diadakan acara serah terima kunci Program Bedah Kampung untuk korban kebakaran di Lautze, Pasar Baru, Jakarta Pusat.  Empat kepala keluarga korban kebakaran menerima penyerahan kunci rumah baru mereka yang telah selesai dibangun, dan salah satu dari mereka adalah Ibu Casriyah.
“Wah, Hujan Beras Nih!”

“Wah, Hujan Beras Nih!”

10 November 2011 Tidak ada yang menyangka bahwa sebagian relawan dengan postur tubuh yang kecil mampu mengangkat 20 kg beras sampai ke pintu gerbang. Ternyata resepnya adalah semangat dan kebahagiaan saat melihat senyum serta ucapan terima kasih para penerima bantuan.
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -