Suara Kasih: Menyebarkan Cinta Kasih dan Menumbuhkan Akar Kebajikan di Dunia

Jurnalis : DAAI News, Fotografer : DAAI News
 

Judul Asli:

Menyebarkan Cinta Kasih dan Menumbuhkan Akar Kebajikan di Dunia

Mengenang awal mula berdirinya Tzu Chi yang dimulai dari nol
Memulai jalinan jodoh baik dengan semangat celengan bambu
Memberikan bantuan tanpa membedakan kewarganegaraan
Menyebarkan cinta kasih dan menumbuhkan akar kebajikan di lembaga pemasyarakatan

 

Seiring dengan berjalannya waktu, segala sesuatu dapat dicapai. Setelah bulan 3 Imlek tahun ini, Tzu Chi akan memasuki tahun ke-49. Empat puluh sembilan tahun yang lalu, Tzu Chi bermula dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak. Saya masih ingat sekitar 48 tahun lalu, Badan Amal "Ke Nan" Tzu Chi dimulai dari 30 ibu rumah tangga yang menyisihkan uang 50 sen ke dalam celengan bambu setiap hari. Hingga kini, kita dapat melihat jejak langkah Tzu Chi dalam memberikan bantuan sudah ada di lebih dari 80 negara. Kebajikan dan cinta kasih dari Taiwan ini telah tersebar ke seluruh penjuru dunia tanpa membedakan kewarganegaraan, agama, ataupun ras.

Kita telah melihat para pengungsi Suriah yang berada di Yordania. Penderitaan mereka sungguh tak terkira. Selama 2 tahun lebih ini, insan Tzu Chi di Yordania terus bolak-balik untuk memperhatikan dan membantu para pengungsi asal Suriah. Benih-benih pertama Tzu Chi di Yordania ini semua berasal dari Taiwan. Contohnya adalah relawan Ji Hui. Di sana, dia merupakan perwakilan insan Tzu Chi Taiwan. Dia juga telah menginspirasi banyak benih Tzu Chi setempat. Jadi, kini tidak sedikit penduduk Yordania yang menjadi relawan Tzu Chi. Meski mereka adalah warga Yordania, tetapi mereka menjelaskan kepada warga lainnya atau para pengungsi bahwa cinta kasih ini berasal dari Taiwan. Contohnya, tahun lalu, saat Dewan Pertanian Taiwan menyumbangkan beras kepada kita, kita pun membagikan beras-beras itu ke beberapa negara, salah satu di antaranya adalah Yordania. Para relawan kita menjelaskan bahwa bantuan selimut ini merupakan hasil daur ulang botol plastik di Taiwan. Beras yang mereka terima juga ditanam oleh para petani Taiwan. Semua bantuan itu berasal dari Taiwan. Pakaian yang mereka terima juga merupakan pakaian bekas yang sudah dirapikan oleh para relawan Taiwan. Berkat cinta kasih dari Taiwan, para pengungsi di Yordania bisa menerima bantuan makanan, pakaian, dan selimut sekaligus memperoleh penghiburan batin.

Di sana, relawan Tzu Chi memberikan penghiburan kepada setiap pengungsi. Selain insan Tzu Chi di Yordania, kita tentunya juga telah melihat Kepala Dinas Kesehatan di Ratchaburi, dr. Chuchaisangrat. Dia merahasiakan identitas dirinya saat menjadi relawan di RS Tzu Chi Hualien selama beberapa hari itu. Dia selalu bersama dengan relawan RS kita. Para relawan Tzu Chi Taiwan juga selalu memberikan pekerjaan untuknya. Melihat interaksi antara dokter dan pasien di RS kita, dia merasa sangat bersyukur.

Setelah menjadi relawan selama 7 hari berakhir, dia meminta izin untuk mendampingi saya bersama dengan insan Tzu Chi Thailand lainnya. Setiap hari, saat saya berbicara dengan orang lain, dia selalu duduk di pojok dan mendengarkan dengan diam-diam. Sekitar dua atau tiga hari kemudian, dia tiba-tiba menerima sebuah panggilan telepon. Setelah menerima telepon, dia berkata kepada saya bahwa dia harus kembali ke Thailand lebih awal. Saat itu, seorang relawan yang mendampingi dan menjadi penerjemah baginya baru memperkenalkan kepada saya bahwa beliau adalah Kepala Dinas Kesehatan di Ratchaburi.

Saya bertanya, “Kepala Dinas Kesehatan? Mengapa Anda tidak mengatakannya?” Dia mengatakan bahwa dia terus berpesan untuk merahasiakan identitasnya agar bisa melihat pelayanan medis kita yang sesungguhnya. Saat itu, di beberapa tempat pengungsian di sekitar perbatasan Thailand terserang wabah kolera, sehingga dia menerima telepon darurat dari Thailand yang memintanya untuk segera pulang guna menangani wabah kolera ini. Setelah identitasnya terbongkar, barulah dia secara resmi berbicara dengan saya mengenai kondisi medis di Thailand. Dia merasa sangat tersentuh. Dari tayangan video, kita melihat foto raja dan ratu Thailand. Sebenarnya, saat dr. Chuchaisangrat berada di Taiwan, saya memberinya angpau berkah dan kebijaksanaan dan menjelaskan bahwa di dalam angpau ini ada butiran padi. Saya mengatakan bahwa setiap butir padi itu adalah hasil kerja keras para staf RS Tzu Chi Dalin. Kepala RS, wakil kepala RS, kepala bagian dari berbagai departemen, dan seluruh staf RS Tzu Chi Dalin bersama-sama turun ke sawah untuk menanam padi dan memanennya sendiri. Setelah memanennya, setiap tahun mereka memilih butiran padi untuk menjalin jodoh baik dengan insan Tzu Chi di seluruh dunia. Dokter Chuchaisangrat merasa ini sangat menarik.

Jadi, dia berkata bahwa setelah kembali ke Thailand, dia juga akan mendorong para dokter dan kepala RS untuk bercocok tanam dan merasakan kerja keras para petani dengan cara seperti ini. Saya pun berkata kepadanya bahwa sebenarnya kepala RS harus memimpin seluruh staf RS untuk bersama-sama melakukan kegiatan ini. Dengan demikian, hubungan semua orang di RS akan menjadi lebih dekat. Setelah kembali ke Thailand, dia sungguh melakukannya. Untuk menanam padi, mereka harus mengadakan upacara yang sangat besar. Mereka membawa foto raja dan ratu Thailand untuk mengungkapkan rasa hormat dalam upacara syukuran sebelum bercocok tanam itu.

Demi menyebarkan budaya humanis Tzu Chi ke lembaga pemasyarakatan, dia menyumbangkan benih padi kepada para napi wanita dan berbagi tentang Tzu Chi dengan mereka. Untuk membangkitkan cinta kasih para napi, dia berkata kepada mereka, “Setelah menerima benih padi ini, kalian bisa menyumbangkannya kembali kepada kepala RS agar mereka bisa membantu kalian menanamnya. Benih-benih padi ini sudah menjadi milik kalian.” Para napi pun memberikan benih itu kepada kepala RS untuk ditanam. Beberapa bulan kemudian, para staf RS pun memanen padi itu dan mengantarkannya kepada para napi wanita.

Dokter Chuchaisangrat kembali memberi tahu mereka bahwa hasil panen itu sangat berlimpah. Dokter Chuchaisangrat, kepala RS, dan para dokter bersama-sama berkunjung ke lembaga pemasyarakatan dan memasak beras hasil panen itu menjadi nasi untuk diberikan kepada para napi wanita di sana. Lalu, dr. Chuchaisangrat memberi tahu para napi wanita bahwa sisa beras yang ada akan disumbangkan kepada Tzu Chi agar insan Tzu Chi dapat membagikannya kepada orang yang membutuhkan. Ini merupakan kisah yang sangat indah. Dokter Chuchaisangrat mempelajari kekuatan cinta kasih dan teladan kebajikan dari Taiwan dan membawanya kembali ke Thailand sehingga terjadilah kisah yang begitu indah ini. Karena itu, dikatakan bahwa kebajikan dan cinta kasih Taiwan telah tersebar ke seluruh dunia tanpa membedakan kewarganegaraan, tanpa membedakan suku, dan tanpa membedakan agama. Segala sesuatu sungguh dapat dicapai seiring dengan berjalannya waktu. Insan Tzu Chi di seluruh dunia menjalankan misi dengan sumber daya setempat, dengan berpegang pada semangat cinta kasihdan cara yang mereka pelajari dari Taiwan. Karenanya, saya sungguh berterima kasih. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 

Artikel Terkait

Celsi Sudah Bisa Berjalan

Celsi Sudah Bisa Berjalan

22 November 2010 Hari-hari berlalu dengan cepat. Celsi yang semula bertubuh mungil kini telah tumbuh menjadi anak yang ceria dan lincah. Meskipun secara fisik Celsi tak memiliki kesempurnaan seperti anak-anak yang lain, tetapi ia memiliki semangat yang kuat untuk beraktivitas layaknya anak yang normal.
Kebahagiaan di Indonesia Timur

Kebahagiaan di Indonesia Timur

15 November 2017

Selasa, 17 Oktober 2017, relawan Tzu Chi Sinarmas Xie Li Papua mengadakan Penyuluhan Kesehatan Gigi di wilayah Indonesia Timur, Provinsi Papua, tepatnya di Desa Lapua, Distrik Kaureh, Kabupaten Jayapura.

Membangkitkan dan Menghimpun Cinta Kasih di Bulan Ramadhan

Membangkitkan dan Menghimpun Cinta Kasih di Bulan Ramadhan

20 April 2023

Tzu Chi Tanjung Balai Karimun membagikan paket lebaran kepada para penerima bantuan Tzu Chi di Tanjung Balai Karimun, Tanjung Batu Kundur, dan Pulau Tanjung Batu Kecil.

Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -