Suara Kasih: Menyebarkan Kekuatan Cinta Kasih

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Mengikuti Persamuhan Dharma dengan Giat

Kembali terjadi peperangan di Zamboanga
Api peperangan menghancurkan rumah penduduk dan membawa penderitaan bagi rakyat jelata
Mengadakan baksos kesehatan dan pembagian bantuan untuk menolong warga kurang mampu
Membalas budi dengan menjadi relawan dan berdoa untuk keamanan masyarakat

Ketidakselarasan pikiran manusia menyebabkan terjadinya ketidakstabilan dan membuat masyarakat sulit melewati setiap detik. Di Zamboanga, Filipina, ada sekelompok orang yang memperjuangkan kemerdekaan. Sejak tahun 1971, mereka mulai sering melakukan pemberontakan hingga sekarang. Menurut penduduk setempat, hal ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Warga tak berdosa yang kehilangan anggota gerak tubuh mencapai lebih dari 6.000 orang.

Sejak 15 tahun lalu, tepatnya pada bulan November 1998, untuk pertama kalinya, insan Tzu Chi berangkat ke Zamboanga untuk mengadakan baksos kesehatan berskala besar. Mereka menemukan bahwa di sana, ada banyak orang yang hidup menderita, banyak orang yang memiliki keterbatasan fisik, dan banyak orang yang hidup kekurangan. Banyak warga di sana yang hidup dalam kesulitan. Baksos kesehatan kali itu telah mematangkan jalinan jodoh Tzu Chi dengan warga setempat. Seorang anak muda setempat bernama Yang Wei Shun merasa bahwa Tzu Chi adalah organisasi yang akan sering datang ke Zamboanga untuk melakukan kunjungan kasih dan membuat kekuatan cinta kasih mengakar di sana. Oleh karena itu, dia membangkitkan tekad untuk menjadi penghubung antara insan Tzu Chi dan warga setempat. Sejak saat itu, insan Tzu Chi Manila terus mencurahkan perhatian untuk mereka. Sejak saat itulah, mereka sering mengadakan baksos kesehatan, pembagian bantuan di sana, dan lain-lain.

Kekuatan cinta kasih ini pun mulai terbangun di sana. Selanjutnya, insan Tzu Chi menyurvei kondisi warga setempat. Mereka menemukan bahwa ada banyak warga yang memiliki keterbatasan fisik akibat kehilangan anggota gerak. Kehidupan seperti ini sungguh membuat mereka menderita. Karena itu, mereka mendirikan pusat fisioterapi dan pembuatan prostesis. Ini karena biaya pemasangan prostesis di sana adalah sekitar 60.000 hingga 70.000 dolar NT, sedangkan pendapatan rata-rata mereka hanya sebesar 33 dolar NT per hari. Dengan pendapatan yang begitu rendah, bayangkanlah, betapa sulitnya bagi mereka untuk memasang prostesis. Jadi, insan Tzu Chi pun berinisiatif untuk membuat prostesis sendiri.

Prostesis yang mereka buat sangat berhasil. Setiap pasien yang telah menerima pemasangan prostetik dan menjalani fisioterapi bisa melakukan aktivitas seperti orang normal lainnya. Contohnya Bapak Rico ini. Akibat kebiasaan merokok yang sangat parah, dia mengalami pengerasan arteri hingga akhirnya kedua kakinya perlahan-lahan menghitam. “Saat itu, kedua telapak kaki saya berwarna hitam. Lalu, saya menggunakan pisau cukur. Saya menggunakannya untuk membuang bagian yang berwarna hitam itu. Bahkan jari kaki saya pun ikut terlepas,” ujar Waldemar Rico, yang kini menjadi seorang staf Pusat Pembuatan Prostesis Cinta Kasih Tzu Chi.

Dokter berkata padanya bahwa kedua kakinya harus diamputasi. Dia pun tidak dapat bekerja karena kakinya diamputasi. Karena itulah, anak sulungnya yang baru berusia 13 tahun harus pergi ke Manila untuk menjadi pekerja anak untuk menghidupi keluarga. Pada saat itulah, insan Tzu Chi muncul untuk mencari tahu kondisi keluarga ini. Keluarga ini sungguh hidup kekurangan dan menderita. Insan Tzu Chi pun membantunya memasang prostesis. Selain membantunya menjalani fisioterapi, mereka juga melatihnya agar dapat bekerja di sana. Karena itulah, dia mempelajari cara untuk membuat prostesis. Kini, dia bekerja dengan bersungguh hati dan mendedikasikan diri sebagai relawan. Dia sudah bisa menopang kehidupan keluarganya. Intinya, asalkan dunia ini dipenuhi cinta kasih, maka semua orang yang terjerumus dalam penderitaan akan memiliki kesempatan untuk diselamatkan.

Bulan lalu, insan Tzu Chi dari Manila, termasuk dokter, relawan, dan perawat, baru kembali ke Zamboanga untuk mengadakan baksos kesehatan. Lihatlah, sebelum baksos diadakan, relawan setempat membersihkan dan mempersiapkan lokasi baksos, seperti memasang kabel listrik, dan lain sebagainya. Dua relawan yang memakai prosthesis juga ikut memikul tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan yang berat tersebut. “Pada tahun 2004, Tzu Chi memberi saya prostesis sehingga saya bisa berjalan kembali. Tanpa insan Tzu Chi, saya tak mungkin bisa seperti hari ini. Saya mencintai Tzu Chi,” ucap Ronald.

 Lihatlah, mereka bisa naik turun tangga dan bekerja dengan leluasa. Inilah baksos kesehatan bulan lalu. Tidak sedikit warga yang datang berobat. Baksos ini diadakan sehari penuh, yakni dimulai pukul 8 pagi hingga sekitar pukul 11 malam. Saat insan Tzu Chi bertanya kepada dokter, “Apakah kalian lelah berdiri seharian?” Para dokter menjawab, “Sangat lelah.” / “Lain kali masih mau datang?” / “Mau,” ucapnya serentak.

“Saat melakukan baksos bersama Tzu Chi, setiap kali selesai melakukan operasi, pada saat pasien siuman, saya bisa melihat senyuman pasien yang paling indah. Setiap kali melihat senyuman seperti itu, saya selalu mengingatnya di dalam hati,” ujar dr. Ke Xian-zhi.

Meskipun lelah, tetapi para dokter berusaha untuk menarik pasien agar terbebas dari penderitaan. Semua orang merasa sangat gembira dan bersedia bersumbangsih. Ini semua berkat dukungan kekuatan penuh cinta kasih. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Baksos kesehatan setempat memiliki keunikan tersendiri. Sebelum pasien pulang, para relawan membantu menyisir rambut mereka hingga rapi dan membasuh wajah mereka hingga bersih. Dengan demikian, mereka pun dapat pulang dengan tenang dan nyaman. Terima kasih atas pelayanan kalian yang spesial ini, terlebih lagi membantu mereka membasuh wajah. “Terima kasih banyak. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih kepada kalian semua. Terima kasih.”

Inilah kegiatan bulan lalu. Para relawan berkontribusi dengan penuh sukacita dan para warga setempat merasa sangat tersentuh. Akan tetapi, pada dini hari tanggal 9 September, mulai terdengar suara tembakan. Bentrokan itu masih berlanjut hingga sekarang. Hal ini sungguh membuat orang cemas. Selama tiga hari ini, insan Tzu Chi membagikan bantuan barang kebutuhan sehari-hari, seperti roti, makanan hangat, dan lain-lain. Mereka terus memasok bahan makanan. Kapankah bentrokan ini bisa berakhir? Saat masyarakat tentram dan harmonis, barulah manusia bisa hidup aman dan damai. Kita hendaknya selalu berharap dan berdoa semoga hati mereka melunak dan kedua belah pihak mencapai kesepakatan agar masyarakat bisa hidup aman dan damai dan semua orang bias kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Kondisi saat ini sungguh menegangkan.

Baiklah, singkat kata, sebersit niat buruk manusia bisa menimbulkan begitu banyak penderitaan. Oleh karena itu, kita perlu lebih banyak merekrut Bodhisatwa dunia dan menumbuhkan cinta kasih  di dalam hati setiap orang. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia)

 
 

Artikel Terkait

Berbagi Pengetahuan Tentang Bahaya Narkoba

Berbagi Pengetahuan Tentang Bahaya Narkoba

13 Agustus 2014 Pada tanggal 11 Agustus 2014, mahasiswa Tzu Chi Taiwan mengunjungi Sekolah Atisa Dipamkara dan Sekolah Terpadu Pahoa, Tangerang untuk memberikan sosialisasi tentang anti narkoba.
Impian Sianne

Impian Sianne

03 Maret 2014 Hari itu adalah Sabtu 1 maret 2014, hari yang mengagumkan bagi sebagian warga Manado – sebuah acara yang mereka anggap bukanlah acara biasa, tapi acara bertemunya hati relawan Tzu Chi dengan warga Manado atas kasih Tuhan.
Mari Memulai Gaya Hidup Bervegetaris

Mari Memulai Gaya Hidup Bervegetaris

01 Maret 2018
Insan Tzu Chi Sinar Mas dari Xie Li Kalimantan Tengah 4, tepatnya Kebun Sungai Nusa melaksanakan Vegetarian Day. Di hari yang sama, relawan Tzu Chi wanita yang tergabung dalam Dharmawanita “Bawi Bahalap Atei” menggelar sosialisasi hidup sehat.
Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -