Suara Kasih: Menyelamatkan Dunia

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

Menyelamatkan Dunia Dimulai dari Menyelamatkan Hati

 

Kaya materi namun tak bermurah hati sama dengan miskin
Miskin materi namun hidup benar sama dengan kaya
Melenyapkan kebiasaan buruk demi menghindari perseteruan
Mengintrospeksi diri dan memberi manfaat kepada orang lain untuk melatih diri

Orang sering membahas tentang kebebasan beragama. Tzu Chi tak membedakan keyakinan dan selalu melapangkan hati. Dalam interaksi antarumat beragama, kita harus saling menghormati. Terlebih lagi, Tzu Chi mengajarkan bahwa agama berisi tujuan kehidupan manusia dan pendidikan seumur hidup. Kita harus memahaminya dengan jelas agar tidak tersesat dan menjadi takhayul. Kita harus memiliki keyakinan yang benar. Kita semua adalah praktisi Buddhis. Buddha dan Bodhisatwa tidak pernah meminta pamrih dari makhluk hidup.

Lihatlah ke seluruh dunia, selain mengalami krisis ekonomi, banyak negara dilanda bencana seperti kebakaran, angin topan, banjir, bencana kekeringan, ataupun gempa bumi. Kalian dapat menyaksikan bencana-bencana itu melalui siaran berita Da Ai TV. Dengan menyaksikan Da Ai TV, kita bisa lebih banyak mengetahui segala yang terjadi di dunia ini. Tujuan kita mendirikan Da Ai TV adalah agar bisa membantu menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Bagaimana cara menumbuhkan jiwa kebijaksanaan? Umat Buddha berkata bahwa harus mendengar Dharma. Namun, bagaimana dengan orang yang berada jauh dari saya? Saya menemukan sebuah cara untuk memperdekat jarak kita. Dengan menyalakan televisi, kalian akan dapat melihat saya. Jarak kita menjadi sangat dekat hingga kalian bisa melihat dan mendengar suara saya. Da Ai TV juga melaporkan kegiatan insan Tzu Chi di seluruh dunia agar dapat disaksikan oleh banyak orang.

Ada orang yang berkata bahwa insan Tzu Chi di Taiwan mengemban misi Tzu Chi dengan penuh kesulitan. Sesungguhnya, kita yang berada di Taiwan penuh dengan berkah. Lihatlah kondisi iklim di Taiwan yang sangat bersahabat. Karenanya, kita patut bersyukur. Setiap pagi saat bangun tidur, hal pertama yang saya lakukan adalah mencoba menggerakkan anggota tubuh saya. Bila berhasil, saya akan bersyukur karena bisa bangun tidur dengan selamat. Kita sungguh harus bersyukur. Selain itu, di Taiwan, kita memiliki sumber daya alam yang berlimpah dan banyak orang yang penuh cinta kasih. Melihat hal itu, kita sungguh harus bersyukur.

Bila masyarakat hidup tenteram, maka bisnis pun berjalan lancar. Bila masyarakat stabil dan damai, barulah kita memiliki kebebasan. Kita memiliki sumber daya alam yang berlimpah, bisnis yang lancar, dan 4 unsur alam yang selaras, patutkah kita bersyukur?

Kita harus membentang jalan dengan cinta kasih. Cinta kasih adalah mengharapkan kebahagiaan orang lain. Dengan begini, masyarakat tak akan terpengaruh oleh bencana alam dan bencana akibat ulah manusia. Bila ingin tempat tinggal kita tenteram dan damai, kita harus memiliki cinta kasih. Dengan cinta kasih, kita membentangkan jalan yang lurus dan lapang. Belum tentu hanya orang berada yang kaya secara spiritual. Saya sering berkata bahwa cinta kasih orang yang kurang mampu dan orang berada adalah setara. Saya pernah berkata bahwa manusia tak pernah merasa puas.

Saya bertanya kepada beberapa pengusaha, jika punya 10, apa Anda akan mendonasikan 1? Jika punya 1.000 dolar AS, apa Anda akan mendonasikan 100 dolar AS? Mereka menjawab, ”Iya, saya akan berdonasi.” Jika mendapat keuntungan 100 juta dolar AS, berapa yang akan Anda donasikan? Mereka pun menjawab, “Saya akan mempertimbangkannya. Saya akan menghitung apakah bisa mengurangi jumlah pajak.” Mereka semakin sulit untuk berdana. Singkat kata, orang yang semakin berada akan semakin miskin secara spiritual. Banyak sekali orang seperti ini. Semoga orang berada tetap dapat memiliki hati penuh cinta kasih dan kaya secara spiritual. Orang yang kurang mampu pun dapat penuh dengan cinta kasih.  

Lihatlah Korea Utara. Usai penyaluran bantuan kali ini, insan Tzu Chi berkunjung ke rumah penerima bantuan dan melihat beras salah satu keluarga yang tinggal sedikit. Mereka baru menerima bantuan beberapa hari yang lalu, mengapa berasnya begitu cepat habis? Mereka pun menjawab, “Ada orang yang sudah lama tidak makan nasi. Saya sangat senang menerima bantuan beras, karenanya saya segera berbagi dengan orang lain.” Saya sangat tersentuh mendengarnya. Meski hidup dalam kondisi minim, namun mereka kaya secara spiritual. Kita yang berada di Taiwan sungguh dipenuhi berkah dan hidup berkecukupan. Selama lebih dari 40 tahun, Tzu Chi tak hanya berjalan di tempat.

Tzu Chi telah tersebar di seluruh dunia. Di mana pun insan Tzu Chi menginjakkan kaki, mereka akan menciptakan berkah di sana. Setiap tempat yang dilalui oleh Bodhisatwa, maka tempat itu akan penuh dengan berkah.

Lihatlah Tiongkok. Kondisi Tiongkok sangat berbeda dengan 21 tahun lalu. Saat para pejabat Tiongkok berkunjung ke Taiwan, mereka pasti berkata bahwa saat ini yang paling dibutuhkan oleh masyarakat Tiongkok adalah budaya humanis Tzu Chi. Mereka berkata bahwa jika datang ke Taiwan, mereka harus mengunjungi Tzu Chi. Saat berada di Taiwan, mereka melihat Dharma dipraktikkan dalam keseharian. Selain itu, mereka juga melihat insan Tzu Chi bekerja sama dengan harmonis dan menyambut tamu dengan penuh sopan santun. Sesungguhnya, sopan santun mencerminkan prinsip kehidupan. Taiwan terkenal akan sopan santunnya yang tinggi dan warganya penuh cinta kasih serta kebajikan. Kita mengulurkan tangan bukan hanya kepada warga Taiwan saja, melainkan semua orang di dunia ini. Inilah berkah yang dimiliki warga Taiwan. Dengan cinta kasih dan kebajikan yang kita miliki, kekuatan kita menjadi maksimal.

Insan Tzu Chi bisa mencapai ini karena semua masalah selalu diselesaikan bersama dengan rasa kekeluargaan dan cinta kasih. Yang terpenting adalah setelah bersatu, kalian bisa bekerja sama dengan harmonis. Dalam interaksi antarsesama, bagaimana baru bisa dinamakan harmonis? Kita harus melenyapkan kebiasaan buruk kita. Setiap orang memiliki banyak kebiasaan buruk, seperti wajah cemberut ataupun nada yang tinggi dalam berbicara. Mungkin kita tidak berniat menyakiti, namun orang yang mendengar timbul salah paham sehingga muncullah konflik.

Belakangan ini saya sering berkata bahwa meskipun kita benar, kita juga harus meminta maaf kepada orang yang bersalah kepada kita. Orang yang benar harus meminta maaf kepada orang yang salah. Jika kita bisa melakukannya maka tidak akan ada lagi percekcokkan. Sedangkan orang yang bersalah tadi juga akan menyadari kesalahannya. Dengan begini, apakah kita masih perlu mempermasalahkan mana yang benar dan salah? Tidak perlu lagi. Karena itu, meskipun benar, kita harus meminta maaf kepada orang yang bersalah. Selain menghindari perbuatan salah, kita juga harus menjaga baik citra insan Tzu Chi. Meski penuh kesulitan, namun kini semua orang telah mengakui bahwa Tzu Chi merupakan organisasi internasional yang sangat dihargai. Misi Tzu Chi tak hanya dijalankan di Taiwan saja. Saya berharap Dharma bisa menyebar luas. Untuk menyelamatkan dunia, haruslah dimulai dengan menyelamatkan batin manusia terlebih dulu. Diterjemahkan oleh Karlena Amelia.  


Artikel Terkait

Sebuah Jalinan Kasih Sayang

Sebuah Jalinan Kasih Sayang

23 September 2011
Para donor tidak merasa takut ketika mendonorkan darah, meskipun itu adalah pertama kalinya bagi mereka karena perhatian dari relawan Tzu Chi dan murid-murid Yayasan Perguruan Hang Kasturi yang membuat perasan mereka menjadi hangat seperti keluarga sendiri.
Mengajarkan Calistung (Baca, Tulis, Hitung) di Kampung Gubukan

Mengajarkan Calistung (Baca, Tulis, Hitung) di Kampung Gubukan

16 Oktober 2023

Prihatin dengan anak-anak yang berada di Kampung Gubukan, Tandes, Surabaya, relawan Tzu Chi Surabaya mengajarkan Calistung (Baca, Tulis, Hitung). Relawan berharap agar anak-anak Kampung Gubukan dapat membaca dan menulis.

Suara Kasih: Menyebarkan Dharma dengan Tulus

Suara Kasih: Menyebarkan Dharma dengan Tulus

10 Juni 2011
Belakangan ini kita terus mensosialisasikan budaya humanis Tzu Chi ke seluruh dunia. Budaya humanis ini bagaikan mata air, ia tak hanya dapat menyucikan batin, melainkan juga menginspirasi orang untuk membuat mata air dalam batin mereka.
Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -