Suara Kasih: Menyelami Dharma Bersama-sama

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

   Menyelami Dharma Bersama-sama

 

Bencana timbul akibat kegelapan batin manusia
Perahu Dharma menyeberangkan orang ke pantai kebahagiaan
Seluruh anggota keluarga menyelami Dharma bersama-sama
Berjalan di Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan

Sungguh tak sampai hati melihat penderitaan warga Pakistan. Tahun lalu, Pakistan dilanda banjir terparah dalam 80 tahun. Insan Tzu Chi mengatasi semua kesulitan demi menyalurkan makanan dan keperluan sehari-hari ke sana. Kita dapat melihat sekarang Pakistan kembali dilanda banjir. Lebih dari 100 orang meninggal dunia dan lebih dari 4 juta orang kehilangan tempat tinggal. Sungguh tak sampai hati melihat mereka. Ada lagi kebakaran hutan yang terjadi di Texas, Amerika Serikat, sejak bulan November tahun lalu akibat kekeringan yang berkepanjangan. Sedangkan di Jepang, Topan Talas mendatangkan kerusakan parah di sana. Hingga hari ini, kita masih terus menyalurkan bantuan bagi mereka. Melihat bencana yang bertubi-tubi melanda Jepang, sungguh membuat saya merasa prihatin.

Karenanya, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Selain itu, kita harus mengasihi diri sendiri dan orang lain serta menginspirasi mereka agar kita dapat menapaki Jalan Kebenaran bersama-sama. Untuk menapaki Jalan Kebenaran, kita harus lebih giat dan fokus dalam menyelaraskan batin dan melatih diri. Kita harus melatih perhatian benar, usaha benar, dan tekun melatih diri. Dengan demikian, barulah kita dapat menapaki Jalan Kebenaran dan mencapai pencerahan. Kita harus bersungguh hati menapaki jalan ini.

Lihatlah seorang Bodhisatwa di Zhanghua yang bernama Cai Kuan dan telah berusia 93 tahun. Di usia yang sudah tak muda lagi, ia masih aktif menjadi relawan di rumah sakit dan di masyarakat. Ditambah lagi ia begitu giat mempelajari Dharma. Setiap pagi ia berjalan jauh untuk mendengarkan ceramah saya. Lihatlah ketekunannya. Ia memanfaatkan setiap detik dalam hidupnya untuk mempelajari dan mempraktikkan Dharma.

Saat ia mendengar keinginan saya yang berharap agar semua orang dapat berpartisipasi dalam pementasan Adaptasi Sutra tahun ini, ia pun bersikeras untuk mengambil bagian. Ia tidak menyadari kondisi fisiknya yang telah menurun.Saat pertama kali latihan, ia baru tahu bahwa ia harus berdiri lama, berjongkok, dan membungkukkan badan berulang kali. Ditambah lagi harus menghafal setiap lirik lagu dan menyanyikannya dengan lantang. Meskipun menghadapi banyak kesulitan, namun ia bilang, “Master Cheng Yen ingin kita semua ikut serta dalam pementasan Sutra, saya harus melakukan yang terbaik.” Ia sungguh murid saya yang baik dan hatinya begitu dekat dengan hati saya. Bagaimana bisa saya tak mengasihinya?

Ada lagi pasangan suami-istri yang berusia lebih dari 70 tahun. Lihatlah Relawan Zhang. Pada dasarnya postur tubuhnya tak begitu tinggi. Dahulu ia pernah jatuh dari pohon dan tulang punggungnya terluka sehingga tinggi badannya jadi berkurang karena postur tubuh yang bungkuk. Ia berpikir bahwa untuk ikut dalam pementasan Sutra, postur tubuhnya harus tegak dan tinggi badan tak jauh beda dengan orang lain. Lihatlah, ia telah berusia 74 tahun. ”Anda harus berlutut lama sekali.” ”Di lagu yang lain saya harus berlutut lebih lama lagi,” jawabnya. Saat ditanya, ”Apakah Anda bisa melakukannya?” Ia pun menjawab, ”Saya diberitahu bahwa saya boleh duduk jika merasa lelah. Duduk dengan posisi begini. Namun, saya harus bangun dengan gerakan yang anggun seperti ini. Pementasan Sutra ini sangat penting bagi kami karena mengingat faktor usia, mungkin ini merupakan kesempatan terakhir kami bisa berpartisipasi,” jawabnya. “Ya benar. Jadi, kami sangat menghargai kesempatan ini. Dengan ketulusan dan tekad yang teguh, tak ada hal yang tak dapat kita capai. Selama langkah kita mantap kita tak akan khawatir seberapa jauh jarak yang harus ditempuh. Selama kita mau membangkitkan niat, tak pernah ada kata terlambat untuk memulainya. Kita harus memanfaatkan kesempatan ini,” jawab relawan satunya. Lihatlah, mereka memiliki tekad yang sama meski usia berbeda. Dua relawan yang berusia 90-an tahun dan 70-an tahun memiliki tekad yang sama.

Para Bodhisatwa lansia harus menjaga kesehatan dengan baik baru berkesempatan untuk ikut serta. Selain itu, mereka harus mempertahankan tekad dan tak terpengaruh oleh kondisi eksternal. Selama 6 bulan terakhir, kita melihat seluruh anggota keluarga, baik tua maupun muda berlatih bersama. Keluarga seperti ini sungguh mengagumkan. Bahkan anak berusia 3 tahun pun mempelajari isyarat tangan beserta anggota keluarganya. “Di sini,” tunjuk seorang anak. “Apa ini? Itu adalah gambar isyarat tangan,” jawabnya. ”Benarkah? Ada di mana lagi?” tanya relawan “Di sini. Di sini juga ada. Ada lagi? Ada di sana. Ya, di sini juga ada,” ucap anak tersebut sambil menunjukkan. Ketika keluarganya berlatih, anak kecil ini juga turut mengikuti gerakannya. Lihat, betapa lucunya ia. Semua keluarganya latihan bersama. Inilah keluarga yang seluruh anggotanya baik tua maupun muda  menyelami Dharma bersama-sama.

Di Taichung ada seorang anak yang usianya belum mencapai 4 tahun. Orang tuanya juga mengambil bagian dalam pementasan Sutra kali ini dan mereka berlatih bagiannya masing-masing, namun anak ini berlatih kedua bagian tersebut. Saat ditanya, “Lagu Bertobat Satu per Satu apakah kamu bisa?” Anak tersebut pun menjawab “Bisa. Bertobat atas segala noda batin dan ketamakan.” Selama 6 bulan terakhir ini, kita dapat melihat insan Tzu Chi di seluruh Taiwan membangkitkan niat baik dan menginspirasi orang untuk berjalan di jalan yang benar.

Mereka menyelaraskan hati dan pikiran sehingga tercipta keharmonisan dan kesatuan hati dalam keluarganya. Dikatakan bahwa keharmonisan dalam keluarga akan membawa kebahagiaan.

Lihatlah, banyak orang yang semakin dekat dengan anggota keluarga maupun dengan saudara se-Dharma. Dulu saya merasa ada hubungan antar relawan yang tak begitu baik, namun sekarang saya mendengar bahwa kini mereka saling meminta maaf. Jika dalam suatu masyarakat hati setiap orang selaras, apakah tak mungkin akan tercipta masyarakat yang harmonis? Inilah adalah harapan setiap orang. Kapal Dharma telah mulai berlayar. Marilah kita seberangkan semua orang ke pantai kebahagiaan. Saya sungguh tersentuh melihat hal ini.

Kita harus memanfaatkan waktu dengan baik. Saat berada dalam kondisi aman dan selamat, lihatlah penderitaan yang ada di dunia ini. Saat hidup kita nyaman dan tenteram, pikirkanlah orang-orang yang hidup menderita akibat bencana alam maupun konflik antar sesama. Tingkatkanlah kewaspadaan dan bangkitkanlah welas asih dari dalam hati. Pada zaman modern ini, kita harus dapat membedakan yang baik dan yang salah. Pada masa penuh kesulitan ini, kembangkanlah welas asih dan kebijaksanaan. Jagalah hati agar tak tercemar oleh noda batin dan kembangkanlah kebijaksanaan. Pada masa penuh kekacauan ini, kita sungguh harus bertobat secara mendalam. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.


Artikel Terkait

Jembatan Penyambung Ekonomi dan Kehidupan

Jembatan Penyambung Ekonomi dan Kehidupan

18 Mei 2022

Tzu Chi Bandung membangun Jembatan Simpay Asih Citarum Des. Resmitinggal, Kec. Kertasari, Kab. Bandung dan diresmikan pada 10 Mei 2022 oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Meringankan Beban Warga Rajeg di Tengah Pandemi

Meringankan Beban Warga Rajeg di Tengah Pandemi

30 Juli 2020

Relawan Tzu Chi bekerja sama dengan Koramil 12/Rajeg membagikan 250 paket sembako untuk warga kurang mampu dan terdampak wabah Covid-19 di Desa Pangarengan, Rajeg, Tangerang. 

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -