Suara Kasih : Menyerap Dharma ke Hati

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Menyerap Inti Dharma ke Dalam Hati

Mengembangkan kemampuan untuk kembali menginspirasi orang lain
Semoga cinta kasih  dapat tersebar ke seluruh dunia
Seorang lansia turut bersumbangsih
Berbagi daur ulang dan mewariskan inti sari Dharma

Perjalanan saya dihitung-hitung menghabiskan waktu 24 hari. Dari utara hingga selatan Taiwan, saya dapat melihat para insan Tzu Chi yang tiada hentinya bersumbangsih bagi dunia. Meskipun terdapat banyak Bodhisatwa, tetapi jika terbayang populasi dunia yang berjumlah lebih dari 7 miliar jiwa, saya sungguh merasa bahwa Bodhisatwa yang begitu banyak jumlahnya masih tidak signifikan. Karena itu, saya terus mengimbau insan Tzu Chi di setiap tempat agar setiap orang menggalang satu orang Bodhisatwa.

Saat melakukan perjalanan, saya dapat melihat, mendengar,dan berdekatan dengan begitu banyak Bodhisatwa. Jika setiap dari mereka dapat kembali menginspirasi satu orang lagi, maka jumlah Bodhisatwa akan berlipat ganda maka kita akan dapat merealisasikan kemampuan untuk menyucikan seluruh umat manusia. Jadi, kita melihat bahwa tujuan utama perjalanan saya kali ini adalah bertemu insan Tzu Chi yang kembali dari 33 negara.

Kali ini, pelatihan dibagi menjadi 2 gelombang dan setiap gelombang dibagi menjadi 2 tempat. Saya sungguh bersyukur melihat  insan Tzu Chi seluruh Taiwan dapat bekerja sama dengan harmonis. Insan Tzu Chi dari Taiwan bagian tengah dan selatan pun memberanikan diri untuk turut membantu guna menjalin jodoh dengan insan Tzu Chi dari seluruh dunia. Jadi, insan Tzu Chi Taiwan selatan dan tengah juga keluar untuk turut mendampingi. Tentu saja insan Tzu Chi Taiwan bagian utara  yang merupakan tuan rumah juga turut membantu di berbagai tempat. Melihat kerja sama yang harmonis ini, saya sungguh merasa tersentuh dan tenang.

Saya juga sangat tersentuh melihat insan Tzu Chi dari berbagai negara. Mereka khusus kembali untuk mengikuti pelatihan. Beberapa relawan tinggal  di tempat yang sangat jauh, seperti Amerika Selatan, Afrika, dan lainnya. Contohnya relawan dari Bolivia. Untuk kembali ke Taiwan, dia harus transit di lima negara dan menghabiskan waktu 50 jam dalam pesawat. Dia kembali hanya demi satu tujuan penting yaitu mengikuti pelatihan dan membawa pulang benih cinta kasih kembali ke negaranya.

Saya sungguh merasakan ketekunan mereka. Selain itu, banyak insan Tzu Chi  dari berbagai negara mempunyai 1 keinginan, yaitu dapat kembali bertemu dengan saya dan lebih dekat dengan saya. Jadi, saat pelatihan berakhir, saya pun berinisiatif mengatur waktu satu hari di Guandu bagi mereka.

Satu demi satu kelompok relawan dari berbagai negara datang berbagi dengan saya. Usai berbagi, mereka mengelilingi saya. Asalkan bisa lebih dekat dan berada di sisi saya, mereka sudah merasa sangat tersentuh dan bahagia. Saya mengulurkan tangan menepuk bahu mereka meskipun terdapat banyak orang di sana. Beberapa hari itu,  sepasang tangan saya sangatlah sibuk. Begitu saja, mereka sudah sangat senang.

Mereka terus berkata kepada saya bahwa kepulangan mereka kali ini penuh dengan hasil.  Pengalaman dan metode yang disampaikan pembicara sangatlah dibutuhkan oleh mereka. Mereka pulang dengan perasaan tersentuh dan saling belajar satu dengan lainnya. Jadi, Bodhisatwa sekalian, kita yang di Taiwan harus menghargai jalinan jodoh yang ada. Taiwan merupakan tempat asal Bodhisatwa. Tzu Chi bermula dari Taiwan. Jika setiap orang tidak lebih bersungguh-sungguh, sungguh, mungkin suatu hari nanti kalianlah yang harus belajar ke luar negeri. jadi, kita harus menghargai jalinan jodoh yang ada.

Dalam perjalanan 24 hari ini, saat kembali dari Kaohsiung kemarin, saya pun mampir ke Taimali. Saat turun dari mobil, tidak ada orang di sana. Suasananya berbeda dengan biasanya karena setiap orang tahu bahwa saya akan berkunjung ke Taidong. Karena itu, insan Tzu Chi di Taimali pasti pergi ke Taidong. Meski mengetahui hal itu, saya tetap mampir ke sana guna melihat-lihat posko daur ulang Tzu Chi. Saat masuk, saya dapat melihat lingkungan yang sangat bersih dan rapi. Meski barang daur ulang sangat banyak, mereka tetap membenahinya dengan sangat rapi. Selain itu, karena tempat yang terbatas, mereka menggunakan rak bertingkat  untuk menumpuk barang daur ulang. Semua barang daur ulang ditumpuk dengan sangat rapi. Saya sungguh tersentuh.

Meski tidak ada orang di sana, tetapi saya dapat melihat lingkungan yang sangat bersih dan rapi. Saat keluar dari sana, saya melihat pohon yang sangat rindang. Pohon yang rindang tersebut memiliki diameter yang harus dipeluk dua orang. Pohon itu tumbuh dengan kokoh dan indah. Saya tiba di sana pada siang hari. Cuaca sangat panas dan matahari sangat terik. Akan tetapi, berdiri di bawah pohon tersebut sangatlah sejuk. Angin bertiup sepoi-sepoi diiringi suara tonggeret (serangga) yang sangat nyaring.

Lalu, saat tiba  ke kantor cabang Tzu Chi di Taidong, saya dapat melihat keteguhan  para Bodhisatwa lansia. Salah seorang Bodhisatwa berusia 70-an tahun. Dia telah melakukan daur ulang dalam jangka waktu yang panjang. Dia juga berada di sana. Saat melihat saya, sebelum saya menyapanya, dia berkata, “Saya telah lama menunggu Master. Saya sudah melakukan daur ulang 20 tahun.” Saya berkata, “Terima kasih banyak. Meski angin kencang dan hujan lebat, kamu tetap tidak beristirahat. Terima kasih banyak.”

Dia kembali berkata, “Saya sungguh tersentuh dengan apa yang Master lakukan. Karena itu, saya hidup sederhana dan hemat. Bulan lalu, saya juga mendonasikan 50.000 dolar NT atau sekitar 15 juta rupiah.” Mendengar itu, saya pun berkata padanya, “Kamu sudah tua dan hidup sebatang kara, hanya kamu seorang, bagaimana kamu menjalani hidup?” Dia menjawab, “Saya hidup dengan baik, segalanya cukup.” Saya kembali bertanya, “Bagaimana kamu mencari nafkah?” Dia tidak memberi tahu saya bagaimana dia mencari nafkah. Dia hanya berkata, “Saya hidup berkecukupan dan selalu melakukan daur ulang.”

Lalu, saya pun bertanya kepada seorang komite, “Bagaimana dia bertahan hidup?” Anggota komite itu menjawab,  “Mengandalkan uang pensiun.” Lansia tersebut sangat hemat. Dia menjalani hidup sederhana dan melakukan daur ulang dengan sungguh hati. Uang yang disisihkan semuanya didonasikan untuk Tzu Chi. Sungguh membuat orang tersentuh. Ada pula seorang Bodhisatwa daur ulang yang ingin menyediakan sebidang tanah untuk mendirikan posko pendidikan daur ulang yang bagus bagi Tzu Chi. Lihat, inilah cara yang digunakan  untuk membimbing orang lain. Tidak hanya melakukan saja. Saya berharap mereka dapat menyerap Dharma ke dalam hati.

Jadi, inilah yang saya katakan kepada insan Tzu Chi di Taidong. Saya berharap insan Tzu Chi Taidong dapat benar-benar menyerap Dharma ke dalam hati. Dengan menyerap Dharma ke dalam hati, barulah kita bisa membimbing orang lain. Mereka menggunakan hidup mereka untuk mengemban misi Tzu Chi. Karena itu, sudah sepatutnya saya menumbuhkan jiwa kebijaksanaan mereka. Jadi, saya berharap setiap orang  sungguh-sungguh menyerap Dharma. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 

Artikel Terkait

Gerakan Menyelamatkan Bumi

Gerakan Menyelamatkan Bumi

25 Maret 2014 Kegiatan dimulai dengan pengarahan oleh Nony Shijie kepada para relawan yang hadir, dilanjutkan dengan pembagian brosur undangan pelestarian lingkungan. Setelah itu, para relawan mulai berpencar sesuai pembagian yang telah diberikan.
Kesederhanaan di Tepi Sungai Cisadane

Kesederhanaan di Tepi Sungai Cisadane

15 Agustus 2016
Minggu, 31 Juli 2015, relawan Tzu Chi yang terdiri dari 8 relawan komunitas He Qi Barat beserta 5 orang relawan perwakilan dari CV.Sinar Mutiara bersama-sama mengunjungi Rumah Belajar Anak Langit yang berlokasi di pinggir aliran sungai Cisadane, Karawaci, Tangerang
Mama Yang Kusayangi, Selamat Hari Ibu

Mama Yang Kusayangi, Selamat Hari Ibu

17 Mei 2024

Para Bodhisatwa Cilik membawa baskom berisi air hangat untuk membasuh tangan dan kaki ibu. Yang kemudian dilanjutkan dengan menyuapi ibu semangkuk kembang tahu sambil mengutarakan isi hati ke ibu dengan hati yang tulus.

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -