Suara Kasih : Merayakan dengan Bijaksana

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Menyambut Hari Raya
dengan Cara yang Bijaksana
 

Merayakan Cap Go Meh dan mendoakan semua orang hidup damai
Mengingat kembali asal mula tradisi perayaan Cap Go Meh
Menggalakkan pelestarian lingkungan sepanjang tahun ini
Semoga gema niat baik terdengar oleh para Bodhisatwa

"Apakah kalian tahu mengapa dalam perayaan Cap Go Meh orang melepaskan lampion ke udara?" tanya profesor. "Tidak tahu," jawab anak-anak. "Ini adalah tradisi pada masa Dinasti Qing. Orang Tiongkok datang ke Taiwan dan menetap di Pingxi. Namun, karena Pingxi terletak di pedalaman, maka para perampok sering datang ke sana untuk merampas harta benda milik warga. Hal ini sangat membuat warga menderita," profesor menjelaskan.

Kemudian tampil sebuah cuplikan drama singkat. "Tahun baru segera tiba, Namun kita tak memiliki uang," seorang istri berkata pada suaminya. "Tak apalah, yang penting kita selamat," jawab sang suami menenangkan. "Tapi saya pikir para perampok ini tak akan merasa puas begitu saja. Saya khawatir mereka akan kembali. Apa yang harus kita lakukan?" tanya sang istri lagi. "Bawalah anak kita dan pergilah bersembunyi di pegunungan bersama tetangga sebelah," kata suaminya. "Bagaimana dengan kamu?" sahut istrinya. "Jangan khawatir. Aku akan baik-baik saja. Setelah kondisi aman, saya akan memberi tahu kamu untuk turun gunung," jawab sang suami. "Bagaimana kami tahu bahwa kondisi telah aman? Dan bagaimana cara kamu memberi tahu kami?" ternyata istrinya masih khawatir. "Begini saja" Kita jadikan lampion sebagai tanda. Setiap malam lihatlah ke bawah gunung. Bila kondisi telah aman, saya akan melepaskan lampion ke udara," sang suami menjelaskan.

Melalui program Ayo! Tanya Profesor Jenius tadi kita melihat sebuah kisah di Pingxi. Inilah kebijaksanaan orang pada zaman dahulu. Inilah cara untuk mengabarkan keselamatan. Dulu, Pingxi adalah sebuah daerah luas yang berpenduduk jarang dan terletak di pedalaman. Untuk mengabarkan keselamatan kepada orang-orang yang berada di atas gunung, mereka melepaskan lampion ke udara.

Namun, kondisi sekarang tak seperti dahulu. Gedung pencakar langit ada di mana-mana. Melepaskan lampion ke udara adalah hal yang berbahaya. Lagi pula, pada zaman ini, untuk mengabarkan keselamatan sangat mudah caranya. Kita bisa menggunakan telepon dan tak peduli di mana pun orang berada, mereka akan segera menerima kabar dari kita. Jadi, kita tak memerlukan lampion, bukan?!

Kini lampion hanya dijadikan sebagai mainan. Mereka memainkannya untuk bersenang-senang karena saat lampion dilepaskan ke udara, akan terlihat indah sekali. Kita harus tahu bahwa kesenangan ini hanyalah sesaat. Saat lampion-lampion tersebut turun, sesungguhnya sangat berbahaya. Petugas kebersihan di Pingxi berkata bahwa mereka sangat lelah mengumpulkan lampion usai acara. Sebagian lampion tersangkut di batang pohon. Ada yang jatuh di atas genting rumah, ladang dan kebun sayur. Hal ini sangat berbahaya. Jika cuaca tengah panas dan lampion jatuh di dalam hutan, maka kebakaran tak akan dapat dihindari. Bila terjatuh di atas genting rumah dan terjadi kebakaran, ini juga akan berbahaya bagi seisi rumah.

Kabarnya di Pingxi, dalam semalam, lebih dari 100 ribu orang menyaksikan pelepasan lampion. Dalam waktu 1 malam itu, tak termasuk lampion, sampah yang terkumpul sebanyak 6 ton. Lihatlah. Acara ini menciptakan banyak sampah, mencemari udara, dan berbahaya pula. Di wilayah selatan Taiwan diadakan festival petasan. Ini juga sangat berbahaya. Lihatlah, orang-orang yang hadir harus memakai pelindung agar tak terlalu sakit bila terkena petasan. Kegiatan ini sungguh berbahaya juga mencemari udara. Acara ini biasanya diadakan di Yanshui, Tainan. Entah mengapa tahun ini juga diadakan di Taipei. Di Taidong, ada sebuah kegiatan di mana seseorang berdiri di atas sebuah mobil dan dihujani petasan. Ia pasti merasa sangat kesakitan. Saya sungguh tak sampai hati melihatnya. Melihat ini, saya berpikir mengapa manusia terjerumus dalam ketidaktahuan. Inilah akibat kegelapan batin. Tindakan ini sungguh tak bijaksana.

Kita harus tahu bahwa kegiatan seperti ini dapat mencemari udara dan berusaha tak melakukannya. Kita harus menggunakan kebijaksanaan. Tadi kita melihat Wihara Yanping di Neihu, Taipei. Mereka merayakan Cap Go Meh dengan cara berbeda, namun tetap meriah. Ada juga acara tebak-menebak. Ini juga dapat mengembangkan kebijaksanaan. Cara seperti ini sangatlah baik. Insan Tzu Chi, tentu saja, merayakan Cap Go Meh dengan cara yang ramah lingkungan. Mereka berkunjung ke rumah demi rumah untuk mengucapkan selamat Cap Go Meh dan membagikan Kata Perenungan agar setiap keluarga hidup harmonis dan damai. Mereka menjalin jodoh baik sekaligus mempertahankan tradisi yang penuh kebajikan dan keindahan.

Waktu kecil, menjelang perayaan Cap Go Meh, kami sekeluarga membuat ronde dan mengatakan hal-hal yang baik. Orang tua akan berkata kepada anak-anak agar mengatakan hal-hal yang baik dan menghindari perkataan buruk. Ini demi keselamatan semua orang sepanjang tahun itu. Terlebih lagi, semua anggota keluarga harus berkumpul. Jadi, membuat ronde lalu memakannya menciptakan keharmonisan dalam keluarga. Kita ingin semua anggota keluarga berkumpul dan merasakan keharmonisan dan kehangatan.

Para Bodhisatwa sekalian, kita harus mempertahankan tradisi kuno ini. Janganlah kita merayakannya dengan petasan yang dapat mencemari udara dan boros uang pula. Kita harus berusaha...Bukan berusaha, namun harus melakukannya. Kita harus memikirkan cara untuk menambah keharmonisan keluarga dengan cara yang bijaksana. Insan Tzu Chi di Zhanghua mengadakan permainan tebak-menebak Kata Perenungan. Permainan ini sangat menarik. Di setiap RS Tzu Chi, para staf medis mengantarkan kehangatan cinta kasih dan mengucapkan selamat Cap Go Meh kepada semua pasien. Mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk lebih dekat dengan para pasien serta membawa sukacita bagi mereka. Inilah cara yang paling baik dalam menyambut hari raya.

Intinya, dalam merayakan tahun baru, kita semua harus terlebih dahulu menyucikan batin sendiri kemudian menginspirasi orang lain. Bila kita membangkitkan niat untuk menciptakan berkah, maka secara alami, dunia ini akan penuh berkah. Bila masyarakat hidup harmonis, bencana di dunia akan semakin berkurang. Merayakan tahun baru sangatlah baik, namun kita jangan bertindak salah. Kita harus menciptakan kehangatan antarsesama dan menyebarkan benih cinta kasih. Inilah makna tahun baru. Singkat kata, menyambut hari raya adalah hal yang menggembirakan, namun kita harus menjaga hati dengan baik. Memasuki tahun yang baru, batin kita juga harus diperbarui. Setiap kali bertemu orang, kita mendoakan mereka hidup damai dan selamat. Bila semua orang memiliki niat yang baik, maka doa ini akan terdengar oleh para Bodhisatwa dan Pelindung Dharma. Para Bodhisatwa sekalian, tugas terpenting kita tahun ini adalah mensosialisasikan pelestarian lingkungan agar dunia penuh berkah dan menyucikan hati manusia agar iklim dapat kembali stabil. Untuk itu, kita harus selalu bersungguh hati. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

 Berawal dari Rasa Haru

Berawal dari Rasa Haru

12 November 2009 Sekitar tahun 2002, Ahri mulai mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia melalui sebuah benjolan besar di punggungnya.
Mengunjungi “Orang Tua” Sendiri di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera

Mengunjungi “Orang Tua” Sendiri di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera

31 Agustus 2023

Sehari setelah gathering, relawan Xie Li Perkebunan Sinar Mas (PSM) 3 dan Kutai Barat melakukan kunjungan kasih ke Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera, Banjarbaru, Kalimantan Selatan pada, Jumat (18/8/23).

Mewariskan Generasi yang Bermoralitas

Mewariskan Generasi yang Bermoralitas

01 Februari 2018
Minggu, 28 Januari 2018 merupakan hari pertama mereka mengikuti kelas bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi di Tebing Tinggi. Kelas baru bimbingan budi pekerti diikuti oleh 50 siswa dan didampingi orang tua.
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -