Suara Kasih : Misi Amal dan Kesehatan Tzu Chi
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News Judul Asli: Menjalankan misi amal dan Mengingat kembali awal mula misi amal dan misi kesehatan Tzu Chi
| |||
Melihat sejarah Tzu Chi, semua hal terjadi karena adanya jalinan jodoh. Saat melihat dan merasakan penderitaan orang lain, kita pun bertekad untuk menolong mereka. Saya sering berpikir bahwa orang-orang yang menderita yang telah menginspirasi kita untuk berjalan di jalan Bodhisatwa. Karena itu, saya sering berkata bahwa kita harus bersumbangsih tanpa pamrih. Kita malah harus berterima kasih kepada orang yang kita bantu karena mereka telah menginspirasi kita untuk berbuat kebajikan. Setiap langkah akan meninggalkan jejak. Bila teringat betapa sulitnya kita menapaki jalan ini, saya sungguh merasa bersyukur. Kontribusi para insan Tzu Chi pun sangat membuat saya tersentuh. Semangat dan cinta kasih insan Tzu Chi terus diwariskan hingga kini melalui Ajaran Jing Si. Dahulu, kita sungguh menghadapi kesulitan dan keterbatasan dalam segala hal. Namun, kehangatan cinta kasih hingga saat ini tak luntur sedikit pun. Saya teringat pada para relawan yang telah mendukung saya sejak 40 tahun yang lalu. Banyak di antara mereka yang telah tiada. Saya sungguh merasa sedih bila mengenangnya. Namun, bila melihat para insan Tzu Chi yang mewariskan Ajaran Jing Si dengan giat dan penuh semangat, hati saya sungguh dipenuhi rasa syukur. Saya sering berkata kepada kalian agar selalu mengingat sejarah perjalanan Tzu Chi. Para relawan yang baru bergabung harus mempelajari sejarah Tzu Chi. Sumbangsih para Bodhisatwa dunia dimulai dari misi amal, kemudian dilanjutkan dengan misi kesehatan karena dalam menjalankan misi amal, kita menemukan banyak orang sakit. Melihat orang menderita karena didera penyakit, timbullah rasa tak tega dalam hati kita. Karena itulah, pada tahun 1972 kita memberikan pelayanan medis gratis dengan bantuan dari tenaga medis RS Hualien. Dua orang perawatnya kemudian menjadi anggota komite Tzu Chi dengan nama Dharma : Jing Shan and Jing Liang. Bersama dengan beberapa dokter lainnya, yakni dr. Huang (ahli bedah), dr. Zhou (ahli penyakit dalam), dr. Wen (ahli kandungan), dr. Zhu, dr. Zhang (spesialis anak), dan ayah dari dr. Zhang, mereka berkontribusi bersama-sama. | |||
| |||
Pada tanggal 10 September 1972 klinik gratis pun resmi dibuka. Tahun berikutnya, kita pun mulai mengadakan baksos keliling. Ada sebagian warga yang kondisinya tak memungkinkan untuk datang ke klinik, jadi kita yang datang ke rumahnya. Bagi warga yang penyakitnya parah, kita mengantarnya ke rumah sakit. Namun, kita sering menemukan kasus penyakit yang tak dapat dideteksi oleh rumah sakit di Hualien, jadi mereka tak tahu cara mengobatinya. Bila demikian, kita harus membawa pasien ke rumah sakit di wilayah timur Taiwan. Namun, banyak masalah yang harus dihadapi seperti biaya dan proses perjalanan. Karenanya, kita putuskan untuk membangun sebuah rumah sakit. Namun, membangun RS di daerah Hualien sungguh penuh rintangan. Kita tak memiliki dana, tenaga manusia, lokasi, dan lain sebagainya. Bagaimana cara kita melaksanakan niat tersebut? Saya sering berbagi pengalaman ini dengan orang lain. Buddha berkata bahwa orang yang mempraktikkan Dharma tak akan menghadapi jalan buntu. Asalkan memiliki kesungguhan hati, kita pasti dapat menghadapi segala rintangan sehingga keinginan kita akan terwujud. Setelah bekerja keras selama beberapa tahun, dengan bantuan dan cinta kasih dari semua orang, akhirnya kita mendapatkan lahan untuk membangun rumah sakit. Ini semua adalah berkat himpunan cinta kasih semua warga masyarakat. Anggota komite Tzu Chi terus bertambah seiring berlangsungnya proyek pembangunan RS. Banyak orang terinspirasi karena proyek ini dan mereka pun bergabung dengan Tzu Chi. Sejak itu, semakin banyak orang menjadi relawan Tzu Chi. Kepada para relawan lansia yang terus mendukung saya dalam membuka jalan bagi misi amal dan misi kesehatan Tzu Chi, saya ucapkan banyak terima kasih. Saya sering berpikir bahwa misi amal dan misi kesehatan Tzu Chi bagaikan kedua tangan kita. Saat kedua tangan bekerja sama, kita mampu memberi manfaat bagi banyak orang. Setelah menetapkan misi kesehatan, kita mulai menerapkan budaya humanis kepada para tenaga medis agar mereka memiliki moral dan etika yang baik. Jadi, di seluruh dunia termasuk Taiwan, kita selalu berusaha agar hubungan antara dokter dan pasien penuh budaya humanis. | |||
| |||
“Bibi, lihatlah celengan bambu ini! Hasil kreasi saya ini akan berguna bagi Anda. Ini disebut “Mengurangi berat badan dengan melakukan kebajikan". Begini caranya: saat Anda ingin makan sesuatu, masukkanlah uang yang akan Anda gunakan untuk membeli makanan itu ke celengan bambu serta berdoa, “Semoga uang yang dapat membahayakan kesehatan saya ini dapat bermanfaat bagi orang lain." Setelah uang dimasukkan, berdoalah agar uang tersebut dapat meringankan beban orang lain. Janganlah lukai diri sendiri, bantulah orang yang menderita. Dengan demikian, Anda tak akan membeli makanan yang dapat merugikan kesehatan,” jelas sang dokter. Dokter harus membangun hubungan yang baik dengan pasien. Dokter disebut juga Tabib Agung karena mereka merawat pasien dengan penuh cinta kasih dan kebijaksanaan. Penyakit Nyonya Zhou telah sembuh dan ia tengah menjalani penurunan berat badan. Ada seorang anggota keluarga Nyonya Zhou yang membantunya. Cucu laki-lakinya bervegetarian sejak lahir. Ia dapat belajar bervegetarian dari cucunya. Lihat, inilah jalinan jodoh. Jalinan jodoh antar manusia sungguh luar biasa. Karena itu, saya sering berkata agar kalian senantiasa menjalin jodoh baik dengan orang lain. Jika kita menghadapi masalah dan bertemu dengan penyelamat hidup kita, maka masalah akan terselesaikan. Dokter adalah penyelamat bagi pasien. Dokter tak hanya menyembuhkan penyakit, namun juga memulihkan batin. Begitu juga dengan keluarga Nyonya Zhou. Cucunya adalah penyelamat baginya. Akhir kata, kehidupan sungguh menakjubkan. Saat orang lain membantu kita, kita juga harus membantu diri sendiri. Diterjemahkan oleh: Lena | |||