Suara Kasih: Misi Kesehatan RS Fuding

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Misi Kesehatan Rumah Sakit Fuding
     

Mengulas RS Fuding yang penuh budaya humanis
Memiliki etika dan keterampilan medis guna melindungi kehidupan 
Staf medis turut berpartisipasi dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi
RS Fuding adalah rumah sakit teladan

“Kita harus mendedikasikan diri pada profesi dan para pasien kita. Semangat ini lahir dari interaksi kita dengan para relawan Tzu Chi selama beberapa waktu ini. Karena itu, mengadakan seminar budaya humanis bagi para staf medis setiap tahun merupakan suatu keharusan. Saya berharap kalian semua  dapat sungguh-sungguh menghargai seminar yang berlangsung selama 2 hari ini. Saya juga berharap dari seminar 2 hari ini kalian dapat memperoleh banyak pelajaran,” kata seorang panitia seminar.

Para staf medis di RS Fuding, Tiongkok, sungguh mengagumkan. Hati mereka juga sangat dekat dengan hati saya. Meski berjarak sangat jauh dari saya, namun hati mereka sangat dekat dengan hati saya dan mereka menerapkan budaya humanis dengan penuh kesungguhan hati. Saya teringat pada tahun 2004 saat rumah sakit diresmikan, pihak rumah sakit menyediakan sebuah ruangan khusus untuk dipergunakan oleh insan Tzu Chi.

Bukankah hal ini sungguh menyentuh? Mulanya kita berpikir bahwa dengan selesainya pembangunan rumah sakit, maka selesai pula tugas kita di sana. Namun, tak diduga karena rasa terima kasih dan ingin membalas budi, pihak rumah sakit menyediakan sebuah ruangan untuk dipergunakan oleh insan Tzu Chi dan berharap para relawan dapat sering berkunjung ke rumah sakit tersebut. Mereka berharap insan Tzu Chi dapat sering berkunjung ke rumah sakit, juga mengimbau para staf medis agar sering berinteraksi dengan para insan Tzu Chi. Beberapa dari staf medis juga turut serta dalam baksos-baksos Tzu Chi, penyaluran bantuan musim dingin, berkunjung ke rumah pasien, dan lain-lain.

 

Melihat hal ini saya pun merasa bahwa rumah sakit ini sungguh memiliki semangat Tzu Chi,  terutama kepala rumah sakit tersebut. Kepala rumah sakit, dr. Ji, dan wakil kepala rumah sakit, dr. Li, sangat bersungguh hati dan aktif dalam berbagai kegiatan Tzu Chi. Mereka pernah berkunjung ke Griya Jing Si.

Kepala perawat, kepala bagian dari beberapa departemen, wakil wali kota Fuding, dan beberapa pejabat pemerintah setempat berkunjung ke Taiwan suatu kali. Mereka ingin lebih mengenal Tzu Chi dan memahami sistem manajemen RS Tzu Chi. Mereka mengingat semua yang telah dipelajari dan setibanya di Fuding, mereka pun menerapkannya.

Selama beberapa tahun ini kerja sama mereka dengan kita sangat baik. Warga Fuding sungguh penuh berkah. Banyak kasus Tzu Chi yang ditangani oleh RS Fuding. Tak peduli separah apa pun penyakit pasien, pihak rumah sakit selalu membantu dan memerhatikan pasien dengan sepenuh hati. Seluruh staf medis di rumah sakit tersebut melindungi kehidupan dengan penuh cinta kasih dan tanpa pamrih. Semangat ini harus diwariskan tak hanya kepada staf medis dalam rumah sakit, melainkan juga kepada para staf baru.

Beberapa sekolah medis mengirim para siswanya ke RS Fuding untuk mengikuti pelatihan dan seminar yang diadakan oleh insan Tzu Chi. Hal ini telah dijalankan sejak tahun 2004. Pihak rumah sakit berharap pelatihan dimulai dari pelajaran budaya humanis Tzu Chi. Hal ini sungguh menghangatkan hati. Sekolah-sekolah medis mengirim para siswanya ke RS Fuding agar mereka memiliki tekad yang tak tergoyahkan juga cinta kasih universal.

Kewajiban tenaga medis adalah melindungi kesehatan semua orang dan membebaskan mereka dari penyakitnya. Mereka harus memegang teguh prinsip ini dan senantiasa memiliki cinta kasih universal. Saya sungguh tersentuh melihat dedikasi para tenaga medis RS Fuding yang tak kalah baik dengan staf medis RS Tzu Chi di Taiwan. Melihat hal ini saya berpikir mungkin suatu hari nanti kita yang akan belajar dari mereka. Kehangatan yang mereka berikan, dedikasi, cinta kasih, serta sumbangsih mereka yang tanpa pamrih sungguh patut diteladani. Melihat hal ini saya sungguh merasa mereka berada sangat dekat dengan saya dan di dalam hati saya. Saya sungguh merasa tersentuh.

Lihatlah para dokter laki-laki. Mereka ingin merasakan bagaimana susahnya perempuan yang sedang hamil dan bagaimana seorang ibu hamil mengerjakan pekerjaan rumah. Dengan berjongkok mereka mengepel dan mengerjakan pekerjaan rumah. Dengan demikian, mereka pun dapat memahami betapa susahnya ibu yang sedang hamil. Mereka dapat merasakannya sendiri. Mereka juga belajar cara memperlakukan pasien dan tidak sombong akan profesinya. Mereka harus memandang pasien sebagai guru karena mereka dapat memperoleh pengetahuan medis darinya.

Mereka harus berterima kasih kepada para pasien karena penyakit dan penderitaannya membuat mereka berkesempatan untuk memperoleh pengetahuan medis. Mereka juga dapat belajar melakukan kebajikan dan berbakti kepada orang tua melalui interaksi dengan para pasien tersebut. Mereka sungguh telah memperolehnya.

Saya akan segera bekerja sebagai perawat. Saya akan menyebarkan cinta kasih Tzu Chi dan menjadi insan Tzu Chi seumur hidup. Saya akan belajar dengan sungguh-sungguh dan kelak akan berbakti kepada orang tua saya. Saya juga akan berusaha sekuat tenaga untuk menolong semua orang yang membutuhkan,” kata seorang perawat. Sungguh, etiket medis jauh lebih penting daripada keterampilan medis. Tentu saja, memiliki etiket medis dan keterampilan medis adalah yang paling baik. Namun, bila salah satu tak dapat dicapai, lebih baik kita memilih yang beretiket daripada yang hanya memiliki keterampilan medis saja. Intinya, jika seorang siswa medis memiliki etiket, maka ia akan terus belajar dengan penuh kesabaran dan kesungguhan hati sehingga suatu hari nanti ia pasti akan memiliki keterampilan medis yang baik. Namun, bila tak memiliki etiket medis, keterampilan medis yang tinggi malah akan membahayakan jiwa pasien. Jadi, tenaga medis harus memiliki cinta kasih serta welas asih Buddha dan Bodhisatwa. Para dokter dan perawat di RS Fuding sungguh memiliki hati Buddha dan Bodhisatwa.

Warga Fuding sungguh penuh berkah. Hal ini membuat orang tersentuh. Seminar budaya humanis medis di Fuding tahun ini diadakan pada tanggal 3 dan 4 Juli kemarin. Saya berterima kasih kepada relawan setempat yang membantu menyiapkan makanan dan beberapa hal lain. Yang lebih menyentuh adalah sebagian besar tugas dikerjakan sendiri oleh kepala bagian beberapa departemen.

Beberapa dari mereka terlibat langsung dalam seminar ini. Kontribusi mereka sungguh menghangatkan hati. Mereka menjalankan misi kesehatan dengan baik dan menjadi teladan. Saya mendengar bahwa beberapa sekolah medis mengirim siswanya untuk mendapatkan pelatihan di RS Fuding ini. Selama beberapa tahun ini staf medis RS Fuding senantiasa menyebarkan semangat Tzu Chi. Mereka mempraktikkan ajaran Tzu Chi dengan penuh kesungguhan seperti yang dilakukan di RS Tzu Chi di Taiwan.

Lihatlah, ini bukan pemandangan yang asing. Mereka terasa begitu dekat dengan kita. Saya sangat senang melihat hal ini. Saya sungguh berterima kasih kepada insan Tzu Chi di Taiwan maupun di luar negeri. Terima kasih banyak. Akhir kata, kita hendaknya senantiasa belajar dari orang-orang teladan yang ada di sekitar kita. Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi / Foto: Da Ai TV Taiwan

 
 

Artikel Terkait

Yuk Rasakan Sendiri Manfaat Eco Enzyme

Yuk Rasakan Sendiri Manfaat Eco Enzyme

26 Oktober 2020

Berawal dari ajakan untuk mengisi kekosongan waktu selama pandemi Covid-19, Irawaty Hendrawan, relawan Tzu Chi Tangerang kini berhasil mengajak komunitas RT di lingkungan rumahnya untuk ikut serta membuat Eco Enzyme

Menjadi Satu di Antara yang Tak Terhingga

Menjadi Satu di Antara yang Tak Terhingga

12 Maret 2018
Sebanyak 939 relawan komite dan calon komite yang berasal dari kantor-kantor Tzu Chi di berbagai provinsi di Indonesia bersama belajar mendalami visi misi Tzu Chi dan membina diri selama dua hari, 10 - 11 Maret 2018, di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK.
Sekolah Online Jadi Lancar Berkat Bantuan Tzu Chi

Sekolah Online Jadi Lancar Berkat Bantuan Tzu Chi

03 November 2020
Anak asuh Tzu Chi yang terkendala menjalani pembelajaran online dalam masa pandemi Covid-19 mendapat perhatian dari Tzu Chi. Atas inisiatif Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia, Franky O. Widjaja, Tzu Chi Indonesia memberikan 14 unit smartphone dan 2 unit laptop baru untuk Anak Asuh Tzu Chi di berbagai komunitas.
Bertambahnya satu orang baik di dalam masyarakat, akan menambah sebuah karma kebajikan di dunia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -