Suara Kasih: Pengetahuan dan Kebijaksanaan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

 

Mengembangkan Pengetahuan Menjadi Kebijaksanaan

 

Orang yang tidak mengenal huruf giat menyelami Dharma
Menyelami dan mempraktikkan Dharma
Hati anak-anak murni bagaikan kristal
Seluruh keluarga mengikuti pementasan bersama-sama

Melihat berbagai bencana yang terjadi di dunia, kita harus menyadari bahwa bumi sedang mengirim sinyal darurat. Karena itu, kita sungguh harus bertobat dan senantiasa mengintrospeksi diri. Hubungan antarmanusia yang selalu saling bersaing dan bertikai mengakibatkan masyarakat tak dapat hidup tenang dan empat unsur alam tak berjalan selaras. Ini semua bermula dari pikiran manusia yang tak selaras. Karenanya, kondisi iklim menjadi tak stabil. Untuk mengubah pikiran manusia, kita harus menyelami Dharma dan mempraktikkannya melalui tindakan nyata.

Selain itu, kita juga harus memahami Jalan Agung. Janganlah kita berkata, "Saya meyakini Dharma dan akan berikrar." "Saya ingin mempraktikkannya, hanya saja belum waktunya." Kita harus tahu bahwa ada dua hal yang tak bisa dihentikan, yakni waktu dan ketidakkekalan. Sungguh, hukum karma berlaku bagi setiap orang. Buah karma datang tanpa ada peringatan terlebih dulu. Kita harus tetap mengingat hukum karma dan ketidakkekalan. Kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan, mawas diri, dan sadar.

Kini kita harus memahami Jalan Agung. Kita harus meyakini, menerima, dan mempraktikkan semua prinsip kebenaran yang diajarkan oleh Buddha. Setelah meyakininya, kita harus berikrar dengan hati yang paling tulus. Tanpa hati yang tulus, maka ikrar kita akan sia-sia. Tidaklah cukup jika hanya mendengar dan berbagi Dharma dengan orang lain. Kita harus mempraktikkannya dengan tekad yang teguh. Dengan menyelami Dharma setulus hati, barulah kita dapat memperoleh kebijaksanaan seluas samudra.

Seorang relawan berkata, "Meski tidak mengenal huruf, saya tetap mengikuti kegiatan bedah buku. Saya memperoleh banyak manfaat dari kegiatan ini. Saya sungguh bersyukur karena ada relawan lain yang membantu saya. Saya sungguh berterima kasih. Master sering berkata, Asalkan ada tekad, maka akan ada jalan." Asalkan ada niat, maka akan ada orang yang membantu kita. Ia berkata bahwa mungkin pada kehidupan lampau ia terlalu egois sehingga pada kehidupan ini ia buta huruf. Ia sangat giat dan bersemangat. Meski buta huruf, tetapi ia belajar menulis sendiri. Tanpa bimbingan orang lain, ia belajar menulis namanya sendiri. Dari setiap kata di Sutra kita dapat melihat ke dalam hati untuk mengetahui apakah kita pernah melakukan kesalahan seperti yang tertulis di dalam Sutra dan bagaimana cara kita untuk bertobat. Untuk itu, kita harus menyelami Dharma.

Lihatlah Relawan Xu yang berusia lanjut membeli satu set buku Dharma Bagaikan Air. Salah satu relawan kita bertanya padanya, "Apakah Anda ingin memberikannya pada orang lain?" Ia menjawab, "Tidak, saya ingin menjadikannya sebagai pusaka. Selain itu, anak dan cucu saya juga bisa membacanya, saya dapat belajar bila ada orang yang membacakannya untuk saya." Ia belajar dengan bantuan orang lain. Ia tidak pernah absen dalam mengikuti kegiatan bedah buku. Ia sangat giat belajar. Sayangnya, ia tidak mengenal huruf. Ia juga bertobat atas karma buruk yang merintanginya untuk menerima pendidikan.

Pada masa sekarang ini, kita harus bisa membedakan yang benar dan yang salah. "Yang benar" adalah prinsip kebenaran yang harus kita pelajari dengan sungguh-sungguh. "Yang salah" adalah perilaku orang masa kini yang membawa kekacauan dalam masyarakat. Kehidupan masyarakat masa kini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan mereka. Pengetahuan mudah membuat kita berjalan menyimpang. Kita harus menyadari bahwa sekarang adalah zaman penuh kegelapan batin.

Lihatlah sebuah festival musik di Taiwan yang dihadiri oleh lebih dari 100.000 orang. Betapa banyak sampah yang mereka ciptakan di sana. Sungguh masyarakat yang penuh kegelapan batin. Hal ini karena mereka telah berjalan menyimpang. Saat seorang bhiksu memberikan ceramah, berapa banyak orang yang mendengarnya? Berapa banyak orang yang memahami prinsip kebenaran? Zaman penuh kegelapan batin ini sungguh mengkhawatirkan. Dahulu saya pernah berkata, "Saya merasa sedih karena orang-orang tak bisa membedakan yang benar dan yang salah." Pada zaman penuh kegelapan batin ini, kita memerlukan kebijaksanaan yang agung serta mengembangkan pengetahuan menjadi kebijaksanaan, menjalani hidup dengan pengetahuannya, seharusnya mereka hidup dengan kebijaksanaannya. Kebijaksanaan adalah hakikat sejati kita. Dengan mengembangkan pengetahuan menjadi kebijaksanaan, hakikat sejati kita akan bersinar.

Lihatlah anak kecil berusia 4 tahun yang penampilannya sebaik orang dewasa. Meski lagu tersebut sangat panjang, ia dapat memeragakan setiap gerakan dengan jelas. "Mengapa kamu begitu suka memeragakan isyarat tangan?" tanya seorang relawan. "Karena saya sangat mengasihi kakek Guru," jawab anak itu. Ada pula Zhan Chen. Ia ingin ikut neneknya untuk latihan bahasa isyarat tangan, tetapi neneknya berkata, "Tidak boleh." "Nanti orang lain akan merasa terganggu." Ia berkata, "Nenek sangat egois." "Nenek boleh latihan isyarat tangan, mengapa saya tidak boleh?" katanya.

"Malam itu setelah menyuruhnya tidur, saya menonton rekaman video untuk latihan bahasa isyarat tangan. Ia pun berbaring sambil menonton secara diam-diam. Saya tidak tahu bahwa ia bisa bahasa isyarat tangan. Ia belajar dari rekaman video, karena itu gerakannya terbalik dengan kita. Tetapi, ia mampu memeragakan isyarat tangan dengan jelas dari sebuah lagu yang panjang," kata sang nenek. Hari itu saat melihat pementasannya, saya sungguh merasa tersentuh. Bodhisatwa muda sekalian, apakah kalian bisa seperti anak kecil itu? Kalian harus bertekad luhur.

Pada kunjungan kemarin, saya melihat dr. Hsu di Rumah Sakit Tzu Chi di Dalin. Karena telah pindah ke Afrika Selatan sejak berusia 8 tahun, ia tidak mengerti bahasa Mandarin. Tetapi kali ini ia bertekad untuk berpartisipasi dalam pementasan. Istri dan anak-anaknya mengajarinya bahasa Mandarin. Lihatlah, mereka sangat bersungguh hati. Mereka mempraktikkan isyarat tangan dengan sukacita dan penuh kehangatan. Hati anak-anak yang sangat murni bagaikan kristal yang memantulkan cinta kasih tanpa noda. Inilah hati anak-anak yang sangat murni. Saya terus mengimbau kalian untuk melenyapkan noda batin. Tetapi, hati anak-anak itu masih belum ternoda oleh kegelapan batin. Hati mereka masih sangat murni dan jernih bagaikan kristal.

Singkat kata, saya sungguh bersyukur melihat kalian semua bertobat, bervegetarian, dan menyelami Dharma dengan sungguh-sungguh. Bila setiap orang mengubah kebiasaan buruk dan bertobat, maka kehidupan keluarga akan harmonis dan masyarakat akan hidup dengan damai. Inilah harapan saya. Saya sungguh merasa bersyukur. Kita harus berdoa bagi dunia semoga empat unsur alam dapat berjalan selaras.

 
 

Artikel Terkait

Menjaga Bumi Pertiwi

Menjaga Bumi Pertiwi

30 Oktober 2017

Sebanyak 63 relawan Tzu Chi Sinar Mas Xie Li Ketapang 1 melakukan penanaman bibit pohon bersama ratusan pelajar dan juga aparat pemerintahan Ketapang, Kalimantan Barat, (10/10).

Bersyukur Setiap Saat

Bersyukur Setiap Saat

30 Juli 2012 “Master selalu mengingatkan kita untuk bu bi jiao, bu ji jiao, yaitu tidak membanding-bandingkan dan tidak saling perhitungan. Karena dengan membanding-banding dan saling perhitungan ini hanya akan menimbulkan karma buruk ataupun kebencian,” ucap Hok Lay Shixiong.
Visi Misi Tzu Chi Sangat Berkesan

Visi Misi Tzu Chi Sangat Berkesan

15 Januari 2010
Dalam sharingnya, Hong Tjin menjelaskan tentang bantuan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng, Jakarta Barat. Bantuan ini diperuntukkan bagi warga yang tinggal di bantaran Kali Angke yang terkena normalisasi Kali Angke.
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -