Suara Kasih : Perhatian Usai Bencana

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Saling Memberi Perhatian
Setelah Terjadinya Bencana
     

Angin kencang dan hujan deras
berangsur-angsur meninggalkan Taiwan
Para guru dan siswa bersatu hati
membersihkan lingkungan sekolah
Saling memerhatikan
antarsaudara Se-Dharma dan tetangga
Menghormati langit dan bumi
demi menciptakan ketenteraman

 

.

 

“Saya meraba-raba dalam gelap. Ada air? Pipa air baru selesai diperbaiki tadi pagi karena patah tertiup angin,” ujar seorang warga usai Topan Fanapi menerjang Taiwan.

Kita harus tahu bahwa ketika hidup dengan aman, tenteram, dan tak kekurangan, kita harus bersyukur. Kehidupan yang aman dan damai tercipta berkat kontribusi banyak orang. Karena terpaan topan Fanapi beberapa hari lalu, banyak keluarga yang hidup tanpa listrik.

Di tengah angin dan hujan deras, perusahaan listrik mengerahkan banyak pekerja untuk memperbaiki aliran listrik. Mereka mengambil risiko dan menghadapi bahaya di tengah angin kencang serta hujan deras. ”Setelah memperbaiki aliran listrik di Yilan tadi pagi, kami segera menuju ke sini dengan menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam. Semakin besar angin dan hujan, kami semakin harus keluar untuk segera memulihkan aliran listrik bagi masyarakat,” ujar seorang pekerja dari perusahaan listrik.

Ketika melihat tayangan tadi di televisi, saya berdoa dari lubuk hati terdalam semoga para pekerja dapat selamat dan aman, sekaligus memberi semangat untuk mereka. Keberanian yang mereka miliki sungguh patut dipuji dan dihargai. Dalam memberi pelayanan kepada masyarakat, mereka sangat bersukacita meski harus bekerja keras.

Kemarin setelah mengadakan pertemuan dengan para relawan, saya segera meninggalkan Griya Jing Si untuk melihat kondisi Institut Teknologi Tzu Chi. Ketika memasuki kampus tersebut, saya melihat kepala sekolah, para dosen, guru, staf administratif, dll. Semuanya basah kuyup. Saya sungguh tidak tega melihatnya. Saya pun berkata, “Kalian telah bekerja keras.” Mereka pun menjawab, ”Kami sangat penuh berkah.”

 

Insan Tzu Chi tak pernah mengeluh sulit, melainkan menganggapnya sebagai berkah.Saya sungguh bersyukur karenanya. Meski topan kali ini cukup kuat, namun tiada kerusakan pada bangunan dan tiada korban luka-luka. Selain beberapa pohon yang tumbang, topan tersebut tak mengakibatkan kerusakan yang parah. Karena itu, semua orang di Institut Tzu Chi sangat bersyukur dan merasa penuh berkah.

Saya sungguh tersentuh melihatnya. Setelah itu, saya pun berkunjung ke Sekolah Menengah dan Sekolah Dasar Tzu Chi. Di sana saya melihat para siswa tengah membersihkan lingkungan sekolah mereka. Melihat kaum muda masa kini yang berkelakuan baik, rajin, dan menganggap sekolah bagai rumah sendiri, saya sungguh merasa terhibur. Saya juga mendengar anak-anak kecil memanggil “Kakek Guru” dari kejauhan dengan suara yang keras dan jelas. Saya pun berjalan mendekati mereka dan melihat sekelompok anak kecil tersebut tengah membersihkan lantai dengan sungguh-sungguh. Beberapa dari mereka memakai sarung tangan. Salah satu dari mereka berkata, “Meski sarung tangan ini kotor, namun ia adalah sarung tangan yang penuh berkah.”

Saya pun bertanya, “Mengapa sarung tangan ini penuh berkah?” Ia menjelaskan, “Karena dengan memakai sarung tangan, kami dapat membersihkan lingkungan dan mengumpulkan sampah.” “Sarung tangan yang kotor dapat menciptakan kehidupan yang bahagia.” Lihatlah betapa polos dan murninya anak kecil, namun apa yang dikatakannya adalah benar. Tanpa uluran tangan setiap orang, apakah lingkungan dapat bersih? Jadi, di Hualien, selain tumbangnya pohon dan tiang listrik, semua orang aman dan selamat. Terdapat pula beberapa rumah yang dibangun dari lembaran besi mengalami kerusakan. Saya telah mengusulkan kepada para relawan untuk segera meninjau dan bantu memperbaikinya jika diperlukan.

Kemarin, setelah kembali ke Griya Jing Si, saya mengadakan konferensi video dengan para relawan di Pingdong dan Kaohsiung. Saya sungguh berterima kasih kepada para insan Tzu Chi di Pingdong dan Kaohsiung yang telah membuka 12 titik Pusat Koordinasi Antisipasi Topan di seluruh Taiwan sejak tanggal 18 lalu. Pagi hari kemarin, mereka melaporkan bahwa sebagian besar wilayah tetap aman, namun Tainan mengalami kerusakan ringan, sedangkan Pingdong dan Kaohsiung mengalami kerusakan parah. Namun, kali ini kita lebih beruntung, meski ketinggian air banjir telah mencapai lantai dua, namun air banjir tersebut tak membawa lumpur, tidak seperti Topan Morakot tahun lalu. Karena itu, meski airnya sangat tinggi, namun setelah surut kita tinggal membersihkannya dan segala hal akan kembali normal.

Saya juga sangat tersentuh oleh para polisi, anggota pemadam kebakaran, tim penjaga pantai, dan lain-lain. Sebelum topan datang, mereka telah mengerahkan lebih dari 20.000 orang ke wilayah pegunungan, pedesaan, dan dataran rendah lainnya untuk menasihati dan membantu para warga yang tinggal di lokasi rentan atau mereka yang memiliki keterbatasan fisik maupun sakit ke tempat yang lebih aman.

 

 

Hati saya sungguh tenang melihatnya. Ketika tiba di tempat pengungsian, insan Tzu Chi segera menyiapkan tempat tidur dan kebutuhan lainnya, serta memberikan dukungan agar hati mereka dapat tenang. Insan Tzu Chi juga mempersiapkan makanan hangat bagi para korban bencana topan. Kemarin, insan Tzu Chi di Tainan, Pingdong, dan Kaohsiung mengantarkan makanan ke daerah banjir. Makanan tersebut masih hangat ketika sampai di tangan para korban bencana.

.

 

Mereka pun sangat tersentuh. Kemarin saya pun meminta para relawan untuk memerhatikan saudara se-Dharma yang lain. Sesungguhnya, banyak rumah insan Tzu Chi yang juga tergenang banjir. Saya berharap para relawan dapat saling memerhatikan dan mengimbau orang di sekeliling kita yang selamat dari bencana untuk turut memberi bantuan bagi para tetangga.

Ketika setiap orang membangkitkan cinta kasih dan bekerja sama, maka para korban bencana akan pulih lebih cepat. Di samping ke rumah-rumah warga, para insan Tzu Chi juga mengantarkan makanan ke sekolah yang juga tergenang banjir agar para siswa dapat tenang dan tak khawatir.

Saya sungguh bersyukur melihat semua orang selamat. Lihatlah Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. Kompleks perumahan yang kita bangun bagi para warga korban Topan Morakot tetap aman pada topan kali ini. Setiap keluarga di sana selamat. Hal ini sungguh membuat saya terhibur. Topan ini telah meninggalkan Taiwan dan menuju daratan Tiongkok, namun kekuatannya telah melemah. Meski demikian, saya mendengar bahwa curah hujan akan tetap tinggi. Karena itu, kita harus berdoa dengan tulus semoga air hujan kali ini tak membawa bencana dan semua orang dapat melewati hari-hari dengan selamat.

Intinya, banyak rasa syukur yang tak habis saya ungkapkan. Berada dalam kondisi aman adalah berkah. Terima kasih, semuanya. Kita harus menyadari besarnya kekuatan alam. Kita semua sungguh harus melatih diri, menjaga pikiran, menghormati langit, mengasihi bumi, dan lebih banyak menghimpun berkah. Diterjemahkan oleh: Lena

 

Artikel Terkait

Mendidik Anak Berkarakter Zaman Now

Mendidik Anak Berkarakter Zaman Now

26 Maret 2018

Mengangkat topik "Mendidik Anak Berkarakter Zaman Now",  seminar parenting yang digelar Tzu Chi Medan, dihadiri sekitar 144 orang tua murid Kelas Bimbingan Budi Pekerti. Seminar ini mengundang narasumber dari Jakarta, Melly Kiong, seorang penulis dan pakar praktisi Parenting Menata Keluarga. 

Suara Kasih: Melepaskan Rasa Dendam

Suara Kasih: Melepaskan Rasa Dendam

05 April 2011 Setiap orang harus mencurahkan cinta kasih dan bersumbangsih dengan hati penuh welas asih. Pada saat mempraktikkan hal ini, kita jangan lupa untuk bertobat karena segala bencana yang terjadi di dunia merupakan buah karma kolektif semua makhluk.
Menyalurkan Cinta Kasih dalam Sekarung Beras

Menyalurkan Cinta Kasih dalam Sekarung Beras

19 Agustus 2022

Tzu Chi Batam dipercaya oleh PT. Shimano Batam untuk mendistribusi beras cinta kasih ke warga yang membutuhkan. Total ada 700 karung beras @ 10 Kg yang dibagikan relawan kepada 700 warga Kelurahan Duriangkang, Kota Batam.

Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -