Suara Kasih: Permata Bagi Umat Manusia

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

Menjadi Permata Bagi Umat Manusia

 

Berpegang teguh pada tekad untuk membebaskan penderitaan sesama
Melindungi semua makhluk dengan segenap tenaga
Giat mempraktikkan ajaran Jing Si dan menapaki jalan kebenaran
Menjalankan Mazhab Tzu Chi di tengah masyarakat

Sekarang di Zimbabwe terdapat banyak sekali Bodhisatwa dunia. “Saya akan membawa semua yang saya pelajari selama 5 hari ini ke Zimbabwe. Saya berharap dapat menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia,” ucap relawan Zimbabwe. Insan Tzu Chi memiliki hati seluas jagat raya dan menganggap semua orang di dunia bagai keluarga sendiri. Sungguh indah. Jika semua orang di dunia dapat bersumbangsih seperti insan Tzu Chi, maka meski hidup di tengah kondisi minim, kehidupan mereka tetap akan sangat indah. Ini karena mereka membuka hati dan memperkaya spiritual untuk merangkul semua makhluk.

Lihatlah Zimbabwe. Selain merasa tersentuh, saya juga teringat masa lalu. Pada tahun 2007, Stephen Huang beserta beberapa insan Tzu Chi berangkat ke Zimbabwe untuk memahami kehidupan warga setempat. Karena kenaikan harga barang, dolar Zimbabwe pun mengalami depresiasi. Harga sepotong roti mengalami kenaikan dari ratusan ribu menjadi jutaan dolar. Meski harganya sangat mahal, namun pasokan bahan pangannya sangat terbatas. Perekonomian pada tahun itu sangat parah. Meski memiliki uang, mereka belum tentu bisa mendapatkan roti. ”Saya telah berada di Zimbabwe selama 14 tahun. Persediaan pangan di sini sangat terbatas. Di permukiman kumuh, lebih dari sebulan ini, banyak orang yang hanya makan satu kali dalam waktu 3 hari. Makanan yang mereka konsumsi tidak seperti makanan kita pada umumnya. Mereka mungkin hanya mengonsumsi akar tanaman, kulit pohon, atau segala makanan untuk mengatasi rasa lapar,” tutur seorang relawan.

 

Kehidupan di Zimbabwe sungguh menderita. Selama beberapa tahun ini, pengusaha Taiwan yang bertahan di sana tidaklah banyak. Kini hanya tersisa 2 orang. Kedua pengusaha itu sangat mendedikasikan diri. Terlebih lagi, Relawan Jin Cai. Pada tahun 1995, ia beserta istrinya berimigrasi ke Zimbabwe dan membuka pabrik pakaian di sana. Meski pernah dirampok, namun ia tetap bersikeras untuk menetap di sana. Pada tahun 2008 lalu, ia menyaksikan Da Ai TV dan mendengar bahwa Tzu Chi akan menyalurkan bantuan ke Zimbabwe. Saat mendengar kabar itu, ia merasa sangat gembira dan berinisiatif menghubungi insan Tzu Chi.

 

Kemudian, ia mulai berpartisipasi dan bertekad untuk memerhatikan warga kurang mampu di Zimbabwe. Sejak tahun 2008 hingga kini, selama kurun waktu 3 tahun ini, mereka telah menyalurkan bantuan berskala besar sebanyak lebih dari 50 kali.

”Tzu Chi bermakna sama seperti Amitabha. Amitabha sama seperti Haleluya. Apa itu Amitabha? Amitabha adalah sinar matahari, air, dan cinta kasih. Karena dipenuhi cinta kasih, hari ini kami datang ke sini. Kami berterima kasih kepada kalian. Karena adanya kalian, kami berkesempatan untuk bersumbangsih. Terima kasih,” ucap relawan Zhu. Relawan Zhu sungguh memerhatikan warga setempat dengan penuh cinta kasih. Karena kepala warga setempat ditumbuhi kudis maupun kutu, relawan Zhu bertekad untuk membantu warga setempat mencukur rambut serta menyemprot desinfektan. Ia sungguh bersumbangsih bagai Bodhisatwa Ksitigarbha yang berikrar, “Jika bukan aku yang menolong makhluk di neraka, lalu siapa lagi?” Yang lebih membuat orang tersentuh adalah melihat relawan setempat menghimpun tetes demi tetes donasi tanpa meminta bantuan dari Taiwan. Satu-satunya bantuan yang mereka terima adalah tepung jagung dari Afrika Selatan.

Saya juga berterima kasih kepada insan Tzu Chi di Afrika Selatan yang telah membimbing relawan setempat dan menyalurkan bantuan ke Zimbabwe. Jarak antara Zimbabwe dan Afrika Selatan adalah sekitar 1.000 kilometer. Setiap ada kelas pelatihan di Johannesburg atau di Durban, relawan Tzu selalu turut hadir. ”Karena insan Tzu Chi di Zimbabwe sangat sedikit dan kondisi di sana tidak stabil, saya datang ke sini untuk mengikuti pelatihan. Sesungguhnya, saya banyak belajar dari mereka. Saya akan lebih berpegang teguh pada tekad. Saya sungguh merasa tersentuh melihat keteguhan tekadnya,” tutur relawan Zhu. Karena belum dilantik, ia mengenakan seragam biru yang tidak berlogo Tzu Chi, sedangkan seorang relawan yang lain dan istri relawan Zhu mengenakan seragam abu-abu. Mereka sangat mematuhi peraturan Tzu Chi.

 

Selain relawan Zhu, ada pula seorang pengusaha Taiwan lain yang bekerja untuk menginspirasi dan bersumbangsih bagi warga setempat. Kabarnya, ia telah menggalang 70 relawan untuk membantu kegiatan Tzu Chi. Sesungguhnya, ia dapat memilih tempat tinggal. Tuan Zhu pernah dirampok 3 kali. Namun, mengapa ia masih ingin tinggal di sana? Karena menggunakan sumber daya setempat, ia ingin membalas budi mereka dengan membantu orang yang membutuhkan. Ia mengesampingkan keselamatannya untuk menolong orang yang membutuhkan bantuan.

 

Bukankah ini adalah semangat Bodhisatwa Ksitigarbha? Siapa yang mampu melakukannya? Saya sungguh tersentuh melihatnya.Selain itu, mereka juga sering mencurahkan perhatian di panti jompo. Mereka juga sering mengunjungi panti asuhan. Dengan jumlah relawan yang sedikit, mereka harus membimbing banyak warga di sana.

Mereka adalah pengusaha Taiwan di Zimbabwe yang memerhatikan warga setempat. Mereka sungguh luar biasa. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Insan Tzu Chi bagaikan matahari musim semi pada musim dingin. Mereka adalah permata bagi umat manusia dan penyelamat bagi kaum papa. Lihatlah, kehidupan mereka sungguh bermakna. Mereka adalah Bodhisatwa dunia yang memiliki ikrar Bodhisatwa Ksitigarbha. Saya sangat kagum melihat kegigihan mereka dalam mempraktikkan ajaran Jing Si dan menjalankan mazhab Tzu Chi di tengah masyarakat. Saya sungguh menghargai mereka. Mereka adalah benih-benih di Zimbabwe yang menginspirasi warga setempat untuk turut bersumbangsih. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya.

Baiklah, banyak sekali kisah yang menyentuh. Saya berharap kalian dapat lebih banyak melihat dan memahami sejarah Tzu Chi. Meski berada di Taiwan, kita harus melihat bagaimana insan Tzu Chi di seluruh dunia bersumbangsih bagi orang yang menderita, berapa banyak orang yang berikrar luhur, dan memiliki tekad yang teguh dalam melatih diri. Kita harus lebih banyak belajar dari insan Tzu Chi di seluruh dunia. Saya berterima kasih kepada semua murid saya di Afrika Selatan dan seluruh insan Tzu Chi. Saya sangat kagum dan tersentuh melihat semangat mereka. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 

 


Artikel Terkait

Mengedukasi Anak untuk Peduli Lingkungan

Mengedukasi Anak untuk Peduli Lingkungan

17 Oktober 2018
Relawan dari Tzu Chi Sinar Mas, Xie Li Downstream Lampung memberikan penyuluhan untuk peduli dengan lingkungan kepada anak-anak PAUD SIP Bahari dan TK Tunas Bangsa yang berada di Desa Rangai Tri Tungga, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan. 
Waisak yang Menginspirasi

Waisak yang Menginspirasi

09 Mei 2011
Perayaan Waisak di Tzu Chi memang jatuh setiap minggu kedua di bulan Mei. Pada hari itu selain merayakan Waisak relawan juga memperingati Hari Tzu Chi Sedunia dan Hari Ibu Internasional. Kurang lebih 4.000 peserta hadir dari berbagai kalangan di Aula Jing Si PIK, Jakarta Utara pada Minggu, 8 Mei 2011.
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -