Suara Kasih: Pulau Cinta Kasih

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
.
 

Judul Asli:

 

Pulau Cinta Kasih Dipenuhi Insan Berhati Mulia

      

Pulau cinta kasih dipenuhi insan berhati mulia
Seorang pria tidak tergiur oleh sekantong uang yang ditemukannya
Seorang lansia di Inggris mendonorkan ginjal
Menjalankan profesi dengan penuh semangat misi

Taiwan tidak memiliki harta berharga selain cinta kasih dan kebajikan warganya. Dari tayangan tadi, kita dapat melihat banyak orang yang membantu sesama. Meskipun hanya rakyat jelata, mereka juga bersumbangsih tanpa pamrih demi menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan tenteram. Saya sering mengimbau kalian untuk memanfaatkan setiap detik yang ada. Kita sungguh harus  memanfaatkan waktu untuk terus menciptakan berkah bagi dunia. Ada orang berpikir bahwa mereka baru akan menciptakan berkah setelah kehidupan mereka lebih baik. Apakah yang dimaksud dengan berkah? Apakah memiliki banyak uang  dan jabatan yang tinggi  baru disebut memiliki berkah? Tidak. Berbahagia setiap hari adalah berkah. Apakah hal yang paling membahagiakan? Berbuat baik adalah hal yang paling membahagiakan. Orang yang bisa menolong sesama adalah orang yang paling bahagia.

Kini kita dapat melihat di Taiwan terdapat banyak relawan. Selain banyaknya warga masyarakat yang bersedia membangun ikrar luhur, di dunia Tzu Chi juga terdapat banyak relawan yang terjun ke tengah komunitas untuk membimbing sesama dengan penuh kesungguhan hati. Sesungguhnya, di antara mereka ada orang yang kehidupannya tidak begitu berada. Pendapatan mereka juga tidak tinggi. Kita dapat melihat Tuan Lin yang bekerja di Stasiun Kereta Api Hualien. Pekerjaannya sangat sederhana, yaitu membersihkan setiap gerbong kereta. Setelah para penumpang turun dari kereta, dia pun mulai membersihkan setiap gerbong kereta. Suatu hari, dia menemukan sekantong uang yang berisi 300.000 dolar NT (± Rp90 juta). Akan tetapi, dia tidak tergiur oleh uang tersebut. Setelah memungut kantong tersebut, dia segera membawanya ke pusat informasi. Dia tidak tamak, sangat baik hati, dan bisa menempatkan diri di posisi orang lain.

"Kira-kira di sudut inilah saya menemukan uang tunai itu. Saya merasa sangat panik dan segera mengantarkannya ke kantor. Dahulu saya juga pernah kehilangan uang. Saat itu, saya juga merasa sangat panik," cerita Tuan Lin. Uang 300.000 dolar NT itu sama dengan pendapatannya selama satu tahun. Dia tidak tamak sedikit pun. Dia adalah orang yang mengagumkan. Selain itu, di Nantou, ada seorang insan Tzu Chi yang bernama Qiu Biduan. Pekerjaannya adalah memerhatikan para lansia. Dia merasa dengan adanya gaji tersebut Dia bisa menafkahi dirinya dengan pendapatan dari pekerjaan itu. Sebagai insan Tzu Chi, dia selalu menggunakan hati Bodhisatwa untuk memerhatikan para lansia. Jadi, dia memperoleh dua manfaat dari pekerjaannya.

Dia melakukannya dengan segenap hati. Meskipun kehidupannya tidak begitu berada dan harus mencari nafkah sendiri, dia tidak menganggap pekerjaannya hanya sebagai suatu profesi, melainkan sebagai misi. Selain memerhatikan dan membantu membersihkan rumah lansia agar para lansia bisa tinggal dengan nyaman, dia juga melakukan daur ulang. Dia selalu memanfaatkan waktu dengan baik dan tidak menyia-nyiakannya begitu saja.

Ada pula seorang guru di Kaohsiung yang bernama Chen Jing-an. Meski usianya masih muda, dia bisa memahami penderitaan di dunia karena dia sendiri berasal dari  keluarga dengan orang tua tunggal. Ibunya membesarkannya dengan susah payah.  Dia bertekad untuk menolong orang lain. Dia menjadi guru di sebuah pusat bimbingan dan selalu berbagi Kata Perenungan Jing Si  dengan para siswanya. Pendidikan anak-anak tidak hanya terletak pada pengetahuan di buku pelajaran. Dia ingin anak-anak memiliki niat baik dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dia juga mendonasikan tiga per empat pendapatannya setiap tahun  serta giat mensosialisasikan semangat Tzu Chi, yakni pola makan 80 persen kenyang  dan menyisihkan 20 persennya  untuk membantu orang lain. Dia berharap para muridnya bisa turut berpartisipasi. Inilah cara dia mempraktikkan semangat misi dalam menjalankan profesinya.

“Dari para pembaca, kami memperoleh sedikit uang. Mungkin pendapatan ini diperoleh dengan susah payah, tetapi saya merasa kami tidak memerlukan begitu banyak uang. Jadi, lebih baik saya mendonasikannya untuk menciptakan siklus yang lebih baik.”

Dua orang ini telah mempraktikkan semangat misi saat menjalankan profesi mereka. Ini sungguh tidak mudah. Dalam kehidupan di dunia ini, bagaimana cara kita bersumbangsih bagi sesama? Sebagian orang memiliki kehidupan yang sangat nyaman. Mereka bersumbangsih dengan penuh rasa syukur karena mereka sangat berterima kasih bisa terlahir dalam kehidupan yang penuh berkah, tenteram, dan penuh kenikmatan. Jadi, di tengah ketenteraman dan kenikmatan yang dimiliki, mereka meluangkan waktu untuk bersumbangsih bagi sesama. Demikianlah yang dilakukan oleh beberapa lansia.

Lihatlah seorang lansia di Inggris yang berusia 83 tahun. Dia mendonorkan ginjalnya untuk menolong orang lain. Dia telah pensiun dan istrinya juga sudah meninggal dunia. Dia hidup seorang diri. Dia merasa bahwa dia harus memanfaatkan waktu untuk mengungkapkan rasa syukurnya atas kehidupannya yang tenang selama ini. Karena itu, saat mendengar  banyak orang yang membutuhkan  ginjal, dia pun memberanikan diri dan meminta dokter untuk memeriksa ginjalnya apakah bisa didonorkan atau tidak. Sungguh di luar dugaan, hasil tes menunjukkan bahwa ginjalnya masih berfungsi bagai orang yang berusia 40-an tahun. Jadi, dia pun mendonorkan ginjalnya untuk menolong orang lain.

Setelah mendonorkan ginjal, dia masih sangat sehat. Setiap hari, dia sangat aktif menjadi relawan. Lihatlah, kehidupan manusia bisa begitu bahagia. Ini semua bergantung pada sebersit niat.

Sekelompok orang ini bisa memahami penderitaan di dunia. Jadi, mereka mengetahui penyebab penderitaan dan bisa memanfaatkan jalinan jodoh yang baik untuk bersumbangsih bagi orang lain dan menciptakan kebahagiaan. Batin mereka sangat damai dan bebas dari kerisauan. Karenanya, mereka bisa menemukan keselarasan dalam hidup. Batin mereka tidak bergejolak dan sangat tenang. Dengan demikian, arah hidup mereka selalu di jalan yang benar.

Singkat kata, kehidupan manusia mengandung prinsip kebenaran yang luas dan dalam. Prinsip kebenaran yang luas dan dalam ini bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Asalkan kita  bersedia, prinsip kebenaran itu sangat mudah untuk dipraktikkan dalam keseharian. Baik orang tua maupun anak muda, semuanya harus membangkitkan niat baik.

Meski Taiwan adalah pulau yang kecil, namun ia memiliki harta yang sangat berharga, yakni cinta kasih dan kebajikan para warganya. Dalam mensosialisasikan pentingnya berbakti, meski bukan terhadap orang tua sendiri, kita juga bisa menggunakan hati Bodhisatwa untuk berbakti kepada para lansia. Inilah yang tengah kita sosialisasikan. Singkat kata, saya sangat bersyukur melihat setiap orang dapat mempraktikkan Dharma lewat tindakan nyata. Dharma harus dipraktikkan  dalam kehidupan sehari-hari. Saya sungguh bahagia melihatnya. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 
 

Artikel Terkait

Cinta Kasih Melalui donor Darah

Cinta Kasih Melalui donor Darah

09 Desember 2014 “Petugas PMI sudah datang”, terdengar suara seorang relawan di depan pintu Sekolah Tzu Chi memberitahu  relawan yang sedang berada di dalam untuk segera membantu petugas PMI. Jam sudah menunjukkan pukul 9, kegiatan donor darah rutin diselenggarakan setiap 3 bulan sekali oleh Hu Ai PIK.
Hidup Sehat dengan Bervegetaris

Hidup Sehat dengan Bervegetaris

25 Oktober 2024

Master Cheng Yen menuturkan, tulus bervegetaris bisa menjadi cara untuk melestarikan Bumi dan meredam bencana alam. Sebagai upaya mendukung aksi tersebut, relawan Tzu Chi Medan mengadakan program makanan sehat vegetaris yaitu Vegan Enak Sembilan Hari.

Mengajar dengan Budaya Humanis

Mengajar dengan Budaya Humanis

14 Juli 2011
 Ia juga menerangkan agar para guru memiliki kasih sayang yang tulus kepada anak didiknya agar para orangtua merasa tidak khawatir menyerahkan anak-anaknya untuk dididik.
Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -