Suara Kasih: Satu Tahun Pasca Ketsana

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Program Bantuan Tzu Chi
bagi Korban Bencana
     

Mengadakan program bantuan Tzu Chi bagi korban bencana di Filipina
Menyadari makna kehidupan lewat praktik nyata
Mengadakan kelas pelatihan untuk menjadi relawan Tzu Chi
Tak bersikap egois dan memiliki cinta kasih universal

Tanggal 26 September tahun lalu, Topan Ketsana mendatangkan bencana banjir di Manila. Di samping bencana banjir, terjadi pula kebakaran akibat arus pendek. Pada saat itu, warga sungguh berada di tengah genangan air dan panasnya api.

“Saat genangan air makin tinggi, saya terus berdoa kepada Master agar melindungi kami dan jangan sampai gudang kami terbakar. Karena jika gudang terbakar, entah akan berdampak kepada berapa banyak tetangga dan warga kurang mampu di sekitarnya,” kata seorang relawan kita. Ia adalah istri dari Tuan Li, ketua pelaksana Tzu Chi di Filipina. Ia berkata bahwa ia sangat panik karena gudangnya penuh dengan barang kimia. Yang paling dikhawatirkannya bukanlah tingginya air yang menggenangi rumahnya maupun kerugian yang akan dideritanya, melainkan kobaran api dari gudangnya yang dapat menyebar ke berbagai daerah.

Ia sungguh berhati Bodhisattva. Meski rumah Tuan Li tergenang banjir, ia tetap menyalurkan bantuan tanpa memedulikan kondisi rumahnya sendiri. Sungguh parah. Delapan puluh persen Kota Manila terkena banjir. Sebagai insan Tzu Chi, kita berkewajiban untuk menyalurkan bantuan. Para insan Tzu Chi di Manila pun sangat antusias untuk membantu. Hal pertama yang harus mereka lakukan adalah mempersiapkan makanan dan minuman hangat bagi para korban bencana. Selanjutnya, mereka harus memahami kondisi para korban bencana dan melihat barang bantuan apa yang harus disalurkan. Jadi, mereka harus segera membeli dan mengemas barang bantuan.

Mereka sangat sibuk. Terlebih lagi, setelah air menyusut keesokan harinya, terlihat kerusakan yang sangat parah karena terdapat banyak sekali lumpur bahkan ada yang setinggi 1 lantai. Melihat kondisi seperti itu, warga tidak tahu harus dari mana memulai membersihkannya. Hal ini tak dapat dilakukan hanya oleh beberapa orang saja. Karena itu, saya menyarankan mereka untuk mengadakan program bantuan Tzu Chi. Tentu saja, kita menghadapi banyak rintangan saat mulai menjalankannya. Namun, asalkan ada niat, segala rintangan akan dapat teratasi.

Buddha berkata bahwa pikiran adalah pelopor segala sesuatu. Warga yang berpartisipasi, dari puluhan orang meningkat menjadi ratusan orang dan akhirnya mencapai lebih dari 8.000 orang. Mereka bersama-sama membersihkan Kota Manila. Kekuatan yang terhimpun sungguh besar. Setiap hari, jumlah orang yang berpartisipasi terus bertambah. Sikap para warga pun berubah. Mulanya, mereka turut berpartisipasi karena demi mendapatkan makanan hangat bagi keluarganya.

Namun, semakin akrab dengan para insan Tzu Chi, mereka semakin menyadari bahwa mampu berkontribusi adalah hal yang membanggakan. Hari demi hari, hati para warga semakin dekat dengan hati para insan Tzu Chi. Mereka mengetahui bahwa para insan Tzu Chi menjalankan program bantuan dengan penuh ketulusan. Mereka mengetahui bahwa para insan Tzu Chi mengasihi mereka dengan penuh welas asih dan ingin membimbing mereka keluar dari kehidupan yang tak berdaya menuju kehidupan yang penuh semangat. Meski badai topan mendatangkan penderitaan, namun kami merasa beruntung karena dapat mengenal Tzu Chi.

“Tzu Chi telah mengajarkan kami tentang makna kehidupan. Jadi, saya percaya bahwa hingga kini, para warga masih mengingat segala kontribusi insan Tzu Chi. Bohong jika bilang kami tidak lelah. Pekerjaan tersebut sungguh melelahkan. Banyak relawan menderita flu, termasuk saya sendiri. Namun, kami tetap bertahan untuk bekerja. Jika dikenang kembali, kedelapan belas hari tersebut merupakan hari-hari yang paling indah.,” kata salah seorang warga. Semakin banyak orang yang berpartisipasi, semakin besar pula hasil yang kita capai. Kini, banyak warga setempat yang telah menjadi relawan Tzu Chi.

Sejak program bantuan Tzu Chi dimulai, para insan Tzu Chi di Filipina sangat bersungguh hati dalam membimbing mereka. Selama setahun ini, mereka telah mengadakan 10 kali kelas pelatihan yang dihadiri oleh lebih dari 5.000 relawan. Lebih dari 300 orang telah lulus untuk menjadi relawan Tzu Chi dan ratusan relawan ini memiliki semangat Tzu Chi yang tinggi. Mereka telah mengubah kebiasaan buruk dan senantiasa menaati 10 sila Tzu Chi.

Mereka sangat bersemangat dan kini mereka yang menginspirasi orang lain. Di samping itu, selama setahun ini, pusat pengobatan gratis pun mulai memberikan pelatihan kepada sekelompok kaum muda. Beberapa dari mereka berhenti sekolah karena keterbatasan ekonomi. Salah satu anggota TIMA, dr. Zhang Li-zhen, sangat bersungguh hati. Ia menyarankan agar kaum muda setempat diajarkan beberapa keterampilan agar mereka dapat sungguh-sungguh keluar dari kehidupan yang serba minim. Karena itu, ia mengadakan kelas pelatihan yang memberi manfaat kepada para kaum muda, juga para dokter gigi.

“Melihat perkembangan mereka setiap hari, saya sungguh senang dan puas. Jika mereka memiliki pekerjaan, masalah dalam masyarakat pun akan berkurang. Kelas pelatihan ini sungguh bermanfaat. Ketika pertama kali datang ke sini, mereka banyak bertanya. Perlahan-lahan, senyuman yang cerah mulai terlihat di wajah mereka,” kata dokter tersebut.

 

 

Sementara seorang kaum muda mengatakan, “Sebelum ayah meninggal, ia berkata bahwa jika saya dapat belajar cara membuat gigi palsu, maka hal ini akan sangat bermanfaat bagi saya.” Kita tak hanya mengajarkan keterampilan kepada mereka, namun yang terpenting adalah membimbing mereka agar dapat menjadi teladan. Hal ini harus kita ajarkan.

 

Belakangan, pemerintah Filipina ingin mengubah sebuah permukiman ilegal menjadi kawasan bisnis. Warga setempat telah tinggal di sana selama hampir 20 tahun. Namun, tiba-tiba mereka harus pindah dan rumahnya dibongkar, ke manakah mereka harus pergi? Tidak tahu. Sesungguhnya, banyak pengusaha di Filipina yang mempekerjakan warga asing, bukan warga lokal. Mengapa demikian? Karena ini adalah sebuah kebiasaan. Namun, di Kota Marikina, insan Tzu Chi telah membimbing dan mengubah cara pandang semua orang. Beberapa hari lalu saya mendengar dari anggota TIMA Filipina yang berkata bahwa kini banyak pengusaha dan pabrik yang mencari pekerja yang pernah mengikuti kelas pelatihan dan program bantuan Tzu Chi.

Semua orang hendaknya memiliki nia baik, tak egois, dan bersumbangsih dengan penuh cinta kasih. Saya yakin dalam menghadapi masalah di masyarakat, asalkan kita tak bersikap egois, maka tak ada hal yang tak dapat diubah dan tak ada target yang tak dapat dicapai. Karena itu, kita semua harus percaya diri. Kita harus melenyapkan ego, memahami prinsip dasar, dan bersumbangsih bagi semua orang di dunia. Diterjemahkan oleh: Lena.

 
 

Artikel Terkait

Sosialisasi Tzu Chi di Tiga Kelurahan di Kota Bandung

Sosialisasi Tzu Chi di Tiga Kelurahan di Kota Bandung

11 November 2021

Relawan Tzu Chi Bandung melakukan sosialisasi tentang Tzu Chi kepada warga Kelurahan Warung Muncang, Kelurahan Cibuntu, dan Kelurahan Ciroyom di Kota Bandung, Jawa Barat pada 2 dan 4 November 2021.

Tekad Kuat untuk Bersumbangsih

Tekad Kuat untuk Bersumbangsih

09 Desember 2014 Kegiatan donor darah kembali diadakan oleh Tzu Chi Medan. Kegiatan yang diadakan secara berkala ini diharapkan dapat memperkenalkan Tzu Chi kepada masyarakat luas, selain itu juga semoga dapat membantu mereka yang membutuhkan.
Misi belum Selesai

Misi belum Selesai

08 September 2015

Membangun ikrar itu mudah, namun sulit untuk mempertahankannya. Untuk terus menjaga niat di hati, Minggu, 6 September 2015 sebanyak 111 relawan dari komunitas He Qi Utara mengikuti Training Abu Putih ke-4. 

Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -