Suara Kasih: Sejarah Bahasa Isyarat Tangan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

Asal Mula Pementasan Bahasa Isyarat Tangan Tzu Chi

 

Segala sesuatu bermula dari sebersit niat
Membabarkan Dharma melalui pementasan Sutra
Menjaga tubuh, ucapan, dan pikiran agar murni tanpa noda
Giat dan bersemangat dalam membimbing semua orang

"Selama 5 tahun ini, Master Cheng Yen terus berkata tiada waktu lagi. Mulanya, saya tidak mengerti dan berpikir, jika tiada waktu lagi, maka biarkan saja. Inilah kondisi bumi, kita tidak bisa mengubahnya. Tetapi, pada tahun lalu, Master berkata, "Kalian jangan terus membiarkan saya sendirian bagaikan seekor semut kecil yang menghadapi Gunung Sumeru yang besar. Pada saat itu, saya berpikir bahwa saya tidak akan membiarkan Master sendirian. Saya harus menggalang lebih banyak orang untuk menjalankan misi Tzu Chi bersama Master," kata seorang relawan.

"Pada ulang tahun Tzu Chi yang ke-45 ini, saya harus memberi sebuah hadiah besar kepada Master Cheng Yen, yakni mengajak semua murid Master untuk menyelami Dharma. Saya tidak mengenal banyak huruf. Saya berharap dapat berpartisipasi agar hidup saya tidak sia-sia. Saya ingin melakukan hal yang bermakna bagi Master. Master Cheng Yen berharap setiap orang dapat menyelami Dharma. Dengan demikian, barulah kita dapat menginspirasi lebih banyak orang. Saya menonton rekaman video, lalu latihan perlahan-lahan. Saya sungguh memiliki berkah. Dahulu saya adalah penjual daging babi, karena itu saya membunuh banyak hewan. Saya ingin mengundang semua "Bodhisatwa" itu untuk bersama-sama menyelami Dharma. Saya berharap pada kehidupan mendatang, mereka tak lagi terlahir sebagai babi, tetapi dapat mengikuti jejak langkah Master Cheng Yen seperti saya. Selama merawat suami saya yang sakit hingga ia meninggal dunia, ajaran Master selalu mendampingi saya melewati masa-masa sulit. Saya berharap mulai sekarang saya dapat mengikuti jejak langkah Master dengan hati yang murni. Untuk itu, terlebih dahulu saya harus bertobat. Lihatlah, setiap orang bekerja keras untuk menyelami Dharma dan bertobat sepenuh hati. Untuk membantu setiap orang menyerap Dharma ke dalam hati, kita memadukan irama, lagu yang indah, dan inti sari kitab suci agar mereka dapat melantunkan setiap lirik kitab suci dalam waktu yang singkat," kata seorang relawan.

Pembahasan Syair Pertobatan Air Samadhi yang memerlukan waktu sekitar 5 tahun kini telah diambil inti sarinya dan dipentaskan hanya dalam waktu sekitar 2 jam. Lirik sederhana yang dipentaskan dengan bahasa isyarat tangan dapat menarik perhatian penonton agar setelah melihat dan mendengarnya, mereka dapat menyerapnya ke dalam hati. Bila sudah mengenal iramanya, mereka akan mengetahui liriknya. Setiap lirik tersebut adalah ajaran yang mengingatkan mereka agar senantiasa berhati-hati. Karena itu, kita mementaskan bahasa isyarat. Sesungguhnya, bahasa isyarat Tzu Chi bermula dari sebuah jalinan jodoh. Pada bulan September 1981, saya berangkat ke Tainan untuk melakukan kunjungan kasih. Pada saat itu, saya yang mengunjungi para penerima bantuan Tzu Chi. Kami berangkat ke Gedung Chihkan di Tainan bukan untuk berekreasi, tetapi untuk mengunjungi penerima bantuan Tzu Chi, yakni sepasang ibu dan anak. Sang ibu telah berusia lanjut dan anaknya adalah tunarungu. Untuk mencari nafkah, sang ibu menjaga sepeda milik orang di bawah Gedung Chihkan. Bila ada orang naik sepeda ke sana, ia akan menjaganya dan menerima upah dari tamu.

Sesungguhnya, ia sudah sangat tua. Hari itu saat berkunjung ke sana, kami hanya melihat anaknya. Karena anaknya adalah tunarungu, ia tak dapat mendengar suara kami. Saya ingin bertanya ibunya pergi ke mana, tetapi tidak dapat menanyakannya. Saat masih muda, saya hanya tahu memperagakan "ayah" dan "ibu". Sisanya saya tidak tahu. Tetapi, saya harus bertanya ibunya ada di mana agar saya dapat mengetahui kondisi mereka sekarang. Saya tidak tahu harus bagaimana. Lalu, tetangganya berkata pada saya, "Master, ia tidak mengerti apa yang Anda katakan." Saya berkata bahwa saya mencari ibunya. Tetangganya pun memperagakannya.

Isyarat ini artinya "ke mana". Saya tidak tahu ini adalah bahasa mereka atau bahasa isyarat tangan. Kemudian, saya ingin bertanya, "Setiap bulan kami memberikan bantuan sebesar 3.000 dolar NT, apakah kalian menerimanya?" Tetangganya pun membantu saya memperagakannya. Inilah yang ia peragakan. Saya bertanya, "Apa artinya?" Ia menjawab, "Ini adalah satu bulan." Sejak itu, saya mulai berpikir mungkin banyak penerima bantuan Tzu Chi yang memiliki keterbatasan, karena itu kita juga harus mempelajari bahasa isyarat tangan. Setelah kunjungan itu, saya mulai mengimbau setiap orang agar belajar memperagakan isyarat tangan. Kemudian, saya juga merasa bahwa bila ada pengunjung dari luar negeri, kita juga dapat memeragakan bahasa isyarat tangan untuk berkomunikasi dengan mereka. Inilah budaya humanis Tzu Chi.

Hingga pada tahun 1989 saat Akademi Keperawatan Tzu Chi akan dibuka, kita menciptakan sebuah mars akademi yang indah. Usai lagu itu diciptakan, kita segera mengadakan latihan untuk mementaskannya dengan bahasa isyarat tangan. Apakah kalian masih ingat pada tahun 1991, saat akan menyalurkan bantuan ke Tiongkok, kita menciptakan sebuah lagu berjudul Cinta Kasih Tzu Chi di Miaoshan? Saat lagu itu dipentaskan dengan bahasa isyarat, meski tidak kata demi kata diperagakan, dan hanya diperagakan secara sederhana, namun tetap terlihat indah. Sejak saat itu, kita mulai melakukan pementasan Sutra.

Ci Yue sungguh orang yang berbakat. Pada saat itu, Tuan Kuo Meng Yung sering berkunjung ke Hualien. Saat berbicara dengan saya, ia selalu mencatat semua perkataan saya. Ia menulis perkataan saya, lalu menggubahnya menjadi sebuah lagu. Isyarat tangan pertama yang dipentaskan secara umum dimulai dari lagu "Cinta Kasih Tzu Chi Mengelilingi Dunia". Selain itu, ada pula 37 Faktor Pendukung Pencapaian Pencerahan, Sutra Bhaisajyaguru, dan lain-lain. Jumlahnya ada sekitar 8 adaptasi Sutra ataupun ajaran.

Melalui itu semua, para penonton dapat melihat pementasan sekaligus mendengar lagunya. Dengan membabarkan Dharma melalui lagu dan bahasa isyarat, berarti kita menyucikan tubuh, ucapan, dan pikiran. Dengan menyerap Dharma ke dalam hati, maka pikiran kita akan tersucikan. Saat menyanyikan lirik lagu, berarti kita tengah menyucikan ucapan. Dengan memperagakan bahasa isyarat, berarti kita telah menyucikan tubuh. Inilah cara kita menyucikan tubuh, ucapan, dan pikiran. Semoga enam indra tersucikan dan pikiran tak terpengaruh oleh kondisi luar.

Semoga dapat membuang segala keburukan yang ada dan mencegah keburukan yang belum timbul Bodhisatwa sekalian, kita harus lebih bersungguh hati dengan tubuh, ucapan, dan pikiran yang suci, kita dapat menciptakan Tanah Suci di dunia. Namun, bila sebaliknya, maka akan menciptakan neraka di dunia. Ini semua bergantung pada sebersit niat. Baiklah. Bodhisatwa sekalian, kita harus lebih giat dan bersemangat. Artinya, kita harus memusatkan pikiran dan melenyapkan semua noda batin. Setelah bebas dari noda batin dan berjalan di arah yang benar, kita harus segera melangkah maju. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.


Artikel Terkait

Pentingnya Kesadaran Kesehatan di Usia Lanjut

Pentingnya Kesadaran Kesehatan di Usia Lanjut

02 Februari 2016 Tzu Chi mengadakan baksos kesehatan degeneratif yang digelar di Sekolah Surya Dharma, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada 24 Januari 2016. Sebanyak 303 pasien datang memeriksakan kondisi kesehatan mereka. Selain pemeriksaan kesehatan, tim medis juga memberikan penyuluhan pentingnya kesadaran akan kesehatan.
Ayo Jaga Lingkungan Bersama

Ayo Jaga Lingkungan Bersama

29 Januari 2020
Guna memahami pentingnya pelestarian lingkungan, relawan Tzu Chi komunitas Hu Ai Medan Barat mengundang Johnny Chandrina, relawan Jakarta sekaligus Fungsionalis Pelestarian Lingkungan untuk membagikan kisah-kisah dalam melakukan pelestarian lingkungan kepada warga sekitar di Tanjung Pura, Sumatera Utara.
Menanamkan Rasa Simpati dan Empati Anak Sejak Dini

Menanamkan Rasa Simpati dan Empati Anak Sejak Dini

21 September 2022

“Menanamkan rasa kemanusiaan dalam diri anak sejak dini, sehingga mereka memiliki empati dan simpati terhadap sesama adalah salah satu tujuan adanya kelas budi pekerti,” ujar Lie Anne, selaku koordinator Kelas Budi Pekerti di He Qi Pusat.

Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -