Suara Kasih:Semua Orang Satu Keluarga
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News Judul Asli:
Insan Tzu Chi di luar negeri terus mengemban misi amal tanpa beristirahat | |||
Membungkukkan badan dan memberi hormat. Sungguh, jarak dari Afrika Selatan ke Taiwan sangat jauh. Masa penerbangan ditambah transit pesawat menghabiskan waktu 16 jam. “Saya duduk sampai kepala saya pusing. Kepala sangat pusing. Setelah kembali ke Afrika Selatan, kami akan giat belajar. Kami akan berbagi kebenaran Tzu Chi, kebajikan Tzu Chi, dan keindahan dari Tzu Chi dengan semua teman sekolah. Kelak, setelah tumbuh dewasa, kami akan menjadi insan Tzu Chi yang berguna bagi masyarakat untuk membalas budi Kakek Guru serta kasih sayang dari semua paman dan bibi Tzu Chi,” kata Mthobis Sithole, Siswi SD Tzu Chi Afrika Selatan. Kita dapat melihat anak dari Afrika Selatan. Sepuluh tahun lalu, mereka masih duduk di bangku SD. Kini, mereka sudah akan masuk perguruan tinggi. Salah satu di antara mereka berharap kelak bisa menjadi perawat. Inilah impiannya. Dia telah merencanakan tujuan hidupnya. Kita juga sangat mengharapkannya. Asalkan anak-anak memiliki arah hidup yang benar, kita sangat bersedia untuk mendampingi dan membina mereka sehingga kelak mereka bisa berkontribusi bagi dunia. Kita lebih berharap anak-anak bisa mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan. Selain mempelajari pengetahuan, kita juga berharap anak-anak bisa memperdalam kebijaksanaan. Jika hanya mempelajari pengetahuan, anak-anak mungkin akan menjadi pintar, tetapi mereka belum tentu baik hati. Ada sebuah ungkapan berbunyi, “Orang pintar malah bisa dicelakai oleh kepintarannya sendiri.” Sebaliknya, orang yang bijaksana tidak akan berjalan menyimpang karena mereka bisa melihat dengan jelas arah hidup yang benar. Mereka mengerti menyayangi diri sendiri dan memiliki tekad yang kokoh untuk mengasihi orang lain. Melihat kedua anak tersebut telah tumbuh besar, saya sungguh merasa gembira. | |||
| |||
Kita juga bisa melihat Kepala Dinas Kesehatan di Ratchaburi, Thailand, dr. Zou Wen Liang. Dia juga adalah insan Tzu Chi. Dia telah dilantik menjadi anggota Tzu Cheng. Beberapa tahun lalu, dia pernah kembali ke Taiwan. Saat itu, dia tidak memberi tahu identitasnya. Dengan rendah hati, dia menjadi relawan di RS Tzu Chi Hualien. Usai pelatihan relawan, dia tetap tinggal di Griya Jing Si untuk mendampingi saya. Hingga suatu hari, dia berkata kepada saya bahwa dia harus pulang lebih awal ke Thailand. Saat itu, saya baru tahu ternyata dia adalah Kepala Dinas Kesehatan di Ratchaburi. Sejak saat itu, dia sangat aktif dalam setiap kegiatan Tzu Chi. Setelah kembali ke Thailand, dia terjun ke RS setempat untuk menanamkan semangat budaya humanis dalam misi kesehatan Tzu Chi. Mereka sering mengadakan baksos kesehatan dan melakukan kunjungan kasih. Dua tahun lalu, mereka mendapati kasus Nenek Jin Hua. Tahun ini, sang nenek sudah berusia 80 tahun lebih. Sang nenek selalu hidup seorang diri. Kini sang nenek sudah berusia lanjut. Selama ini, sang nenek mencari nafkah dengan mengumpulkan barang daur ulang. Suatu kali, karena tidak berhati-hati, kaki sang nenek tertusuk paku dan lukanya terus bernanah. Berhubung dia menderita diabetes, maka kakinya itu terpaksa diamputasi. Kita bisa membayangkan betapa menderitanya kehidupan sang nenek yang sebatang kara. | |||
| |||
Saat melihat sang nenek tidak bersemangat, dia pun mengamati dengan cermat hingga akhirnya mengetahui bahwa nenek sedang flu. Selain memberikan obat, dia juga menghibur nenek. Yang lebih membuat saya tersentuh adalah melihat sang nenek tidak gembira, sekelompok mahasiswa ini berusaha untuk membuat nenek tertawa. Mereka mencium dan memeluk sang nenek agar nenek tertawa dengan gembira. Mengetahui bahwa sang nenek kehilangan daya penglihatan karena menderita katarak, insan Tzu Chi pun mengantarnya untuk berobat. Mereka membantu memandikan nenek sebelum mengantarnya ke RS. Berhubung para staf RS mengetahui maka mereka pun menjalankan operasi untuk sepasang mata sang nenek sekaligus. Mereka khawatir jika operasi dilakukan satu per satu, maka akan memerlukan waktu yang panjang. Karena itu, mereka memutuskan untuk melakukannya sekaligus. Insan Tzu Chi terus berada di sisi ranjang pasien untuk mengasihi dan menjaga sang nenek. Beberapa perawat di RS juga sangat memperhatikan, melindungi, dan menjaga nenek tersebut. Kini, sang nenek sudah bisa melihat kembali. Lihatlah, kehangatan cinta kasih ini telah menyebar hingga ke seluruh dunia. Inilah kekuatan cinta kasih. Jika bukan Bodhisattva, siapa lagi yang bisa melakukannya? Sungguh, dunia ini penuh dengan kehangatan dan cinta kasih. Inilah dunia Bodhisattva. Bodhisatwa dunia bekerja keras untuk memperindah masyarakat ini. Saya sangat tersentuh melihatnya. Kisah yang menyentuh sangatlah banyak. Tentu saja, insan Tzu Chi di Amerika Serikat juga sedang mensosialisasikan bulan bakti dan pola hidup vegetaris. Mereka juga sering berkunjung ke panti jompo. Semua ini sungguh penuh kehangatan. Di negara yang makmur, kita bisa melihat kehangatan cinta kasih. Di negara yang miskin juga demikian. Tak peduli di mana pun berada, kita bisa melihat sumbangsih Bodhisattva dunia. Dunia ini sangatlah indah. Baiklah, singkat kata, setiap hari terdapat banyak kisah yang menyentuh hati. Namun, melihat ketidakselarasan empat unsur, kita harus senantiasa mawas diri dan berhati tulus. Kita harus menjaga keselarasan pikiran dan merekrut lebih banyak Bodhisattva dunia. Semoga setiap orang bisa membangun ikrar luhur agar masyarakat kita bisa aman dan tenteram. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia ) | |||
Artikel Terkait
Peran Tzu Chi dalam Pelestarian lingkungan di Perkotaan
13 Januari 2017Dalam seminar dan lokakarya yang digelar Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) di Banjarmasin, 11-14 Januari 2017, Tzu Chi Indonesia berbagi pengalaman tentang perannya dalam pelestarian lingkungan di perkotaan. Sebagaimana faktanya, Jabodetabek merupakan salah satu penyumbang sampah terbesar di Indonesia.
Gempa Palu: Terus Memberikan Perhatian
08 Oktober 2018Memasuki hari kedelapan pascagempa yang mengguncang Palu, Sulawesi Tengah dan sekitarnya, relawan Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi melakukan survei di beberapa titik pengungsian untuk memastikan kondisi pengungsi dan kebutuhan apa saja yang dibutuhkan mereka.