Suara Kasih : Senantiasa Berbuat Bajik

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Membangkitkan Tekad 
untuk Senantiasa Berbuat Bajik
 

Cinta kasih memenuhi lokasi pameran
Membangkitkan tekad baik demi memberi manfaat bagi dunia
Baksos kesehatan di Haiti membebaskan warga dari penderitaan
Membina hubungan yang baik antara dokter dengan pasien

 

Dalam pementasan acara Pemberkahan Akhir Tahun ada adegan sebagai berikut:
“Halo, Kak Jin-hua!” kata seorang relawan.“Halo, Kak Mei-ying!” jawab Jin-hua. “Ada ladang berkah. Dalam memperingati ulang tahun yang ke-123, Jawatan Kereta Api Taipei akan mengadakan pameran yang bertema pelestarian lingkungan. Karena tahun ini adalah tahun ke-20 misi pelestarian lingkungan Tzu Chi, mereka mengundang kita untuk berpartisipasi. Namun saya pikir karena lokasi pameran terlalu luas, saya ingin mengajak relawan dari wilayah lain untuk bekerja sama dengan kita,” kata relawan yang bernama Mei-ying ini.

Kemudian Jin-hua menelepon relawan di komunitasnya, “Kakak, Kak Mei-ying dari wilayah Zhong Zhen mengajak kita untuk mengadakan pameran di stasiun kereta api. Bagaimana menurut Anda?”

Relawan itu menyahut, “Kedengarannya bagus, tetapi kita akan mengadakan acara doa bersama pada bulan 7 Imlek. Saya khawatir kita tak bisa karena waktunya bersamaan.”

Ketika Jin-hua mengabarkan keberatan dari relawan komunitasnya, Mei-ying menjawab sabar, “Kakak, pameran akan berlangsung dalam waktu yang lama dan setiap shift memerlukan relawan sebanyak 60 orang. Saya akan kesulitan mencari orang. Jika relawan dari enam wilayah bekerja sama, maka setiap wilayah hanya perlu bertugas selama 5 hari. Selain itu, kita dapat menyesuaikan waktu yang cocok bagi setiap relawan. Dengan begitu, pameran akan berlangsung dengan lancar.”

Melihat para relawan dari 6 wilayah bekerja sama untuk mengadakan pameran, saya sungguh tersentuh. Saya yakin selama masa pameran, setiap orang pasti kesulitan membagi waktu untuk bertugas pada shift-nya. Jadwal setiap orang sangat padat karena harus mengurus hal di rumah, kantor, sekaligus menjadi relawan. Selain itu, mereka juga harus meluangkan waktu untuk menjaga pameran di stasiun kereta api selama lebih dari 50 hari. Saya dapat melihat kesungguhan hati dan kerja keras kalian. Kalian sungguh memanfaatkan waktu yang ada. Selama masa pameran tersebut, kita telah banyak menjalin jodoh baik dengan orang-orang di seluruh dunia.

Selama pameran ini, selain dengan warga Taiwan, kita juga telah banyak menjalin jodoh baik dengan banyak wisatawan dari luar negeri. Tak peduli mereka mengenal Tzu Chi atau tidak, kita tetap mensosialisasikan pentingnya saling membantu dan melestarikan lingkungan. Saat pameran, kebetulan saya juga berada di Taipei. Saat melihat siaran berita Da Ai TV tentang pameran ini, saya sangat bersyukur dan terkesan. Saya sangat terkesan karena Tzu Chi dapat mengadakan pameran di stasiun kereta api Taipei yang luas dan tempat orang banyak berlalu-lalang.

Jika bukan karena kerja keras setiap orang yang penuh kesungguhan hati dan cinta kasih serta senantiasa bersumbangsih bagi masyarakat, orang lain (pihak stasiun kereta api –red) tak akan memberikan kesempatan kepada kita untuk mengadakan pameran. Jika kita tak memiliki niat yang tulus, mereka tidak akan menyediakan ruangan yang luas bagi kita. Jika tanpa kerja sama dari seluruh relawan, kita juga tak dapat menunjukkan hasil kerja dari para insan Tzu Chi di luar negeri maupun Taiwan.

Hari itu, saat tiba di lobi utama stasiun kereta api Taipei, saya sungguh terkesan dengan keindahan lokasi pameran. Sungguh, pameran ini merupakan wujud dari cinta kasih para relawan yang telah dicurahkan selama ini. Bila kita tak benar-benar melakukannya, maka akan sulit menginspirasi orang lain. Saya sungguh berterima kasih kepada kalian. Saat menerima tawaran untuk mengadakan pameran, kalian pasti merasa lelah meski hanya mendengarnya dan tidak tahu apa yang harus diperbuat, saya dapat memahami perasaan kalian. Meski demikian, lakukan sajalah! Setelah melakukannya, kini kita dapat mengenang kembali dan akan merasa bersyukur karena telah melakukannya dan membuahkan hasil yang sangat baik.

Kita telah meninggalkan jejak dan telah tercatat dalam kitab sejarah Tzu Chi. Jadi, beruntung kita telah melakukannya. Di dalam kitab sejarah Tzu Chi terdapat banyak kisah para relawan yang menghangatkan hati. Saya sering berbagi kisah yang satu ini. Saat insan Tzu Chi mengadakan baksos kesehatan di Haiti, dr.Liaw, spesialis pengobatan tradisional Tiongkok dari Amerika Serikat, turut berpartisipasi. Ia memberi pengobatan kepada seorang anak muda yang setiap hari merasakan sakit dan tidak bertenaga hingga tak dapat berjalan. Karena itu, dr.Liaw memberikan terapi akupunktur kepadanya sehari sekali.

Pada hari ketiga, anak muda tersebut tiba-tiba dapat berdiri dan berlari. Melihat hal itu, semua orang bertepuk tangan. Dokter Liaw sendiri pun tersentuh melihatnya. Pada konferensi TIMA tahun lalu, ia adalah salah satu partisipan. Saya berkata padanya, “Sungguh beruntung Anda turut berpartisipasi dalam baksos kesehatan di Haiti. Anda telah mengukir sejarah.” Ia pun menjawab, “Ya, jika tidak bergabung dengan Tzu Chi, saya juga tidak berkesempatan untuk pergi ke Haiti dan tidak berkesempatan untuk mengukir sejarah di Tzu Chi.”

Sungguh, kita harus memanfaatkan waktu yang ada. Begitu juga dengan pameran yang kalian adakan di stasiun kereta api Taipei. Meski hanya memikirkannya saja kita sudah merasa lelah, namun kita telah selesai melakukannya dan kegiatan ini telah tercatat dalam kitab sejarah Tzu Chi.

Hal yang terjadi kemarin merupakan sejarah. Apakah kemarin kita telah melakukan hal yang bermakna? Hal ini harus kita tanyakan pada diri sendiri. Jika kita menyesal karena kemarin tidak berbuat baik, maka daripada menyesal, lebih baik kita mengisi hari ini dengan perbuatan yang bermakna. Dengan memanfaatkan waktu yang ada, kita dapat mengukir sejarah. Jika kita dapat memanfaatkaan waktu untuk membangkitkan niat baik dan mempraktikkannya dalam tindakan nyata, maka hal ini akan menjadi bagian dari sejarah. Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

Kini kalian telah dilantik menjadi anggota komite Tzu Chi. Awalnya, kalian terlebih dahulu memahami dan menjadi calon komite. Setahun kemudian, kalian memutuskan untuk menjalani pelatihan. Kelas pelatihan ini jauh lebih padat daripada pelatihan sebelumnya karena kita harus mempelajari asal usul berdirinya Tzu Chi dan apa yang harus kita lakukan selanjutnya.

Sesungguhnya, ada orang bertanya kepada saya,  “Master, bagaimana cara Anda mengurus Tzu Chi?” “Mengapa insan Tzu Chi di seluruh dunia berbudi pekerti luhur dan sangat tertib? Bagaimana cara Anda membimbing mereka?” Saya akan menjawab, “Sila sebagai sistem dan cinta kasih sebagai manajemen.” Setiap insan Tzu Chi mampu mendisiplinkan diri sendiri dan menaati sila. Insan Tzu Chi harus menaati 10 Sila Tzu Chi. Selama masa pelatihan, kalian telah mempelajari pentingnya 10 Sila Tzu Chi. Bila melakukan kesalahan, kita harus segera mengubahnya. Kita harus menaati sila dalam kehidupan sehari-hari. Jika setiap orang menaati sila, maka pada saat berkumpul bersama, mereka akan bersikap tertib dan mudah diatur.

Yang terpenting adalah cinta kasih. Kita harus bersumbangsih dengan tulus, penuh cinta kasih, dan tanpa pamrih. Janganlah kita hanya mengasihi diri sendiri, melainkan juga orang-orang di seluruh dunia. Segala sesuatu yang terjadi di dunia adalah tanggung jawab setiap orang. Jadi, kita yang berada di Taiwan harus memerhatikan orang-orang di seluruh dunia. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Tidak Larut dalam Sedih

Tidak Larut dalam Sedih

12 November 2014

Kebakaran yang melanda RT 14/06, Kelurahan Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara pada Sabtu malam (8/11) memaksa 121 kepala keluarga mengungsi akibat rumahnya hangus dilalap si jago merah. Selain kerugian materil, kebakaran ini juga memakan korban jiwa.

DAAI TV Pecahkan Rekor Dunia MURI Basuh Kaki Ibu

DAAI TV Pecahkan Rekor Dunia MURI Basuh Kaki Ibu

16 Desember 2021

Prosesi basuh kaki virtual yang dilaksanakan DAAI TV mendapat apresiasi dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Jaya Suprana secara langsung menyerahkan anugerah MURI.

Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -