Suara Kasih: Sifat Hakiki Manusia
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News Judul Asli:
Merenung dan Mempraktikkan Dharma dalam Tindakan Sebersit niat buruk bisa mengakibatkan kita berjalan menyimpang dan jauh tersesat | |||
”Dia memikirkan berbagai cara untuk menggunakan narkoba. Kami sudah mengawasinya selama 24 jam, tetapi dia masih ada cara untuk mendapatkan narkoba. Kami menghabiskan ribuan NT dolar untuk membuat pintu besi agar dia tidak bisa keluar. Dia tidak bisa berhenti menggunakan narkoba meski kami sudah menghabiskan banyak uang untuk mengobatinya. Kami memikirkan segala cara untuk memasukkan dia ke pusat rehabilitasi. Kami tidak bisa membiarkannya begitu saja. Jika membiarkannya,berarti kami mencelakainya,” ucap orang tua Tuan Gao. Sifat hakiki manusia adalah bajik dan murni. Akan tetapi, akibat pengaruh lingkungan, manusia terus memupuk berbagai kebiasaan buruk sehingga kita semakin menjauh perlahan-lahan dari sifat hakiki ini. Akibat satu pemikiran menyimpang, manusia semakin jauh tersesat. Untuk membimbing mereka kembali ke arah yang benar adalah hal yang sangat sulit. Kita membutuhkan kekuatan dari banyak orang untuk menarik mereka kembali. Kita harus menciptakan lingkungan yang baik agar mereka bisa terus belajar. Dengan demikian, suatu hari nanti mereka bisa berubah. Tadi kita telah melihat Tuan Gao yang telah melanggar hukum sejak muda. Orang tuanya sungguh merasakan penderitaan yang tak terkira. Tuan Gao sudah menggunakan narkoba sejak berusia belasan tahun. Hal ini terus berlanjut hingga saat dia berusia 30-an tahun. Selama belasan tahun, akibat perbuatan Tuan Gao, seluruh keluarganya mengalami penderitaan yang tidak terkira. Berhubung dia selalu keluar masuk rumah tahanan, orang tuanya pun memutuskan untuk mengurungnya di rumah dengan menggunakan pintu besi. Akan tetapi, dia malah kabur lewat sebuah pintu kecil tempat mengantar makanan untuknya. Orang tuanya sungguh merasa tak berdaya. Beruntung, keluarganya tidak pernah menyerah terhadap dirinya. Setelah bertemu dengan Tzu Chi,dia pun mulai berubah. | |||
| |||
Setelah kehidupannya stabil, dia mulai mengikuti praktik lapangan dan pelatihan hingga akhirnya dilantik menjadi anggota komite. Kehidupannya masih penuh dengan harapan. Jika kita tidak menariknya kembali, bagaimana dia menemukan harapan hidupnya? Setelah kembali ke arah hidup yang benar, dia menjadi Bodhisatwa yang penuh dengan harapan serta bisa menolong banyak orang. Singkat kata, sebersit niat bisa mengubah kehidupan kita. Karena itu, kita harus terus menggalang Bodhisatwa dunia agar bisa menambah lingkungan yang baik di dunia dan di masyarakat. Dengan demikian, secara alami setiap orang di masyarakat tidak akan berjalan menyimpang dan memupuk kebiasaan buruk. Jika memupuk kebiasaan buruk, maka kita akan menjauh dari sifat hakiki kita yang bajik dan murni. Sifat hakiki semua manusia adalah sama, namun kebiasaan mereka berbeda-beda. Semua manusia memiliki sifat hakiki yang bajik. Hanya saja sebersit niat yang menyimpang membuat kita mengikuti contoh yang salah. Akibatnya, kita akan berjalan menyimpang dan jauh tersesat. Kita juga dapat melihat rutan di Taichung dengan lebih dari 5.000 narapidana. Pada awal Maret lalu, sebanyak 180 insan Tzu Chi pergi ke auditorium rumah tahanan itu. Insan Tzu Chi mementaskan sebuah drama musikal agar sekelompok narapidana itu bisa melihat kesalahan yang mereka perbuat dahulu. Insan Tzu Chi juga mementaskan sepenggal Syair Pertobatan Air Samadhi, berbagi dengan para narapidana mengenai hukum sebab akibat, serta mengajak mereka untuk berdoa bersama. Yang lebih membuat orang tersentuh adalah melihat kesungguhan hati dari wakil sipir. Dia sangat bersungguh hati. Dia mengizinkan para narapidana untuk berkumpul di auditorium. Bagi narapidana yang belum boleh datang ke auditorium, dia menggunakan konferensi video agar seluruh narapidana yang berjumlah lebih dari 5.000 orang itu bisa mendengar dan melihat acara itu. Dia sangat bersungguh hati. | |||
| |||
Drama itu menginspirasi para pecandu untuk berhenti menggunakan narkoba, mengubah kebiasaan buruk, dan lain-lain. Jadi, kali ini, selain mementaskan adaptasi Sutra, beberapa relawan Tzu Chi yang dahulu pernah melanggar hukum dan kini telah menjadi Bodhisatwa dunia juga turut keluar untuk berbagi tentang kisah mereka sendiri. Mereka saja bisa berubah, apakah tahanan yang masih menjalani hukuman tidak bisa berubah? Setelah mendengar kisah para relawan, banyak orang yang berintrospeksi dan bertobat. Setelah berkunjung ke rutan pria, setengah bulan kemudian, para insan Tzu Chi berkunjung ke rutan wanita. Insan Tzu Chi juga mementaskan drama musikal tentang korban kekerasan dalam keluarga yang akhirnya juga menjadi orang yang penuh kekerasan. Insan Tzu Chi mementaskan drama musikal itu agar para narapidana bisa melihat dan memahami bahwa hakikat, ciri, substansi, dan kekuatan alam adalah akibat dari karma yang kita ciptakan. Jadi, kini mereka tengah menerima buah karma dari perbuatan diri sendiri. Kelak mereka masih akan terlahir kembali di enam alam kehidupan tanpa bisa mengendalikannya. Jadi, menjalani hukuman pada kehidupan ini bukan berarti mereka telah terbebas dari hukum karma. Menjalani hukuman di rumah tahanan bukan berarti buah karma telah habis mereka terima. Sesungguhnya, karma yang mereka ciptakan akan terus mengikuti mereka hingga kehidupan berikutnya. Karena itu, kita harus terus membabarkan Dharma di dunia agar orang-orang yang berkesempatan mendengarnya bisa mengubah kebiasaan hidup mereka. Dengan demikian, mereka akan terbebas dari lingkaran hukum sebab akibat. Saya sungguh kagum dengan wakil sipir yang mengizinkan 180 insan Tzu Chi masuk ke dalam rumah tahanan. Dia juga menggunakan konferensi video agar di setiap ruang rumah tahanan semua orang bisa mendengar suara insan Tzu Chi. Hal ini sungguh tidak mudah. Kini banyak narapidana yang mengirim surat ke rumah mereka sendiri untuk mengungkapkan pertobatan dan penyesalan atas perbuatan mereka dahulu. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Semoga pertobatan mereka bertahan selamanya dan selalu penuh ketulusan. Semoga setelah keluar dari rumah tahanan, batin mereka bisa merasa damai dan mereka bisa menjadi Bodhisatwa yang bebas serta menyebarkan benih cinta kasih di berbagai tempat. Singkat kata, dalam kehidupan di dunia ini, kita harus menghargai dan memanfaatkan setiap detik untuk bersumbangsih. Diterjemahkan oleh Laurencia Lou. | |||
Artikel Terkait
Waisak 2019: Peringatan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia
20 Mei 2019Tanggal 12 Mei 2019, semua insan Tzu Chi di segala penjuru dunia bersukacita menggelar Peringatan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia. Insan Tzu Chi Pekanbaru melakukan kegiatan ini di Hotel Furaya sejak pukul 14.00 WIB dan dihadiri sekitar seribuan lebih tamu dan relawan.