Suara Kasih : Sumbangsih Memahami Kebenaran

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Giat Bersumbangsih dan Memahami Kebenaran
     

Memahami kebenaran dan menyelami Dharma Melenyapkan ketamakan yang mengakibatkan kegelapan batin Menyadari ketidakkekalan dan menjernihkan hati Menciptakan berkah dan menumbuhkan kebijaksanaan

Topan Morakot yang melanda Taiwan 8 Agustus tahun lalu, mengakibatkan kerusakan parah di daerah pegunungan. Saya sering berkata bahwa pengrusakan daerah pegunungan mengakibatkan bencana di dataran rendah. Topan Morakot telah mengakibatkan daerah selatan Taiwan mengalami kerusakan sangat parah. Setiap orang mungkin masih ingat, beberapa tahun belakangan ini, saya terus berkata bahwa kita harus mengingatkan orang-orang agar mengambil hikmah dari terjadinya bencana. Saya berharap setiap orang senantiasa mengingatkan diri sendiri.

Saya mengulas kembali mengenai Topan Morakot karena berharap hal ini dapat selalu diingat. Jangan hanya mengingat bahwa pada saat itu setiap orang bersumbangsih dengan tulus, sekuat tenaga, dan penuh cinta kasih. Ditengah kesibukan, tak tahu apakah ada orang yang sadar dan mengambil pelajaran dari bencana yang terjadi. Tentu saja, berkontribusi adalah suatu hal yang baik dan penuh makna.

Bencana yang terjadi membawa kerusakan sangat parah. membawa kerusakan sangat parah. Bumi telah berkorban sangat besar. Saat itu, kita semua bersumbangsih tanpa pamrih dan setiap orang berusaha sekuat tenaga. Meski insan Tzu Chi tak pernah mengeluh, namun sesungguhnya, mereka sangatlah lelah. Ini adalah salah satu pengorbanan. Saya berbicara mengenai hal ini bukan berarti kita harus memperhitungkan seberapa besar kontribusi kita. Bukan. Yang saya inginkan adalah setiap orang mengambil hikmah dari bencana ini.

Sejak pascabanjir 8 Agustus hingga sekarang, sumbangsih kita kepada korban bencana tak pernah berhenti. Kita harus senantiasa mempersiapkan diri dan menghimpun kekuatan untuk menghadapi berbagai kemungkinan. Kita harus siap bergerak setiap saat. Jadi, janganlah kita lupa akan bencana banjir 8 Agustus. Namun, hanya mempersiapkan diri tidaklah cukup. Bencana yang terjadi adalah peringatan bagi kita akan ketidakkekalan.

Sungguh, setiap orang hendaknya sadar dan mulai bermawas diri serta memiliki hati yang tulus. Jadi, kita hendaknya dapat menjadikan bencana ini sebagai peringatan bagi diri sendiri. Saat menyaksikan ketidakkekalan, kita hendaknya segera meningkatkan kewaspadaan. Jika kita hanya melihat tanpa sadar akan makna dibalik bencana, maka kita takkan dapat memahami kebenaran. Meski kita terus bersumbangsih demi pemulihan pascabencana, kita tak memahami kebenaran. Jadi, saat terjadi bencana, kita hendaknya memahami makna di baliknya.

Saya berbicara mengenai hal ini berulang kali karena berharap setiap orang dapat menyadari ketidakkekalan. Saat terjadi bencana, kita hendaknya dapat menyadari ketidakkekalan dan mengambil pelajaran darinya. Hal ini sangatlah penting. Sungguh, ketidakselarasan unsur alam mengakibatkan bencana sering terjadi. Hal ini sangat mengkhawatirkan. Saya berharap semua orang dapat memahami kebenaran dan menyelami Dharma. Saat berpartisipasi dalam kegiatan Tzu Chi, kita harus menyatukan hati agar dapat memahami kebenaran. Dengan demikian, kita akan dapat menciptakan berkah sekaligus menumbuhkan kebijaksanaan. Selain menciptakan berkah, kita juga harus menumbuhkan kebijaksanaan. Jika kita tak menyelami Dharma dan hanya memberi manfaat kepada orang lain, kita takkan memahami kebenaran. Ini sangat disayangkan.

 

Tzu Chi telah memasuki tahun ke-44. Selama lebih dari 40 tahun ini, di Taiwan maupun seluruh dunia, kita telah membabarkan Dharma dan memberi manfaat kepada semua makhluk dengan semangat Buddha. Sebagai praktisi Buddhis, membabarkan Dharma adalah kewajiban kita. Membabarkan Dharma bukan dengan perkataan, melainkan dengan tindakan nyata. Setiap orang melatih diri dengan cara yang berbeda. Kita harus giat melatih diri dan menyelami Dharma. Jika kita tak menyelami Dharma dan giat melatih diri, maka takkan ada hasil yang kita dapat.

 

Jadi, kita harus giat melatih diri, barulah kita akan melihat hasilnya. Kita harus melatih diri dalam hal apa? Ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kejujuran. Semua ini dapat kita peroleh dengan senantiasa mawas diri dan bersikap tulus. Jika kita telah memahami prinsip dasar dan Dharma telah terserap ke dalam hati, Jika Dharma telah terserap ke dalam hati, maka kebenaran akan terlihat dalam setiap tindakan kita. Jika Dharma tak terserap ke dalam hati, kita takkan memiliki tujuan hidup yang jelas. Jika hati kita penuh ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kejujuran, maka setiap tindakan kita akan penuh cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Inilah jalan yang harus kita tapaki. Ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kejujuran adalah prinsip dasar yang benar. Jadi, bila kita menyelami Dharma, kita akan tahu arah tujuan.

 

 

Saudara sekalian, saya berharap setiap orang dapat senantiasa mengingat hal ini. Semoga dengan berjalan di jalan Tzu Chi, tiap orang dapat memiliki semangat Bodhisatwa, yakni giat menyelami Dharma dan membimbing orang lain dengan bersumbangsih. Akhir-akhir ini, bencana alam sering terjadi di seluruh dunia. Kita yang dalam keadaan selamat untuk membantu para korban bencana. Saat orang lain tertimpa bencana, kita harus menyalurkan bantuan. Janganlah lupa bahwa bencana alam yang sering terjadi di dunia ini disebabkan ketidakselarasan unsur alam akibat karma buruk kolektif semua makhluk.

 

 

Untuk mengatasi hal ini, kita harus menjernihkan hati diri sendiri dan orang lain. Bila hati manusia tak dijernihkan, dunia takkan dapat diselamatkan. Jadi, untuk menyelamatkan bumi, hati manusia harus dijernihkan terlebih dulu. Sebelum menjernihkan hati orang lain, kita harus menjernihkan hati sendiri terlebih dulu. Satu-satunya cara untuk menjernihkan hati adalah dengan mempelajari Dharma. Dengan menyelami Dharma, hati kita akan menjadi jernih. Lalu kita akan dapat menjernihkan hati orang lain dengan cara yang sama.

Akhir kata, janganlah kita menoleh ke belakang. Dalam hidup ini, kita telah banyak berjalan. Entah berapa banyak debu dan tanah yang lengket di telapak kaki kita. Bila kita tak pernah membersihkannya, entah setebal apa kotoran yang menempel di telapak kaki kita ini. Kita pasti akan sulit berjalan. Jadi, kita harus membersihkan telapak kaki setiap hari. Sama halnya dengan bersumbangsih. Dengan melakukan berbagai kegiatan Tzu Chi, kita akan merasa gembira setiap hari dan hati kita akan bebas dari kekotoran batin.

Saudara sekalian, ingatlah bahwa kita tak hanya melakukan kebajikan, melainkan juga melatih diri. Dalam hidup ini, kita harus melatih diri dengan sungguh-sungguh. Bersumbangsih berarti melatih diri. Semoga kita semua dapat menciptakan berkah sekaligus menumbuhkan kebijaksanaan.

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
Foto: Da Ai TV Taiwan
 

Artikel Terkait

Melihat dengan Hati

Melihat dengan Hati

17 Desember 2011 Nathania memegang dan mendoakan ibu tersebut agar cepat sembuh. Ibu tersebut sangat terharu dan meneteskan air mata. Ibu tersebut juga mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah banyak membantu.
Bantuan Banjir di Tanjung Pasir

Bantuan Banjir di Tanjung Pasir

20 Januari 2020

Minggu 19 Januari 2020, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia membagikan 2.650 paket bantuan bagi korban banjir 2020 di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang.

Perayaan Hari Ibu di Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan

Perayaan Hari Ibu di Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan

03 Juni 2022

Meski dirayakan secara daring, Hari Ibu di Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan tetap berlangsung khidmat. Para Bodhisatwa cilik menyiapkan secangkir teh hangat, mereka lalu berlutut dan menyuguhkannya kepada ibu tercinta.

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -