Suara Kasih : Tekad di Jalan Bodhisatwa

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Melanjutkan Tekad dan Jalinan Jodoh
Baik di Jalan Bodhisatwa
 

Menggalang Bodhisatwa mulai dari keluarga sendiri
Melanjutkan tekad dan jalinan jodoh baik di Jalan Bodhisatwa
Menghargai sumber daya alam sebagai cara mengembangkan berkah dan kebijaksanaan
Mengubah pola hidup demi mengurangi emisi karbon dan melindungi bumi

 

”Saat pertama kali melakukan daur ulang, suami saya sering mengeluh,’Kamu membuat garasi menjadi tempat sampah. Ini tidak boleh.’ Suami saya sangat menentang. Saya terus berpikir bagaimana caranya, karena jika barang-barang ini tak didaur ulang, juga sangat sayang. Saya harus memikirkan cara melakukannya. Akhirnya, saya memanfaatkan waktu saat anggota keluarga sedang tidur, tepatnya sekitar tengah malam, saya bangun dan diam-diam memilah sampah. Setelah selesai, saya merapikannya. Ketika bangun pagi, suami saya melihat garasi rumah kami sudah bersih dan tak lagi berantakan,” kata salah seorang relawan daur ulang Tzu Chi.

Lihatlah, apapun harus dilakukan dengan pertimbangan. Meski ini adalah sesuatu yang baik, janganlah melakukannya dengan sembarangan. Pada awalnya suami masih belum mengerti. Jika kita membawa pulang banyak barang dan dibiarkan begitu saja, ini akan membawa masalah bagi orang lain, baik suami, orang tua di rumah, maupun yang lainnya. Dalam melakukan suatu hal baik, kita tetap harus hati-hati mempertimbangkannya agar hal baik ini turut membawa kebahagiaan bagi seluruh anggota keluarga hingga akhirnya mereka pun tersentuh dan mau ikut melakukannya bersama kita. Inilah cara menggalang Bodhisatwa dunia. Mulailah menginspirasi keluarga sendiri dengan membuat orang tua merasa gembira dan bersedia turut menjadi Bodhisatwa. Kita juga harus membuat anak merasa bahagia dan mengajak mereka serta para menantu untuk berpartisipasi dalam kegiatan Tzu Chi. Inilah cara menginspirasi keluarga kita untuk bersama-sama menjadi Bodhisatwa dunia dan menciptakan keluarga Bodhisatwa.

Kalian mungkin berpikir, “Apakah semudah itu menjadi Bodhisatwa? Jika tidak melatih diri pada banyak kehidupan lampau, bagaimana mungkin menjadi Bodhisatwa?” Tetapi, ketahuilah, mereka yang telah melatih diri di banyak kehidupan lampau juga pernah membuat langkah pertama seperti kita. Jika sekarang kita tidak bertekad, bagaimana mungkin di kehidupan mendatang kita dapat memiliki kesempatan?

Intinya, dalam banyak kehidupan lampau, kita telah menjalin jodoh dengan banyak orang, dan pada kehidupan lampau itu pula, kita telah bertekad dan berikrar untuk menjadi Bodhisatwa. Karena itu, kini kita dapat terus melatih diri dari kehidupan ke kehidupan hingga sekarang dan masa depan. Kita harus terus-menerus bertekad membangkitkan niat baik dan senantiasa menjalin jodoh baik. Dengan demikian, kita akan dapat menggalang banyak Bodhisatwa.

Setiap hari kita mengadakan 2-3 kali Pemberkahan Akhir Tahun dan pelantikan. Ini diadakan setiap hari di Yilan dan kemudian di Guandu. Setiap upacara dihadiri banyak relawan. Saya sungguh tersentuh, terutama saat melihat para relawan daur ulang yang telah menggalang banyak Bodhisatwa. Tadi kita sudah melihat tayangan kilas balik tahun lalu yang penuh dengan bencana di seluruh dunia. Kalian telah melihat saat insan Tzu Chi menyalurkan bantuan ke daerah bencana, pasti ada barang mereka bagikan. Apakah itu? Selimut. Selimut-selimut ini terbuat dari bahan-bahan yang dipilah kalian, para relawan daur ulang. Apakah itu? Botol plastik. Bukan hanya botol plastik, jika bahan plastik lainnya kita pilah dengan teliti, juga dapat didaur ulang kembali.

Jadi, pintu pertamanya terletak pada kalian semua, relawan daur ulang. Berkat kesungguhan dan cinta kasih kalian yang memilah dengan teliti dan bersih, kita dapat mengolah kembali botol plastik menjadi serat plastik. Kualitas serat ini sangatlah baik sehingga dapat dibuat menjadi selimut. Lihatlah di Posko Daur Ulang Tzu Chi di Neihu para relawan terus memproduksi selimut-selimut dan mengirimkannya ke berbagai daerah bencana.

Pada bulan Oktober tahun lalu, kita mengirimkan puluhan ribu helai selimut ke Pakistan. Di Pakistan terjadi banjir besar yang menggenangi wilayah utara hingga selatan. Banjir ini berlangsung selama beberapa bulan dan hingga kini kondisi di sana belum pulih. Kini, kita tengah mengirimkan 21 peti kemas berisi barang bantuan yang diangkut dari Amerika Serikat ke sana. Bantuan yang dikirimkan mencakup terpal untuk melindungi tempat berteduh mereka. Semua ini dikirimkan dari Amerika Serikat. Bantuan kali ini akan disalurkan kepada sekitar 10 ribu keluarga yang kehilangan tempat tinggal agar mereka memiliki tempat berteduh untuk sementara. Inilah sumbangsih insan Tzu Chi yang penuh kesungguhan dan cinta kasih. Sesungguhnya, menyalurkan bantuan ke Pakistan sangat sulit dan butuh banyak pertimbangan.

Pada musim dingin tahun ini, suhu udara di Tiongkok juga sangat dingin. Di daerah pegunungan dan daerah terpencil, banyak warga yang hidup dalam kondisi sulit, begitu pula dengan lansia yang sebatang kara. Insan Tzu Chi dari Taiwan dan Tiongkok bekerja sama untuk menyalurkan bantuan di 23 daerah yang tersebar di 7 provinsi.

Barang bantuan yang dibagikan meliputi selimut kapas dan selimut daur ulang. Sesungguhnya, di cuaca yang sangat dingin, tidak cukup jika hanya menggunakan selimut kapas. Saya sendiri merasa selimut kapas belum cukup hangat. Dengan menggunakan selimut tambahan, barulah terasa cukup hangat. Pada setiap malam yang dingin, ketika saya menggunakan selimut daur ulang, saya akan teringat botol-botol plastk yang dipilah oleh para relawan daur ulang. Selimut itu sungguh hangat.

Singkat kata, Saudara sekalian, beberapa tahun belakangan ini kegiatan daur ulang kita telah membawa manfaat yang besar. Saya sering mengatakan bahwa relawan daur ulang adalah permata hati saya. Tanpa kesungguhan dan cinta kasih kalian, bagaimana mungkin Tzu Chi dapat menjadi teladan daur ulang di Taiwan? Banyak orang dari berbagai negara berkunjung ke Taiwan untuk belajar. Karena itu, saya sangat bersyukur atas kesungguhan dan cinta kasih relawan daur ulang. Namun, yang terpenting kita harus melatih diri untuk memandang dunia dengan bijak. Kita harus bersyukur atas budi luhur langit dan bumi. Kita harus menghormati langit dan bumi dan tidak membiarkan iklim  terus menjadi ekstrem dan membawa bencana. Kita pun tak sampai hati melihat bumi terus terluka akibat bencana. Kita sungguh tak sampai hati. Inilah cara melihat dunia dengan bijak. Sumber daya alam harus kita lestarikan. Saat bekerja di posko daur ulang, kita sering menemukan barang yang masih dalam kondisi baik, namun telah dibuang oleh pemiliknya. Jika barang-barang itu tidak dibuang, sesungguhnya masih dapat digunakan dan orang tak perlu membeli yang baru sehingga produksi dapat ditekan. Namun, masyarakat kita di masa kini cenderung mengejar kenikmatan. Untuk meningkatkan perekonomian, pengusaha didorong untuk meningkatkan produksi.

Dengan demikian, masyarakat juga didorong untuk bersikap konsumtif. Produk-produk baru terus bermunculan sehingga orang-orang terus membuang yang lama dan menggantinya dengan yang baru. Jadi, meski yang lama masih dalam kondisi baik, barang-barang itu tetap dibuang. Karena itu, di posko daur ulang dapat ditemukan banyak barang berkondisi baik. Lihatlah, para insan Tzu Chi sungguh menghargai berkah. Barang-barang yang telah dibuang orang lain tetap kita kumpulkan dan menjadi berkah. Berkah yang dibuang orang lain segera kita kumpulkan kembali. Inilah cara mengembangkan berkah. Jadi, para relawan daur ulang mengembangkan berkah sekaligus kebijaksanaan. Berkah yang dibuang orang lain dikumpulkan dan dipilah dengan sungguh-sungguh sehingga dapat didaur ulang menjadi selimut yang memberi kehangatan bagi banyak orang. Terlebih lagi, jika barang-barang ini dapat didaur ulang menjadi barang baru dengan kualitas baik, maka penambangan minyak bumi dapat dikurangi. Proses penambangan minyak bumi dapat membawa banyak pencemaran. Jadi, berkurangnya penambangan berarti akan mengurangi pencemaran. Dengan begitu, emisi karbon akan berkurang. Inilah yang sedang disosialisasikan di seluruh dunia. Semoga semua orang dapat memahami dan merealisasikannya secara nyata. Diterjemahkan oleh: Lena

 

Artikel Terkait

Kunjungan Kasih ke Masyarakat di Pulau Terluar Indonesia

Kunjungan Kasih ke Masyarakat di Pulau Terluar Indonesia

07 Juni 2022

Tzu Chi Biak bekerjasama dengan Komando Armada III Gugus Keamanan Laut membagikan paket sembako untuk warga di Pulau Brass Supiori Barat Papua, Sabtu 4 Juni 2022.

Memperluas Jalinan Jodoh Baik

Memperluas Jalinan Jodoh Baik

23 April 2013 Relawan yang hadir dibagi menjadi 3 kelompok, dimana setiap kelompok beranggotakan kurang lebih 10 orang. Pada kelompok yang saya ikuti, kami akan mengunjungi 3 anak asuh yang berada di Kelurahan Kartini, Jakarta Pusat.
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -