Suara Kasih: Teladan Pelestarian Lingkungan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
.
 

Judul Asli:

 

Menjadi Teladan dalam Kegiatan Daur Ulang

      

Relawan daur ulang di kepulauan menjadi teladan bagi kita semua
Bertekad mensosialisasikan kegiatan daur ulang untuk melindungi bumi
Warga negara Eropa  mulai menjalani pola hidup sederhana
Merasa khawatir melihat warga Taiwan menjalani pola hidup mewah

“Sampah-sampah ini menciptakan pencemaran di kampung. Setiap tiga bulan kami bergotong royong. Jika bersih pada hari ini, beberapa hari kemudian, sampah akan kembali menumpuk hingga penuh menjadi begini. Sebuah universitas melakukan penelitian dan menemukan bahwa 50 persen jumlah sampah di sini berasal dari tempat lain,” kata seorang warga.

Lihatlah Kota Kinabalu di Malaysia. Saat pertama kali ke sana, insan Tzu Chi melihat tempat tersebut penuh dengan sampah. Karenanya, insan Tzu Chi mulai membimbing dan menjadi teladan nyata bagi warga yang tinggal di sana agar mereka mengetahui cara mengumpulkan dan memilah barang daur ulang. Insan Tzu Chi berbagi dengan mereka bahwa barang-barang itu merupakan sumber daya alam. ”Ini bisa dipungut dan dijual. Kami membimbing anak-anak dan orang tua di sini mengenai cara melakukan daur ulang serta bagaimana cara memilahnya. Kami membimbing mereka untuk tidak membuang barang begitu saja, melainkan harus memilahnya untuk didaur ulang,” kata seorang relawan. Sikap ini harus menjadi kebiasaan mereka. Setelah memahami pentingnya melakukan daur ulang, warga setempat pun bersedia mengulurkan sepasang tangan mereka untuk melakukan daur ulang. Kini kegiatan daur ulang di Kota Kinabalu telah berjalan dengan baik.

Jadi, tiada hal yang sulit dilakukan. Yang membuat sesuatu menjadi sulit adalah manusia enggan melakukannya. Jadi, asalkan ada niat, maka tiada yang sulit dilakukan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus lebih bersungguh hati. Kita harus lebih memerhatikan lingkungan kita dan menjalani hidup dengan lebih sederhana. Dengan demikian, kita dapat menghemat banyak sumber daya alam dan membantu orang yang membutuhkan. Dengan lebih bersungguh hati, kita tidak akan membuang sampah sembarangan dan menciptakan banyak sampah yang akan membuat masyarakat mengalami kesulitan untuk menanganinya. Kita juga dapat melihat pejabat pemerintah Kota Kinabalu yang sangat bersungguh hati. Mereka berkunjung ke Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di Sabah untuk melihat dan memahami cara insan Tzu Chi melakukan daur ulang. Melihat cara insan Tzu Chi memilah barang daur ulang, mereka merasa sangat kagum.

“Relawan Tzu Chi atas kemauan sendiri datang ke sini untuk melakukan pekerjaan daur ulang. Kali ini, saya memiliki kesempatan untuk belajar bagaimana Tzu Chi di Taiwan melakukan daur ulang, sehingga kita juga bisa melakukan hal yang sama di sini, di Kota Kinabalu,” kata salah seorang warga. Para pejabat pemerintah juga berkunjung ke Taiwan untuk lebih memahami misi kesehatan dan misi pelestarian lingkungan Tzu Chi.

Kita juga melihat insan Tzu Chi di Taiwan. Saya sungguh berterima kasih kepada para insan Tzu Chi di Pulau Penghu yang sangat giat melakukan daur ulang. Penghu adalah sebuah objek wisata di Taiwan. Seiring bertambahnya jumlah turis, perekonomian di sana juga semakin banyak, namun jumlah sampah pun semakin bertambah. Selama belasan tahun ini, insan Tzu Chi di Penghu sangat giat mensosialisasikan daur ulang di kepulauan setempat. Insan Tzu Chi bekerja keras tanpa menyerah demi mengasihi bumi dan demi melindungi kepulauan setempat. Mereka berharap lingkungan tempat tinggal itu bisa selalu bersih. Saya sungguh berterima kasih kepada relawan daur ulang setempat karena jika tak ada kegiatan daur ulang di sana maka Tempat Pembuangan Akhir di Penghu sungguh tidak mampu menampung sampahnya sendiri. Sampah-sampah itu harus dibawa ke Kaohsiung untuk dibakar. Kaohsiung harus menampung sampah-sampah yang berasal dari Penghu.

Pembakaran sampah juga akan menciptakan polusi. Karena itu, insan Tzu Chi bekerja keras untuk mengumpulkan dan memilah barang daur ulang. ”Para turis adalah sumber mata pencaharian kami, namun mereka juga merusak lingkungan kami. Mereka menciptakan banyak sampah dan memboroskan air kami sehingga kami harus menggunakan air berkualitas buruk. Masalah sampah juga sangat berdampak buruk pada pulau kami,” kata seorang warga. Jika tidak ada orang yang mengumpulkannya, apa yang akan terjadi? Tempat ini akan penuh dengan sampah. Saya sungguh tidak tega melihatnya. Saya sangat berterima kasih kepada nahkoda yang telah membantu Tzu Chi secara gratis. Sebanyak beberapa kali dalam seminggu, mereka membantu Tzu Chi mengantar barang daur ulang ke Penghu secara gratis.

“Tuan, bagaimana awal mula Anda mengantar barang daur ulang dengan kapal?” tanya relawan. ”Beberapa tahun yang lalu, Kakak Ou (relawan Tzu Chi – red) bertanya kepada saya berapakah biaya yang harus dia bayar untuk mengantar barang daur ulang. Saya pun bertanya, ‘Apakah Anda dibayar untuk mengumpulkan daur ulang’?” kata nahkoda kapal tersebut. Dia (Kakak Ou)menjawab, “Tidak.” “Jadi, saya berkata padanya, ’Anda mengumpulkan sampah daur ulang, biar saya yang akan mengantarnya’. Jika tidak dikumpulkan, maka sampah akan semakin menumpuk. Ya. Semakin banyak turis, sampah juga semakin banyak. Lingkungan di sini sudah dirusak. Ia sudah tidak seindah yang kami lihat sewaktu masih kecil.”

Manusia telah merusak bumi. Demi mengembangkan bisnis, manusia merusak lingkungan dan menciptakan polusi yang tinggi. Manusia pasti mengorbankan lingkungan yang indah itu. Singkat kata, kita harus menjalani hidup dengan sederhana. Apakah kita perlu terus mengembangkan bisnis? Apakah kita perlu menarik begitu banyak turis? Saya sungguh tidak mengerti mengapa para turis bisa memiliki begitu banyak waktu untuk bertamasya. Setiap hari kita berkata tiada waktu lagi karena masih banyak hal yang perlu dilakukan. Mengapa mereka masih ada waktu untuk bertamasya? Kehidupan ini sungguh kontradiktif. Kini bencana terjadi silih berganti. Bumi sungguh telah mengirimkan sinyal darurat.

Lihatlah salju di Rusia telah mendatangkan bencana banjir di saat pergantian musim dingin dan musim semi. Saya sungguh tidak tega melihatnya. Akan tetapi, kini masih banyak warga Taiwan yang tidak sadar. Dari laporan media massa, kita dapat melihat bagaimana warga Taiwan memamerkan kekayaan mereka. Banyak warga Taiwan yang menghabiskan 4.000 dolar NT (1,2 juta rupiah) untuk sekali makan. Kita juga melihat siaran berita tentang warga Perancis. Kabarnya, kini Perancis mulai mengalami krisis keuangan sehingga warga setempat mulai menjalani pola makan sederhana. Dahulu, mereka sangat pilih-pilih dalam hal makanan. Kini mereka menjalani pola makan sederhana. Kini mereka hanya makan sandwich pada siang hari. Dahulu, mereka selalu meminta berbagai menu untuk makan siang. Kini mereka mulai menjalani hidup dengan sederhana. Inilah yang terjadi di Perancis. Warga setempat mulai menjalani pola hidup rajin dan hemat.

Kita hendaknya menjalani hidup dengan lebih sederhana. Janganlah kita terlalu memamerkan kekayaan. Kita hendaknya memahami pentingnya menciptakan kehidupan yang bermakna dan apa yang harus kita lakukan untuk melindungi lingkungan. Kita harus hidup sederhana dan penuh makna. Janganlah kita hidup boros. Bagaimana cara menciptakan kehidupan yang bermakna? Kita harus meningkatkan kepribadian yang baik. Bagaimanakah caranya? Kita harus menjadi teladan bagi orang lain. Apa yang harus kita lakukan untuk menjadi teladan? Kita harus menunaikan kewajiban sebaik mungkin dan bersumbangsih dengan segenap tenaga untuk membawa berkah bagi masyarakat dan umat manusia. kehidupan yang bermakna dan menjadi teladan bagi orang lain. Inilah yang dibutuhkan oleh masyarakat masa kini. Diterjemahkan oleh: Laurencia Lou.

 

 
 

Artikel Terkait

Studi Banding Pendidikan Budaya Humanis

Studi Banding Pendidikan Budaya Humanis

18 Januari 2019

Pada Kamis, 10 Januari 2019 Menteri Pendidikan Malaysia, YB. Dr. Maszlee bin Malik beserta rombongan dan relawan dari Tzu Chi Malaysia berkenan mengunjungi Tzu Chi School Jakarta untuk studi banding.

Belajar Mengabadikan Jejak Dharma

Belajar Mengabadikan Jejak Dharma

07 Mei 2012 Sharing 3in1 ini dilaksanakan pada tanggal 22 April 2012 kepada seluruh muda mudi Tzu Ching yang bertujuan agar mereka dapat sedini mungkin menyadari pentingnya dokumentasi di setiap langkah yang mereka jalani. Terlebih Tzu Ching  adalah penerus Tzu Chi di masa yang akan datang.
Banyak Cara Menuju Jalan Kebajikan

Banyak Cara Menuju Jalan Kebajikan

17 Januari 2018
Bersumbangsih tidak hanya dengan menyumbangkan sejumlah dana, namun bisa melalui banyak cara. Seperti yang dilakukan oleh relawan dan petani dari desa binaan Tzu Chi Singkawang. Mereka tidak hanya menyumbangkan dana, tetapi juga menyumbang sejumlah beras dan benih padi unggul yang mereka tanam sendiri.
Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -