Suara Kasih: Waisak di Seluruh Dunia

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

     

Upacara Waisak di Seluruh Dunia

 

Keindahan agama menyelaraskan pikiran manusia
Menyebarkan prinsip kebenaran dan ajaran Buddha ke seluruh dunia
Mengadakan upacara Waisak dan kembali pada hakikat murni.

Kita dapat melihat kejayaan Buddhisme dan pemutaran roda Dharma. Agar kejayaan Buddhisme tak hanya bersifat sementara, kita harus senantiasa memutar roda Dharma. Dengan memutar roda Dharma, barulah kondisi batin kita akan berubah dan kebijaksanaan dapat terbangkitkan. Untuk membangkitkan kebijaksanaan dan kembali pada hakikat murni, kita harus senantiasa memutar roda Dharma. Ajaran Buddha bertujuan untuk menyelaraskan hati dan pikiran manusia, inilah yang kita usahakan selama puluhan tahun ini, baik demi ajaran Buddha maupun demi semua makhluk. Harapan dan sukacita kita yang terbesar adalah melihat pemutaran roda Dharma, dapat menginspirasi dan membimbing setiap orang untuk menjadi Bodhisatwa. Saya sering berkata bahwa kita harus mempraktikkan Dharma dalam keseharian dan bersumbangsih sebagai Bodhisatwa. Untuk meneladani Buddha dan Bodhisatwa, kita harus menyadari berkah saat melihat penderitaan.

Untuk memahami Empat Kebenaran Mulia, kita harus terjun ke tengah masyarakat. Saat mempelajari ajaran Buddha tentang penderitaan, kita harus menyaksikan penderitaan. Kita sungguh dapat menyaksikan kebenaran yang diajarkan oleh Buddha. Karena itu, kita harus menyadari berkah setelah melihat penderitaan agar kebijaksanaan kita berkembang dan kita dapat memahami prinsip kebenaran. Selain menyadari berkah, kita juga harus mengembangkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan datang dari prinsip kebenaran. Sesungguhnya, prinsip kebenaran ada di dalam hati setiap orang, hanya saja kita tidak tahu cara membangkitkannya. Karena itu, kita harus menyadari berkah setelah melihat penderitaan orang lain sehingga kebijaksanaan kita dapat berkembang dan kita dapat memahami prinsip kebenaran. Kita harus senantiasa bersyukur karena memiliki kesempatan untuk bersumbangsih. Ajaran Buddha harus senantiasa dipraktikkan dalam interaksi antarsesama. Dengan mempraktikkan ajaran Buddha, kita dapat menolong makhluk yang menderita sekaligus membabarkan ajaran Buddha.

 

Lihatlah Myanmar, Meski Myanmar adalah negara Buddhis, banyak warga yang belum pernah menghadiri upacara pemandian rupang Buddha yang khidmat. Pascabadai Nargis yang terjadi tahun 2008 adalah awal jalinan jodoh Myanmar dengan Tzu Chi. Insan Tzu Chi menyalurkan bantuan ke Myanmar serta berbagi dengan warga setempat tentang semangat bersumbangsih.

Mereka juga mengadakan upacara Waisak di Myanmar dan berbagi agar warga setempat tahu bahwa memandikan rupang Buddha bukan berarti meminta berkah dari Buddha. Dengan hati yang tulus kita bersyukur kepada Buddha yang pernah datang ke dunia untuk membimbing kita berjalan di arah yang benar, menyucikan batin, serta mengajarkan kita tentang hukum karma dan prinsip kebenaran.

Dengan hati yang tulus, kita mengikuti upacara pemandian rupang Buddha. Tahun ini, seorang biksu senior mengajak banyak biksu lainnya untuk menghadiri upacara pemandian rupang Buddha. Selain itu, mereka juga mengembangkan semangat Mahayana di Myanmar serta menambah indahnya formasi pada saat upacara waisak. Lebih dari 5.500 orang berpartisipasi dalam upacara yang khidmat itu. Hal ini sungguh patut dihargai dan dipuji.

Tak hanya di Myanmar, di Filipina juga demikian. Pada tanggal 7 Mei, kondisi cuaca setempat berubah dan mulai turun hujan. Namun, mereka tetap bersikeras untuk mengadakan upacara Waisak. Meski turun hujan deras, mereka tetap berpegang teguh pada tekad tanpa terpengaruh oleh kondisi cuaca. Mereka memandikan rupang Buddha dan menyucikan hati di tengah curahan hujan deras. Selain upacara yang berlangsung dengan khidmat, kita juga dapat melihat keindahan yang terpancar dari kegigihan serta kedamaian fisik dan batin mereka. Sembari mengikuti upacara pemandian rupang Buddha, mereka juga membangkitkan benih kebuddhaan dalam diri mereka.

Sumbangsih penuh cinta kasih insan Tzu Chi selama beberapa tahun ini telah membuat banyak orang tersentuh. Sebagian besar hadirin menganut keyakinan lain, namun mereka tetap mengikuti upacara meski diguyur hujan deras. Hal ini sungguh tidak mudah. Saya sungguh berterima kasih kepada insan Tzu Chi di Filipina. Selain mengadakan dan mengikuti upacara pemandian rupang Buddha, mereka juga berkunjung ke rumah insan Tzu Chi senior yang telah berusia lanjut dan memiliki keterbatasan fisik dengan membawa rupang Buddha agar mereka juga dapat memberi hormat kepada Buddha. Mereka sungguh memerhatikan saudara se-Dharma. Saya sungguh tersentuh melihatnya.

Selain di Filipina, upacara Waisak di Afrika Selatan juga berlangsung di tengah curahan hujan. Kita semua tahu bahwa mayoritas warga Afrika Selatan menganut agama Kristen. Namun, selama beberapa tahun ini, mereka juga mengadakan upacara Waisak seperti di Taiwan. Kesulitan mereka adalah tak memiliki ruangan untuk mengadakan upacara Waisak. Saat hujan turun, mereka segera memindahkan peralatan, komputer, dan lain-lain ke dalam mobil lalu mengaturnya dari sana. Mereka tetap mengadakan upacara Waisak meski air hujan terus membasahi wajah mereka. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Di Cile, upacara pemandian rupang Buddha tahun ini dihadiri oleh lebih dari 500 orang. Salah satu dari hadirin adalah orang yang pernah dibantu oleh Tzu Chi. Ia datang dengan kursi roda. Setelah menerima bunga, ia meletakkan bunga tersebut di dalam mulutnya sebagai wujud rasa hormat terdalam dari seorang umat Katolik. Masih banyak kisah menyentuh dari negara lain yang patut kita puji.

Singkat kata, kita harus membabarkan ajaran Buddha ke setiap negara di dunia agar semua orang berkesempatan mengenal Dharma. Karena itu, kita harus tak henti-hentinya membabarkan Dharma ke seluruh dunia. Saya sungguh bersyukur, jika tanpa kerja keras para insan Tzu Chi, bagaimana kita dapat melihat berbagai perayaan Waisak yang luar biasa ini? Jadi, saya ingin berterima kasih kepada kalian semua. Di negara mana pun kalian berada, saya sungguh berterima kasih. Saya juga ingin berterima kasih kepada para insan Tzu Chi di Taiwan. Jika tanpa teladan dan dedikasi kalian yang penuh kesungguhan hati, Tzu Chi tidak akan tersebar ke seluruh dunia. Sungguh banyak hal yang saya syukuri. Dengan sebersit niat baik, kita dapat membabarkan Dharma ke seluruh dunia.

 
 

Artikel Terkait

Setelah Tujuh Tahun Berjuang Membangun Rumah Allah

Setelah Tujuh Tahun Berjuang Membangun Rumah Allah

18 Oktober 2018
Setelah menjalani waktu selama 7 (tujuh) tahun membangun Masjid Jami Al Huda dengan tersendat-sendat, warga RW 1, Penjaringan, Jakarta Utara, akhirnya bisa merasakan perasaan yang lega dan penuh syukur karena bantuan penyelesaian pembangunan masjid yang diberikan oleh Tzu Chi.
Kamp 4 in 1 2017: MelatihDiri, MenenangkanBatin

Kamp 4 in 1 2017: MelatihDiri, MenenangkanBatin

29 September 2017
Selamaduahari, 16 dan 17 September 2017, 786 relawan Tzu Chi yang datangdariberbagaikota di Indonesia mengikutiPelatihan 4 in 1 di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Jakarta. Jikasehari-harinyarelawan Tzu Chi terusbergerakbersumbangsihmembantu orang lain yang membutuhkan, makapelatihan yang mengusungtema “Sutra MaknaTanpa Batas” itudigunakanuntuk me-rechargebatindenganmenyelami Dharma Master Cheng Yen.
Aku Harus Berani!

Aku Harus Berani!

05 Oktober 2010
Minggu tanggal 19 September 2010. Sebelum jarum jam menunjukkan pukul 9.00 para Xiao Phu Sa sudah berkumpul. Mereka asik ngobrol  dengan teman sebayanya ataupun hanya sekadar bersama dengan orang tua mereka. Tema acara pada kali ini adalah “Semangat yang disertai dengan keberanian untuk memulai sesuatu atau melakukan langkah pertama”.
Gunakanlah waktu dengan baik, karena ia terus berlalu tanpa kita sadari.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -